Namun setelah memiliki Ace, rasa kesepiannya sudah terobati. Elena berusaha memberikan rasa cinta kepada Ace agar Ace tumbuh menjadi manusia yang penyayang. Lebih tepatnya, agar Ace tidak tumbuh menjadi manusia seperti Dax. Tiap 2 bulan sekali, Elena rutin memeriksakan kejiwaan anaknya. Walaupun, Ace sendiri tak tau kenapa Mommynya itu melakukannya.

Hari ini, hari libur Ace. Ia sedang duduk menonton TV bersama Dax. Tak ada yang mencurigakan bagi Elena. Namun, di dekat Ace, Dax memang berbeda.

' Berita terkini.

Seorang pasangan Ibu dan anak ditemukan tewas di halaman rumah mereka. Ibu A dan anaknya G ditemukan tewas bergelantungan di pohon dengan wajah yang bersimbah darah dan beberapa luka tusuk di perut.

Polisi masih belum menemukan satu pun petunjuk tentang kasus ini. Saya sudah terhubung dengan Clarin yang sedang berada di TKP.

"Bagaimana Clarin perkembangan dari kasus A-G ini?"

"Masih sama, Monica. Polisi belum menemukan satu pun petunjuk. Saya sudah menanyakan beberapa tetangga. Namun, tak satu pun dari mereka yang melihat kejanggalan dari rumah A-G ini. Bahkan, menurut pernyataan beberapa saksi, pagi hari sebelum mereka tewas, A-G masih terlihat gembira dan tidak menunjukkan tanda-tanda kekhawatiran---" '

Pyar!

Bunyi gelas pecah membuat perhatian Dax dan Ace teralihkan. Ia menoleh ke sumber suara dan melihat Elena yang sedang terduduk dengan tangan bergetar dan segelas susu yang pecah di sekitarnya.

"Mommy ?!" Teriak Ace dan segera menghampiri Elena. "Ada apa Mom?" Tanya Ace khawatir sembari memegang kedua lengan Elena.

Elena mengepalkan tangannya agar tak terlihat bergetar di hadapan Ace. Ia menoleh ke arah Dax yang juga sedang melihat ke arahnya. Dax lalu, mengalihkan wajahnya dan Elena melihatnya sedang tersenyum miring. Melihat Dax menyeringai, membuat Elena berpikir dia lah yang membunuh A-G.

Ya. Elena terkejut karena berita yang baru saja ia dengar. Gary dan Ibunya, Amanda ditemukan tewas di rumah mereka. Elena sangat tidak menyangka karena baru saja kemarin pagi ia bertemu dengan mereka di sekolah Ace. Namun, kemalangan menimpa mereka.

Dax beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan ruang keluarga. Elena pun segera mengejarnya. Ia takut tapi, ia tak bisa diam saja.

"Tetap di sini, Ace." Ujar Elena dan segera mengejar Dax.

"Dax!" Teriak Elena. Namun, Dax tetap tak menghentikan langkahnya.

"Dax!" Teriaknya sekali lagi. Namun, Dax tetap sama. Ia pun segera mempercepat langkahnya.

"Dax!!" Teriaknya lagi sembari menahan lengan Dax. Akhirnya, Dax pun berhenti dan melihat ke arahnya.

Melihat mata Dax yang begitu tajam, membuat nyali Elena turun begitu saja. Keberaniannya yang tadi perlahan memudar. Ia spontan menjauhkan tubuhnya selangkah dari Dax. Elena meneguk salivanya dan kembali memberanikan dirinya.

"Kau yang melakukannya?" Tanya Elena.

"Apa?" Balas Dax sambil menaikkan sebelah alisnya. Sekali lagi, Elena meneguk salivanya.

"Kau yang membunuh Gary dan Ibunya!" Ujar Elena. Namun, Dax tak membalasnya.

"Kenapa? Kenapa kau lakukan itu?! Bagaimana bisa nyawa manusia bisa kau permainkan semudah ini? Huh?! Memangnya kau siapa?!! Kau itu juga manusia! Kau bukan Tuhan!!" Teriak Elena. Dax tetap mendiamkannya.

"Dasar iblis!! Kenapa kau mel--" Belum sempat Elena mengakhiri kalimatnya, Dax menariknya dan mendorong Elena ke dinding. Ia menahan kedua pergelangan tangan Elena ke atas dan menekan kedua pipi Elena. Elena hanya bisa meringis kesakitan. Tubuhnya pun sudah mulai bergetar ketakutan. Kejadian 10 tahun yang lalu, di ruang bawah tanah mulai menjalari pikirannya lagi dan ia mulai merasakan lagi ketakutan hebat yang ia rasakan saat itu.

"Apa urusanmu? Kutekankan sekali lagi, jangan berteriak kepadaku." Ucap Dax penuh penekanan.

"Hanya karena kau melahirkan anakku, bukan berarti kau berhak mengaturku. Kau tak lebih dari sekedar cangkang dan boneka sex bagiku. Kalau kau melakukan ini lagi, dengan senang hati aku akan membuat kau kehilangan lidahmu." Lanjut Dax membuat bulu halus di sekiat leher Elena meremang.

Dax pun melepaskan pergelangan tangan Elena dengan kasar hingga kepala perempuan itu membentur sudut meja. Ia tak kuasa menahan air matanya sedari tadi. Tangan dan tubuhnya bergetar begitu hebat. Ace melihat Elena dan secepat mungkin Elena menghapus air matanya.

Ace menghampirinya dan memeluk Mommynya itu. "Ada apa Mom? Kenapa kau menangis? Apa Daddy melukaimu?" Tanya Ace di dalam pelukan Elena.

"Tidak, Ace. Mommy hanya bertengkar kecil dengan Daddymu." Jawab Elena sembari menahan air matanya. Ia tak mau anaknya tau seperti apa sosok Daddynya itu.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Kde žijí příběhy. Začni objevovat