"Menurut lo, dengan lo ngajak dia kemana mana bakal bikin hidup dia berwarna? Menurut gue, dia malah kerepotan banget. Gue jamin," ucap Guntur yakin.

"Pasti lah. Jalan ke kantin aja dia bilang 'ngerepotin banget' apa lagi ngeladenin gue yang banyak acara gini. Setiap hari dia ngeluh tapi dia gak pernah nolak," cerita Manda dengan senyuman yang sama sekali tak lepas dari wajahnya.

Guntur tertawa. "Kemaren lo nonton dia tanding sama adek kelas?"

"Enggak, gue masih di kantin. Gue gak percaya dia bisa main basket."

"Lo tau? Dia senyum. Gue baru pertama kali itu liat dia senyum, cantik banget." Ucap Guntur mengalir begitu saja.

"Serius dia senyum?" tanya Manda tak percaya.

"Iya walaupun cuman lima detik."

"Wah, keren. Setahu gue Dira cuman senyum kalo lagi nonton Anime atau baca komik. Hih gue jadi penasaran kenapa dia bisa senyum," Manda greget sendiri. Ia menyesal tidak menonton pertandingan Dira.

"Btw tur, bukanya waktu itu gue nyuruh lo beliin es kopi buat Dira?" tanya Manda ingat.

"Oh, udah gue beliin. Terlanjur gue minum waktu nonton dia tanding. Gak gue kasih deh," jelas Guntur membuat Manda melongo.

"Terus roti coklat? Bukanya gue nyuruh beli sandwich aja? Dira kan gak suka manis," tanya Manda lagi.

Guntur menoleh tanpa dosa. "Emang iya? Pantes dia gak mau," ucapnya santai.

Manda menggeleng miris, percuma saja menyuruh Guntur. "Dasar!" Rutuk Manda tak habis pikir.

"Udah mending gue mau beliin," ucap Guntur seraya mengangkat bahunya acuh.

"Gak guna banget nyuruh lo," cibir Manda gregetan.

"Kalo bukan karna awan yang nyuruh, gue juga ogah nurutin lo." Cecar Guntur balik.

"Dih!" 

Guntur tertawa sembari beranjak berdiri, berniat untuk pergi. "Cabut gue, kayaknya mata cowok lo bisa copot kalo gue ngobrol lama sama lo." Kata Guntur sembari menatap Awan di tengah lapangan sana yang sedang memelototinya.

Guntur pergi dan Manda langsung mengikuti arah pandang Guntur tadi. Manda melambai menyadari Awan sedang memperhatikannya.

Awan keluar dari lapangan begitu saja, meninggalkan permainan yang masih berlanjut. Dengan wajah masamnya, Awan berjalan menghampiri Manda.

"Seru banget ngobrolnya, ngomong apa aja dia?" tanya Awan ketus.

"Situ cemburu?" tanya Manda menggoda.

Awan hanya diam, wajahnya semakin masam saja.

"Cie yang cemburu cie~ sama temen sendiri kok gitu. Takut banget aku kecantol Guntur?" Goda Manda jahil.

"Guntur cowok normal, dia bisa suka kamu walaupun kamu pacar aku. Lagi pula dia gak pernah se-akrab itu sama kamu, kenapa tiba-tiba ngobrol asik gitu?" Awan merajuk, cowok itu sangat cemburuan. Ia sangat takut Manda beralih ke laki-laki lain.

"Ututu yang cemburu. Jangan suuzon sama temen sendiri, tuh lagi bahas yang tiduran di atas." Ujar Manda seraya menunjuk Dira yang masih tidur.

Awan mendongak memandang ke arah yang di maksud kekasihnya. Ia reflek berdecih melihat Dira. "Bisa-bisanya dia tidur kayak gitu," cibir Awan terheran.

"Ngapain Guntur bahas Dira?" Tanya Awan, tumben sekali. Bukankah Guntur itu tipe orang jarang ngobrol kalo gak penting-penting banget?

"Aku duluan yang bahas, tanpa sadar ngalir gitu aja."

FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang