PRABU SATRIA JAYAWARSA

249 86 322
                                    

Baca pelan-pelan yaaww. Kalo bab ini merasa agak-agak cringe, kritik aja yaa. Makasi gengs-!

-JAYGHAZZ-

"Cinta itu datang dengan sendirinya iya kan?"

SEKITAR pukul setengah tiga sore. Berkutik di dapur bersama Bunda akhirnya lelaki pemilik marga Jayawarsa ini melepaskan apron dan chef hat.

Seluruh otot-ototnya terasa pegal setelah seharian membuat black forest kesukaan Ayah. Sebagai bentuk penyambutan untuk Ayah yang hampir setengah tahun menetap di Amerika dikarenakan urusan pekerjaan.

"Kenapa gak sekalian aja pakai acara tiup lilin, Bunda." Jay mengeluarkan pendapat sambil mencuci tangan di wastafel. Melihat Bundanya sibuk menghias cake Prabu membuang napas pasrah. "Bun, Jay mau ke-"

"Kamu mau ngabarin Kanaya tentang cake ini ya?" Flora tidak sedang main tebak-tebakan, mengingat anak kesayangannya selalu memotret cake buatannya kemudian dikirim ke WhatsApp kekasihnya yang sudah meninggal beberapa bulan lalu.

Entah alasan apa, jelasnya, Prabu suka membagikan resep cake dan tahap pembuatan beserta menceritakan kesehariannya membuat cake bersama Bunda. Flora tahu, anaknya belum sepenuhnya menerima kematian kekasihnya itu, namun sebagai Ibu, Flora akan terus mencari cara agar Prabu terbiasa dengan kenyatannya sesungguhnya.

"Life goes on, sayang. Ayolah kamu jangan berlarut-larut sama kesedihan. Kanaya udah pergi, Tuhan lebih sayang sama dia. Nay selalu jagain kamu dari atas, sayang. Besok sepulang sekolah kamu, kita ke maka-"

"Jay, ngambil handphone mau telepon Ayah, nanyain perjalanan Ayah. Itu doang kok," potongnya diakhiri senyuman tipis.

"Pakai hp Bunda kan bisa, lagipula Abang udah janji mau ngasih tahu kalau udah dekat sekitaran sini," jelas Flora, menghentikan aktivitasnya kemudian mengambil toples kaca berisi kacang almond, disuguhkan pada Prabu.

"Sambil nungguin Ayah gimana kalau kita cerita-cerita. Abu masih ingat gak, waktu Abu kecil suka banget sama boneka?"

Meski tidak mengerti arah pembicaraan Bundanya, Prabu mengangguk-angguk saja. "Iya. Tapi kayaknya Jay lupa, itu udah lalu Bun."

"Langsung to the point aja ya, jadi Ayah pulang ke Indonesia bukan karena bisnis aja. Ayah merencanakan pernikahan kamu sama teman anak Ayah dia juga teman masa kecil kamu, anaknya cantik lho. Mau ya, mau ya?"

Sebodoh-bodohnya Prabu di kelas, dia sangat mengerti apa yang Bundanya katakan. Pernikahan. Ikatan yang sakral. Menikah itu antara dua orang yang saling mencintai bukan?

"Jay kan punya pacar bunda ngapain harus pakai acara jodoh-jodohan segala. Pacar Jay cantik jelita kayak bidadari turun dari surga, baik ramah lingkungan, suka senyum, pokoknya menantu idaman banget. Jadi Bunda gak usah repot-repot nyariin Jay pasangan hidup ya Bunda, cantiknya Jay."

Prabu Satria Jayawarsa, kerap dipanggil Jay terutama oleh orang terdekatnya. Di mata Bunda menjadi sosok Abu berkarakter lembut, manja, cerewet pula. Hanya senyum sebagai balasan dari kalimat yang dilontarkan berulang-ulang dari si bungsu.

Prabu menahan kesal. "kekurangan pacar Jay cuma satu, dia gak bisa bikin cake bareng Bunda, tapi Jay janji Bunda, Jay akan daftarin Nay ke pelatihan masak kok, tenang aja Bunda. Kanaya pasti perfect bagi Bunda. Makanya tiap hari Jay selalu ngasih dia resep baru."

Entah berasal dari mana sebuah scrapbook bersampul warna pastel tiba-tiba sudah ada di tangan Flora. Dibukanya perlahan sembari menceritakan kenangan dari setiap foto tersebut.

Yang Dimana ada dua orang anak kecil saling merangkul, anak perempuan memamerkan deretan giginya yang ompong sementara si anak laki-laki tersenyum manis menunjukan dua boneka penguin.

"Bobo dan Bibo nama anak-anak kamu ini, kamu waktu kecil suka banget sama boneka. Sampai-sampai ruangan mainan kamu hampir isinya boneka semua. Karena istri masa kecil kamu suka banget sama boneka katanya."

"Jay gak ingat sama sekali."

"Kamu pernah menyatakan perasaan kamu sama dia, ngotot banget minta nikah sama gadis ini. Sekarang Ayah bunda mau menjodohkan kalian kamu mau nolak gitu?"

"HAH?"

"Iya sayang, lusa dia akan jadi tetangga kita lagi, dia juga akan sekolah di tempat kamu. Jadi janji sama Bunda ya, jaga dia baik-baik."

Senyum hangat dari Flora sama sekali tidak membuat hatinya ikut menghangat, ingatan Prabu tentang masa kecilnya stuck saat pertemuan pertama kalinya bersama teman masa kecilnya di taman bermain.

Flora mengerti anaknya hanya menepuk pundak berusaha menenangkan.

"Biarin Kanaya tenang ya, dia pasti bahagia lihat kamu bahagia."

"Gak bisa Bunda, Jay gak bisa lupain Kanaya. Mau seberapa banyak cewek yang bunda kenalin ke Jay, Jay gak akan pernah tertarik," ucapnya dalam hati, tertahan di ujung lidah kelu disuarakan, Prabu takut melukai perasaan Ibundanya, terlebih Flora tampak senang menceritakan sosok anak ompong itu.

"Janji ya, jaga dia baik-baik jangan buat dia sedih kalau kamu jahat sama dia, kamu berurusan langsung sama Bunda, ngerti?"

Prabu terdiam.

"Jay, gak akan pernah janji Bunda," katanya pelan nyaris tak terdengar.

"Bunda punya foto dia, cantik banget anaknya. Lagian kamu entar lihat sendiri, pasti suka sama pilihan Ayah Bunda."

"Tapi Bun-"

"SHASKAR PULANG BUNDA! ASSALAMUALAIKUM! AYAH NIH BUNDA! AYO SAMBUT DONG! AYAH NANYAIN BUNDA TERUS BUNDA BIKIN CAKE GAK BUNDA BIKIN CAKE GAK! ABANG BOSAN DENGERNYA!"

Teriakan Shaskar sebelas dua belas dengan toa mesjid berhasil menciptakan suasana baru. Flora langsung menuju ruang tamu diikuti Prabu memasang mimik masam sembari memukul angin melampiaskan emosi di setiap langkah lebarnya.

"Kenapa gak si Osas aja yang nikah sama si ompong?" tanyanya sedikit menaikkan suara, sengaja agar didengar oleh keluarganya. "Jay mana mau dijodohkan."

"Cewek ompong gak masuk kriteria istri idaman Jay, Bundaaaa."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 06 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

PRABU : THE CRUEL BOYWhere stories live. Discover now