Chapter 1: Awal Mula

33 7 157
                                    

Pagi hari, di jadwal terpagi kuliah, Diana harus buru-buru naik taksi agar setidaknya dia tidak terlambat lebih dari sepuluh menit. Terlambat bangun bukan hal tabu bagi Diana, maka dari itu dosennya hari ini, pak Siwon, sudah mengancamnya dengan nilai C jika terlambat masuk kelasnya lagi.

Dibilang rajin tidak, malas juga tidak. Layaknya mahasiswi pada umumnya. Bisa nakal, bisa disiplin, nurut seperlunya, membangkang boleh juga. Diana hanya bukan tipikal yang melekat pada buku meskipun sore hari ia sangat suka berdiam diri di perpustakaan. Ngapain? WiFian.

Petugas perpustakaan, kak Brina, sampai bosan untuk mengusirnya. Namun sekarang kak Brina punya jurus ampuh untuk membuat Diana pergi. Yaitu mematikan WiFi ketika sudah memasuki jam 11 malam. Dari situlah Diana akan pergi ke tempat lain.

Lanjut ke perjalanan Diana, gadis itu mulai berlari dari awal dia turun taksi, menyusuri koridor lalu buru-buru nyempil masuk lift yang hampir tertutup.

Diana sempat terpental karena tiba-tiba berhenti saat sedang berlari kencang. Orang-orang di belakangnya bahkan spontan memeganginya. Diana tersenyum manis —gambaran dari seorang dewi kampus sedang membagi pesonanya— sambil membetulkan tote bag yang hampir terlepas

"Terima kasih..." Ucapnya sambil sedikit melirik cowok pendiam di samping ia berdiri, karena cuma dia yang diam saat semuanya ikut tersenyum sambil basa-basi menjawab "Iya tidak apa-apa." Ah tapi yasudahlah.

Setelah sampai di lantai lima, Diana langsung menuju ruang kuliah pak Siwon. Untungnya ia belum terlambat. Buruknya, tidak ada kursi yang tersisa.

Ini bisa saja terjadi mengingat pak Siwon sangat tegas terhadap ucapannya. Pernah pak Siwon bilang, jika ada seorang yang terlambat mengumpulkan tugas, maka seluruh kelas menanggungnya bersama-sama. Benar saja, kakak tingkatnya harus repot-repot mengulang pelajaran pak Siwon di tahun berikutnya karena kosong di satu nilai tugas.

Maka dari itu Diana yakin bahwa seisi kelas ini pasti sudah diancam oleh beliau.

Matanya bergerilnya. Mencari celah kepala sebagai tanda bahwa kursi di sana tidak ada penghuninya. Ketemu. Matanya berhenti di deretan paling depan. Sungguh ironi.

Tanpa menghitung detik, Diana ambil resiko. Memberanikan diri menuruni tangga kecil hingga sampai di barisan paling depan, mengucap kata permisi untuk menargetkan kursi ketika dari tengah itu.

Akan tetapi, hal pertama yang dilakukannya setelah duduk adalah mengumpat.

"Anj..." Diana berhenti lalu menggertakkan gigi, lebih baik daripada melanjutkan ucapannya yang berpotensi mengagetkan seluruh penghuni kelas.

Orang di sebelahnya menengok, hanya beberapa detik menatapnya lantas kembali fokus mencari buku. Seolah tidak ada apa-apa.

Iya, itu Nina.

Tak mau ambil pusing, Diana hanya mendengus pasrah walaupun sebenarnya moodnya sudah anjlok. Baiklah, mari kita lihat, Diana sudah siap bertaruh pada nasibnya hari ini.

***

"Ada pada topik ke tiga pada halaman 234, sudah diberi contoh penggunaan korelasi dan regresi. Maka, tugas minggu depan silakan membentuk kelompok lalu lakukan penelitian kecil dengan topik pendidikan." Dua jam sudah pak Siwon berpetuah. Akhirnya bertemu dengan akhir pembelajaran.

Beliau sudah berbalik, memberesi lembar demi lembar bekal mengajar, sebelum seseorang nyeletuk, "Pak kelompoknya gimana?"

Pak Siwon bahkan menjawab tanpa membalikkan badan, "Udah gede cari sendiri. Pasangan aja, atau gak tuh sama sebelahnya. Kalo ganjil ya bertiga. Kasian udah jomblo masa nugas juga sendirian." Setelah berbicara dengan punggung, akhirnya pak Siwon menatap mahasiswanya sedetik, hanya untuk tersenyum simpul kemudian pergi begitu saja.

ParallelKde žijí příběhy. Začni objevovat