BAB 2

10 4 12
                                    

Semoga selamat dunia akhirat.

--Arlene Aurora Arabela Aires--

JAM sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Arlene dan Matilda sedang menunggu di halaman rumah. Menantikan gerbang untuk ke alam fiksi itu terbuka.

Malam yang sunyi, tanpa adanya suara, Arlene duduk di tepi sungai. Sejenak, Ia kembali ragu dengan keputusannya.

Antara iya, atau tidak.

Arlene menengok ke samping, ketika matanya menangkap sosok Matilda duduk di sebelahnya.

"Jangan ragu dengan keputusanmu, Arlene."

"Gak tau. Gue takut. Takut kalau gue gak bisa bawa bunga sama mutiara itu dengan selamat," ucap Arlene lesu. Ia kembali menundukan kepalanya, tangannya terus saja melempar batu ke sungai. Hanya hal itu yang Ia lakukan sejak tadi.

"Hanya kamu harapan satu-satunya agar Ibumu bisa hidup kembali, Arlene."

"Gue tau, Matilda ... au ah! Ngomong sama lo mah gak seru!" kesal Arlene meninggalkan Matilda sendirian.

Tak cukup sampai disitu, Matilda kembali mengekori Arlene.

"Mau ngapain lagi?!"

"Tidak," jawab Matilda cepat.

Hening.
Keduanya tidak ada yang membuka suara setelahnya. Arlene menatap tas besar yang disiapkan Matilda diujung sana.

Ada rasa takut sekaligus ragu untuk menjalaninya. Bisa atau tidak?

"Kalau soal bunga, disana ada lima, sedangkan mutiara, disana hanya ada satu," ucap Matilda.

"ANJING! KENAPA GA BILANG DARI TADI SI? HAH!?" sewot Arlene bangun dari tidurnya.

"Kamu yang tidak ingin mendengarkan."

"Oke. Gue dengerin," ujar Arlene sambil duduk didepan Matilda. Matilda tersenyum melihatnya.

"Disana kamu akan ditemani oleh seseorang sebagai patnermu, entah itu wanita ataupun pria. Aku tidak tau. Yang jelas, dia adalah seseorang yang akan menemanimu untuk membunuh dan menemanimu sampai akhir." Jeda Matilda.

"Setauku, dia pria. Namanya Alvian. Dia ada-"

"Ko namanya kayak holkay? gak ada kampungannya pisan.... "

"Diam dulu Arlene."

"Oke, lanjut!"

"Dia adalah seorang penduduk desa yang cukup tampan menurutku. Umurnya tak jauh beda darimu. Pesanku, kamu jangan sampai jatuh hati kepadanya. Karena itu akan membuatmu tereliminasi. Jika seandainya kamu menyukainya, kubur perasaan itu dalam-dalam."

"Lagian siapa juga yang suka sama orang gak nyata. Sekalipun gue suka sama dia, dia gabakal ikut gue ke Dunia," ucap Arlene.

"Dia nyata Arlene. Kamu bisa menemuinya di Dunia," jawab Matilda.

DRENG! DRENG! DRENG! DRENG! DRENG!

Keduanya menoleh kebelakang. Oh ... ternyata sudah pukul dua belas malam. Arlene berjalan mendekati pintu seperti pusaran asap itu, bersiap untuk memasukinya, tapi tiba-tiba bahunya ditepuk dari belakang.

WERELDEN Where stories live. Discover now