Apa yang kau harapkan padanya Elena?! Batin gadis itu kesal.

-

Elena berada di halaman belakang Mansion itu, sungguh pemandangan yang sangat indah yang pernah ia lihat. Untung saja, Dax tak melarangnya untuk keluar dari kamar. Kalau saja Dax melakukannya, mungkin Elena akan mati karena bosan di kamar.

Rumput hijau yang membentang dengan danau yang tak begitu dalam di tengahnya dan beberapa pohon cantik di pinggir danau serta daun yang berguguran dari pohon itu, turut menghiasi pemandangan itu. Sungguh Elena sangat takjub.

Elena duduk di pinggir danau dengan beberapa buah apel yang menemaninya. Sesekali, ia melempari batu kerikil ke arah danau untuk menghilangkan rasa jenuhnya. Bagaimana tak jenuh? Tak ada satu pun pelayan yang boleh menemani Elena, setelah kejadian kemarin.

Saat sibuk melempari kerikil ke danau, Elena dikejutkan seseorang dari belakang. Apel yang berada di tangannya pun sampai terjatuh. Ia lalu, menoleh dan mendapati kedua orang tuanya sedang tersenyum kepadanya.

"Mom, Dad?!" Ucap Elena dengan wajah berseri-seri seraya memeluk kedua orang tuanya. Mereka pun membalas pelukan Elena. Bukan hanya Elena yang merindukan mereka, tetapi juga mereka turut merindukan anak perempuannya.

"Sayang? Kamu baik-baik saja? Kamu tidak terluka? Ada yang sakit? Kamu lapar? Ad--"

"Cih. Yang benar saja. Kau pikir aku akan membunuh calon istriku?"

Belum sempat Anna menyelesaikan kalimatnya, Dax sudah lebih dulu memotongnya, membuat Elena menggerutu dalam hatinya.

Kalau saja Dax bukan seorang psikopat, mungkin perut Elena sudah dipenuhi kupu-kupu sekarang. Karena mendengar ucapan Dax. Namun, nyatanya.. mendengar ucapan itu dari mulut Dax, justru membuat Elena makin membencinya.

Dasar! Mengganggu kebahagian orang saja! Lagi pula sedang apa dia di sini?! Mengawasiku? Pergilah sana! Kembali ke kesibukanmu! Dasar psikopat!

Gerutu Elena dalam hatinya sembari menatap sinis ke arah Dax yang sedang menyandarkan dirinya di pintu. Untung saja, Dax sedang sibuk dengan kukunya. Entah apa yang dilakukannya, yang jelas Elena bersyukur karena orang itu tak melihat tatapan membencinya. Kalau dia sampai lihat, mungkin saja ia sudah ke surga sekarang.

"Aku baik-baik saja, Mom. Bagaimana dengan kalian?"

Kemudian, mereka pun tenggelam dengan canda tawa yang sangat mereka rindukan. Bersama keluarga sembari melihat pemandangan indah ini, tentu akan sangat berharga bagi Elena. Walaupun, di tengah pengawasan seorang psikopat gila.

-

Dax memasuki kamar Elena dengan seorang dokter di belakangnya. Dokter itu berbeda dari dokter yang merawat Elena sebelumnya. Elena hanya menatap mereka dengan raut wajah kebingungan.

Kemudian, Dokter tersebut memeriksa Elena setelah mendapat instruksi dari Dax.

Setelahnya, sang Dokter memberitaukan Dax hasil pemeriksaannya.

"Rahimnya sehat, seluruh organ tubuhnya juga sangat sehat. Hanya saja, dia sedikit kekurangan cairan, tapi tak seberpengaruh itu terhadapat rahimnya." Jelas sang Dokter.

Mata Elena terbelalak. Ia terkejut dan bingung untuk apa Dax memeriksa seluruh organ tubuhnya. Pikiran-pikiran negatif pun mulai menyerang.

Jangan-jangan organku akan dijual? Hah?! Tidak mungkin, tidak mungkin... Batin Elena sembari meremas selimut yang menutupi sebagian tubuhnya.

Dax kemudian, menyuruh Dokter itu segera keluar. Tak lupa, ia memberikan banyak upah kepada Dokter itu untuk tak bercerita apa pun kepada siapa pun tentang hari ini, dengan kata lain ia ingin dokter itu bekerja seperti biasa seolah-olah tak pernah datang ke kediaman seorang keluarga Fransisco.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now