5. Harapan Para Penopang

Start from the beginning
                                    

    Mau tak mau Ibrahim mengangguk, membiarkan Sunwoo melakukan apa yang menurutnya benar.

  "Kemana kau akan pergi setelah ini?" Tanya Ibrahim.

  "Mungkin aku akan berpindah pindah selagi menunggu luka di pahaku sembuh. Setelahnya aku akan melakukan rencanaku." Jawab Sunwoo.

  "Jika kau butuh sesuatu kau boleh minta padaku." Kata Ibrahim.

    Sunwoo tersenyum, "terima kasih untuk itu. Aku pergi dulu."

    Ibrahim mengangguk sambil terus menatap punggung Sunwoo yang mulai menjauh dari rumahnya. Ibrahim tak yakin Sunwoo akan mendapat tempat untuk bermalam, tapi dia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk pemuda itu.

 
    Sunwoo sekarang duduk atas ayunan yang ada di sebuah taman sepi. Dia ingin mengistirahatkan kakinya yang mulai kaku sambil melihat ke arah rumah yang ada di depan taman. Dia lalu teringat ketika dia masih kecil, dia pernah ke Mesir saat liburan keluarga, dia dan Ayah-Bundanya tidur di sebuah villa pribadi yang lumayan jauh dari kebisingan Ibukota.

  "Mungkin gua bia tidur sana dulu. Lagian nggak mungkin gua nyariin pelakunya dengan kaki yang rusak kek gini. Alamatnya dimana, ya? Kok gua lupa sih, Anjir." Batin Sunwoo.

  "Bentar, gua pasti ketangkep CCTV kalo keluar dari kota nggak, sih? Bakar bakar dulu kali, ya? Yaudah, bakar bakar dulu aja." Lanjut Sunwoo.

.
.

    Setelah selesai acara membakar kantor pusat CCTV menggunakan bensin dan korek yang dia curi, Sunwoo mencegat sebuah taksi. Awalnya supir taksi itu tak menyadari siapa penumpang yang dia bawa menuju alamat yang pemuda itu berikan.

    Karena keduanya tak bicara apapun, suasana itu menjadi sangat canggung, supir berinisiatif untuk menyalakan radio, mencari saluran berita dan berhenti di penyiaran terkini soal kriminalitas.

    Pengisi radio membacakan bahwa terjadi kebakaran di kantor CCTV kota dan polisi meyakini jika pelaku yang membakarnya adalah seorang pembunuh muda yang kini sedang berkeliaran di kota. Pemuda ini juga pelaku dari pembunuh seorang aktivis yang pergi ke Giza untuk menemui seseorang.

    Supir itu melirik ke arah Sunwoo yang juga menatapnya lewat kaca spion.

  "Aku tak akan membunuhmu." Ucap Sunwoo.

    Supir langsung menepikan mobilnya dan mencoba untuk kabur namun Sunwoo menahan pintu mobil itu. Dia menghela nafas panjang, "aku akan membunuhmu jika kau tak mengantarku sampai tujuan. Aku tak bisa menyetir dengan keadaan kaki seperti ini."

    Karena ketakutan, supir itu kembali mengemudikan mobilnya dan mengantar kriminal negaranya itu ke tempat tujuannya. Di sebuah villa yang terletak cukup jauh dari pusat kota. Penumpangnya itu turun dan memberikan uang yang terlalu banyak untuk membayar perjalanan itu.

  "Tutup mulutmu atau aku akan membuatmu diam untuk selamanya. Aku akan mencarimu dan mencabik lehermu bahkan jika aku mati." Ucap Sunwoo sambil mengetuk jendela mobil. Dia mengangguk dengan gemetar sebelum mengendarai mobilnya menjauh dari sana secepat mungkin.

 
    Sunwoo berjalan tertatih menuju pintu depan yang terkunci. Dia ingat dulu selalu menyimpan sebuah kunci cadangan di bawah pot. Dia mendatangi bunga yang sudah layu itu dan membanting potnya. Sebuah kunci terlempar dari sana, Sunwoo mengambilnya dan segera masuk ke dalam villa itu.

    Listrik, aman. Pakaian, bersih banget. Makanan, banyak tapi kedaluwarsa. Air, masih bening dan tak berbau, bagus, Sunwoo bisa mandi dulu sebelum sholat hari ini.

.
 
    Setelah mandi, mengganti pakaiannya, dan sholat, Sunwoo duduk di atas sofa ruang tengah sambil mengganti ganti channel TV, tapi semua sama saja, sama sama berita tentang Sunwoo. Tapi yaudah, lah. Dia bisa masuk TV Mesir, lumayan. Kapan lagi, ya, kan?

[✔] Klub 513 | Universe | Ep.2 : AbimanyuWhere stories live. Discover now