Bab 2: Keluarga

32 11 8
                                    

"Awal yang cerah, diawali dengan senyum yang merekah. Kehangatan yang terjalin menggambarkan keharmonisan dalam Istana yang penuh ketidakpastian keadaan yang sebenarnya."

2016

*Cinta tegarkan hatiku, tak mau sesuatu merenggut engkau* nada dering di ponsel Rahsya yang selalu membangunkannya untuk melakukan aktivitas rutin, meskipun terkadang kurang mempan juga di saat lelah atau pada saat waktu libur. Tapi, entah kenapa Rahsya menyukai lagu itu, karya seorang Melly Goeslow, pencipta dan penyanyi istimewa itu membuat Rahsya sangat kagum pada sosoknya (Oke kita kembali lagi pada cerita Rahsya bersama keluarga dan segala aktivitasnya ya, cusss...).

Pagi ini, dimulai dengan aktivitas yang sangat padat. Bagaimana tidak padat karena ini adalah Hari Senin dimana banyak orang harus memulai aktivitas yang mengharuskan kita tersenyum lebar meski hati sedang dalam keadaan memar, Hari dimana Rahsya dan Ibunya harus pergi mengajar, Ayahnya harus ke kantor, sedangkan Kakaknya masih berada di luar kota.

Ayahnya bekerja di salah satu Instansi Pemerintah sebagai Kepala Bagian yang mengharuskannya mengurus segala aktivitas yang menumpuk dan masalah-masalah yang ada di didalamnya, tak jarang juga Ayahnya harus pergi ke luar kota untuk urusan Dinas. Ibu Rahsya bekerja sebagai Guru yang tak kalah lelah namun selalu dijalani dengan perasaan yang bahagia. Sedangkan Kakak Rahsya berprofesi sebagai Polisi yang bekerja dalam bidang IT dan sekarang dia juga sedang berkuliah mengambil jurusan Hukum karena Kakak Rahsya merasa bekerja di Kepolisian jika tidak tahu Pasal-Pasal dalam Hukum ibarat pohon tanpa akarnya (Hampa, gak sih? Hahaha).

Sebelum berangkat ke kantor mereka selalu menyempatkan untuk makan bersama yang selalu dipenuhi dengan canda tawa. Menu yang ada di meja sangat sederhana, yaitu Sayur Asem, Tempe Goreng, Gereh, Tahu Goreng, Telur dan Susu. Tiap harinya sesederhana itu, ya adakalanya makan ikan, ayam dan seafood juga tapi itu bukan menu favorit keluarga Rahsya, padahal mereka keluarga yang kaya raya. Bahkan Rahsya hampir tiap hari selalu membawa bekal dari masakan Ibunya. Meskipun di rumahnya banyak Asisten Rumah Tangga salah satunya di bagian masak tapi Ibu Rahsya selalu senang masak sendiri karena menurutnya lebih puas.

Tak lama setelah selesai makan mereka berangkat ke kantor masing-masing. Ayah dan Ibu Rahsya berangkat dengan mobil yang sama karena kebetulan kantor mereka berada di arah yang sama. Sedangkan Rahsya selalu berangkat mengendarai mobil kesayangannya untuk pergi kemana pun, meskipun mobil itu dilihat banyak orang sudah selayaknya dijual karena sekelas Rahsya yang sudah tak pantas memiliki mobil itu. Tapi, Rahsya tak mengambil pusing omongan orang, dia selalu bisa meredam segala kebutuhan yang menurutnya bukan prioritas utama. Dia dan kakaknya memang dididik untuk tidak menghambur-hamburkan uang dan jangan pernah sombong atas apa yang sudah dimiliki, bersikaplah rendah hati meskipun kamu sudah dikelilingi dengan banyak rezeki dan orang-orang yang mengagumimu, ingatlah diatas langit masih ada langit, selalu bekerja keras, bersyukur dan berbagi adalah kunci orang suskes, itu yang membuat keluarga mereka istimewa di mata banyak orang.

Saat di jalan ingin keluar komplek perumahan, dia melihat Ahnaf sedang ingin berangkat kerja juga, karena kebetulan rumah mereka satu komplek dan tempat kerja mereka juga sama, jadi Rahsya selalu menawarkan untuk berangkat bareng, tapi Ahnaf selalu menolak karena merasa nggak enak hati. Meskipun Ahnaf selalu menolak ajakan Rahsya untuk berangkat bareng jadi mereka tetap berangkat bareng namun dengan mobil yang beriringan.

Setelah mereka berangkat, terjadi insiden ban mobil Rahsya bocor di jalan sekitar 10 Km menuju ke sekolahan, padahal kurang 3 Km lagi sampai di sekolahan, tapi apalah daya Rahsya harus meminggirkan terlebih dahulu mobilnya dan menambalkan ban mobilnya di dekat sana, sedangkan Ahnaf masih tertinggal di belakang karena terlambat melewati lampu hijau. Sebenarnya, hanya butuh waktu sekitar 30 menit saja kalau tidak macet atau ada insiden lain menuju ke sekolahan, selagi menunggu mobilnya dia sempatkan untuk membaca ulang hasil tulisannya semalam. Saat dia sedang asyik membaca sekitar 10 menit, ternyata mobilnya sudah selesai di tambal dan sangat kebetulan Ahnaf berhenti meminggirkan mobilnya untuk bertanya kepada Rahsya.

"Loh, aku kira kamu sudah sampai di sekolah, kenapa mobilmu?" tanya Ahnaf kepada Rahsya.

"Iya nih ban mobilku lagi berdarah karena kena paku terus karena aku gak tega yaudah aku bawa ke dokter ahli ban, hihihi," Jawab Rahsya sambil bercanda dan berjalan menuju pintu mobilnya.

"Halah, masih bisa bercanda, yaudah ayo lajukan mobilmu dulu, tenang aku selalu ada di belakangmu, hahaha," Ujar Ahnaf membalas candaan Rahsya sambil berjalan menuju pintu mobilnya.

Sesampainya di sekolah, mereka berdua menyapa Meisya, Gandhi dan staf-staf lainnya yang sudah sampai duluan. Masih ada waktu sekitar 20 menit untuk beristirahat, mengobrolkan apa yang sudah mereka alami pagi ini karena Ahnaf dan Rahsya selalu berangkat dari rumah itu pukul 06.00 WIB jadi selalu ada waktu senggang sebelum memulai sistem pembelajaran. Saat asyik mengobrol bel pertama pun berbunyi, menunjukkan waktu mereka untuk mulai memberi pendidikan pada generasi penerus Bangsa.

Tak terasa bel terakhir pun berbunyi, itu menandakan waktu yang ditunggu semua orang tiba yaitu pulang. Karena tak hanya murid yang lelah, guru pun tak kalah lelah. Sebelum pulang Rahsya dan tiga temannya selalu saling mengobrol untuk saling memberi saran atas segala aktivitas yang telah mereka jalani, seperti evaluasi untuk diri sendiri bahkan mereka tak canggung mengobrolkan tentang keluarga.

Ya, karena mereka adalah empat sekawan, tidak ada yang tidak tahu kalau mereka sudah sedekat nadi, bahkan keluarga mereka tergolong keluarga dengan status sosial yang tinggi dan sama-sama orang yang terpandang. Bahkan mereka sama-sama lahir dari keluarga Guru karena salah satu orang tua mereka berprofesi sebagai Guru, sama seperti mereka.

Di saat mereka asyik membahas tentang keluarga dan sekolah, Rahsya mengajak teman-temannya ke Mall dan Toko Buku karena Rahsya ingin mencari inspirasi tulisannya, dan teman-temannya pun dengan senang hati mau ikut.

Saat sampai di Mall mereka langsung berjalan menuju Toko Buku dan sesampainya di Toko Buku mereka berpencar dengan tujuan buku yang berbeda. Rahsya sudah menemukan beberapa buku dan membaca satu per satu bukunya, namun dia merasa ada yang memperhatikannya dari kejauhan. Saat dia berpaling, orang itu pindah pandangan. Karena Rahsya merasa tak nyaman akhirnya memutuskan untuk mengajak teman-temannya pergi mencari makan, tanpa Rahsya mau menceritakan apa yang sudah dia alami.

--- BERSAMBUNG ---

MISS RAH(A)SIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang