Chapter 11: Frienship

Start from the beginning
                                    

“Hei,” sapaku ketika aku berdiri di sebuah jendela kamar rumah bertingkat dua ini.

“Huaaa! Harry! Kau membuat jantungku hampir meloncat keluar!” dia Yuka. Perempuan berambut coklat panjang bergelombang yang membuatku berhasil jatuh karenanya.

Aku hanya tertawa melihat reaksinya. “Ngomong-ngomong, kau sudah mengurus semua dokumen untuk senin besok?”

“Udah,” balasnya ketus lalu kembali memutar kursinya dan bergulat dengan tumpukan buku di atas mejanya.

“Hei, maaf.. aku nggak berniat membuatmu kaget seperti itu,” kulangkahkan kakiku dan masuk ke dalam kamarnya. Dia hanya terdiam mengabaikan seluruh omonganku. Kuraih kepalanya dan mulai mengacak-acak rambutnya.

“Sudah kubilang jutaan ribu kali, Mr. Styles! Berhentilah merusak rambutku!” akhirnya Yuka berdiri dari kursinya dan mulai berlarian di dalam kamar ini dengan tawa yang terus bergema.

“Ah,” BRUAK. Dia terpeleset ketika dia menginjak sebuah tumpahan air mineral di atas lantai. Aku membuka mataku dan kulihat Yuka terbaring di atasku. Seketika wajahku dan wajahnya memerah bagaikan tomat busuk dan jantungku berdetak tidak beraturan.

“Ma-maaf aku eh aduh maaf..” dengan kilat, Yuka bangun dan duduk di atas lantai menutupi wajahnya dengan sweater yang besar yang dia pakai. Aku tidak bisa berkata apa-apa.

Tiba-tiba keadaan di dalam kamar ini terdengar sangat sunyi. Awkward moment mulai timbul di antara kami berdua. “Uh, kau mau mengantarku membeli sesuatu?” tanyaku. Dia hanya mengangguk dan berdiri dari duduknya, begitu pun aku.

            Kami berdua berjalan di sepanjang jalan menuju sebuah toko yang terletak tidak terlalu jauh dengan berjalan kaki. Tidak ada sebuah percakapan pun dari kami berdua karena kejadian tadi masih terus berbayang.

“Harry..”

“Ya?”

“Ma-maaf dengan yang tadi. Aku nggak bermaksud..”

“Sudahlah. Hal begitu saja kok kau permasalahkan sampai sejauh ini,” balasku sambil mengusap-usap leher bagian belakangku. “Hei, kita sampai,” kutunjuk sebuah toko jam di sebelah kiriku dan kami berdua pun masuk ke dalam sana. Aku berjalan menuju kasir setelah mengambil barang pesananku.

“Wow, kotakny lucu sekali,” ucap Yuka ketika dia melihat sebuah kotak berwarna pink muda di tanganku.

“Kau mau lihat isinya?” tanyaku. Dia mengangguk penuh rasa penasaran. Sebuah jam berbentuk bulat segenggaman tanganku membuat matanya berbinar.

“Jam ini indah sekali!”

“Dia masih punya kehebatan lainnya,” kubuka penutup jam tersebut dan seketika sebuah melodi tak bertuan mengalun pelan.

“He-hebat… ngomong-ngomong, untuk siapa jam ini?” Yuka terus meneliti setiap sisi dari jam bundar berwarna keemasan bergaya vintage ini.

Untuk siapa… Ini untukmu. Untuk hadiah ulang tahunmu. Untukmu ketika aku menyatakan perasanku padamu. “Ini untuk kakakku. Kurasa dia akan menyukainya,” senyumku berbohong menyembunyikan sesuatu.

“Kau adik yang hebat! Kakakmu pasti suka!” serunya lagi menunjukkan kegirangannya. Aku rasa kau yang akan menyukai itu Yuka..

.

.

            Senin. Hari pertama kembali ke sekolah setelah libur panjang yang bagaikan surga. Yuka menjadi murid baru di sekolah ini. Menjadi murid baru tepat di hari ulang tahunnya. Hari yang telah aku tunggu-tunggu setelah tujuh tahun aku memendam semua perasaanku padanya. Aku selalu mengharapkan yang terbaik.

Voice of The SkyWhere stories live. Discover now