Chapter 1: Awal Mula

Começar do início
                                    

"Oalah pak Siwon mentang-mentang dah punya pacar!" Sahut seseorang dari arah belakang. Beraninya cuma waktu pak Siwon dah hilang di balik pintu.

"Emang siapa pacarnya?" Sebelahnya ikut nimbrung

"Hah jadi bener Miss Asri tuh gebetannya pak Siwon?" Yang satu ini malah histeris sendiri. Diana sampai tutup kuping, karena lucunya kakak ini menyahut dari deretan bangkunya.

"Sstt kak Cun sarapan pake toa ya? Spiker sampe minder."

"Sialun Aming." Gadis itu, Sun, lantas kembali duduk di kursinya.

Ah, soal kelompoknya. Mengingat hal tersebut membuat Diana mendadak panik. Berpasangan dengan orang di sebelahnya? Which is Nina? Hell! Mending dia ngerjain sendirian.

Ia sudah muak. Membayangkannya saja enggan. Sampai tiba-tiba sebuah suara menginterupsi, "Diana, lo.."

"GAK!" Jawabnya mulus. Mulus sekali sampai ia bahkan belum tahu siapa yang berbicara. Begitu ia tersadar, Rara, gadis kepang dua itu sudah beringsut mundur dengan tatapan takut.

"Ah... Sorry Ra." Tutur Diana pelan, merasa bersalah melihat Rara sedikit ketakutan. "Gue kira elo..."

"Yuk Nin! Sekelompok ama gue yaaa~" Sun mengapit sebelah lengan Nina sambil menuntun gadis itu bangun. Nina menurut walaupun ekspresinya terkesan pasrah sambil manggut-manggut, mengikuti pergerakan Sun yang berjalan menggandengnya tapi sambil mantul-mantul.

Diana menatap kedua sejoli— ah... Kedua orang itu melewatinya sambil terpaku. Menanti momen mereka cukup jauh baru melanjutkan kalimatnya.

"Gue kira elo orang lain tadi. Maaf ya."

Rara mulai meralat ekspresinya, berubah lega namun mengernyit, "Nina ya?" Gadis itu berbisik ragu. Sebenarnya Rara hanyalah anak kecil yang lugu, maka dari itu nadanya terkesan ambigu. Layaknya pembukaan obrolan gosip, tapi juga tidak ingin terlalu mencari tahu.

"Gitu lah. Kita sekelompok ya? Mau bahas kapan?"

"Gue sore ini bisa sih." Rara menjawab sambil tunjuk jam. "Tapi jam 3 sore ada acara klub. Kalo mau jam 6 lo bisa gak? Kita bahas konsep aja dulu. Cari referensinya besok lagi kalo nanti ga cukup."

Diana mengangguk girang, "Bisa banget!"

Nah kalo gini kan cocok.

***

Setelah menggeledah tas dan menemukan sekotak sapu tangan, Diana mengelap bibir dengan hati-hati, takut lipstiknya ikut terhapus karena satu-satunya yang ingin ia hapus adalah kuah Indomie, bekas makan sorenya.

Begitu merapihkan sedikit rambut, Diana langsung melihat Rara yang melambai. Maksudnya tangan gadis itu yang melambai. "Lama nunggu?"

"Enggak, gue tadi juga pulang dulu."

Rara mengangguk paham. Kemudian mereka bersama-sama masuk ke dalam perpustakaan. Sesekali Rara menggaruk kepala, merasa minder dengan Diana yang wangi sementara dia berbekal mandi tadi pagi. Apalagi ketika banyak mahasiswa/i lain yang tersenyum ke arah Diana.

Gadis itu benar-benar terkenal.

Mereka berjalan hingga ke meja pegawai perpustakaan. Ada kak Brina di sana.

ParallelOnde histórias criam vida. Descubra agora