Chapter 04

18 3 0
                                    

“Letnan Grisse!” Seru Maria sambil berdiri begitu melihat Seira mendekati anggotanya. Orang-orang yang mengobrol bersama Maria pun langsung berdiri menyambut sang letnan muda mereka. Seira hanya berekspresi wajah datar, padahal semua anggota squadnya memasang senyum semenarik mungkin padanya.

“10 menit lagi kita akan berangkat ke Milles. Ingat baik-baik, di sana adalah pemukiman padat penduduk dan ruang gerak kita cukup terbatas karena banyak sekali rumah. Aku harap kalian tidak masuk ke dalam bangunan dan saling melindungi satu sama lain. Jika ragu, mundur. Aku hanya takut akan terjadi hal yang tidak diinginkan.” Jelas Seira.

“BAIK!”

“Setelah Milles berhasil direbut, kita akan mendapat jatah liburan selama 3 hari.” Tambah Seira. Semua anggotanya semakin memasang senyum bahkan menyeringai dengan sangat menyebalkan. Mereka juga saling menoleh satu sama lain karena hal ini cukup menyenangkan hati.

“Aku akan mengadakan pesta jamuan sederhana untuk kedua temanku ini, ada yang mau bergabung?” Maria merangkul Louis dan Brian.

“Aku tidak tahu di mana rumahmu.” Ujar Isaac.

“Ah, mana mungkin rakyat jelata sepertiku ikut dalam pesta kaum bangsawan. Yang ada, kami hanya akan jadi ejekan saja.” Gumam Thomas.

“Tenang saja, mereka tidak akan macam-macam.” Ujar Maria enteng.

“Kau tidak berencana mengundang Tuan Ian, ‘kan, Maria?” Terka Brian curiga.

“Tidak, aku tahu kalau itu adalah hal yang berbahaya… Ah, maaf, Letnan, saya tidak bermaksud menghina mayor Ludendorff!” Ujar Maria cemas. Di luar dugaan, Seira hanya tersenyum.

“Ya, memang sebaiknya kau tidak mengundangnya, bisa jadi pestamu hancur gara-gara ulahnya.” Ujar Seira sambil terkekeh. Dia tidak menyangka kalau anggota squadnya sudah mengenal Ian walau dari sisi buruknya.

“Awalnya, aku mengira kalau Letnan adalah orang yang kaku, kikuk, dingin, kejam dan tidak punya hati.” Ujar Isaac santai. Jimmy menarik kerah bajunya, memandang Isaac sambil tersenyum dengan tangan terkepal siap menghajar. Semua orang tercengang dengan tindakan Isaac tadi.

“Keberanianmu menghina seseorang di depannya langsung patut diapresiasi, Bayi Parkit Bajingan.” Ujar Jimmy dingin.

“Hah? Dengarkan dulu sampai selesai, Sialan! Aku belum mengatakan semuanya! Lepaskan!” Isaac menangkis tangan Jimmy dari kerahnya. Leher Isaac sekarang lepas dari belenggu, tapi hal itu tidak berlangsung lama. Kali ini, Maria yang melanjutkan aksi Jimmy pada Isaac.

“Eugh!” Isaac terkejut.

“Maria!” Seru Louis. Dia segera memegangi sebelum gadis ini melancarkan serangan mematikannya. Seira adalah idolanya, panutannya, tentu Maria tidak akan melepaskan begitu saja orang yang telah menghina orang yang dikaguminya.

“Baiklah, katakan kalimat selanjutnya.” Ujar Maria.

“Oi, oi, oi, pelan-pelan!” Seru Isaac.

“Hentikan, kalian, segeralah bersiap. Kita bisa mengobrol sepuasnya setelah misi ini selesai.” Seira menenangkan Isaac dan Maria yang hampir berkelahi.

“Karena letnan yang meminta, kali ini kau akan kulepaskan.” Maria menyeringai.

“Astaga, dia perempuan tapi tidak punya rasa takut sama sekali…” Gumam Lucas.

“Hah… Baiklah, lepaskan aku, kita akan melanjutkan pembicaraan yang terpotong ini di lain waktu.” Isaac mengangkat kedua tangannya, dia memang tidak punya niat berkelahi, terlebih lagi lawannya adalah perempuan.

The Cursed LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang