[ Last Chapter ]

682 93 35
                                    

" Kamu dulu tinggal di perumahan Jecob kan?"

Aku berkerut kening. Setelah mencoba mengingat - ingat kembali masalaluku akhirnya aku menemukannya. Menemukan kepingan - kepingan ingatan kala itu. Perumahan Jecob merupakan salah satu komplek elit yang sampai saat ini kebanyakan dihuni oleh  orang - orang pengaruh dan para pejabat.

Aku ingat saat aku masih kecil, ibu dan ayahku bekerja di salah satu perumahan milik Jecob. Aku dan orang tuaku sempat tinggal sekitar tiga tahun disana. Jika Pak Jungkook tidak mengungkit, mungkin saja aku masih lupa.

" Itu udah lama banget, kok Bapak bisa tahu?"

" Kamu ingat laki - laki gendut yang suka kamu panggil Kak Jeka?"

Aku memicingkan mataku, tidak mungkin anak laki - laki itu yang sering aku panggil Jeka Pak Jungkook kan?.

" Bapak itu Kak Jeka??"

Setelah aku mengamati Pak Jungkook, memutari tubuhnya aku baru sadar bahwa sepertinya ini memang ada kemiripan. Ya, meskipun sekarang Pak Jungkook memiliki penampilan fisik yang berbeda seratus delapan puluh derajat dari  yang dulu.

" Iya. Ini saya, Kak Jeka. Enggak nyangka kan? "

Ingatanku mulai membawaku kembali ke masa - masa saat aku kecil. Aku ingat sekali kalau dulu aku cepat merasa bosan. Aku kerap sekali jalan - jalan sendiri mengelilingi perumahan. Dan di situlah aku bertemu dengan Pak Jungkook.  Setiap sore, Pak Jungkook selalu duduk di ayunan taman kecil yang ada di perumahan.

" Kak Jeka kenapa nangis lagi?"

" Aku dibilang gendut, jelek, jerawatan kaya anak pungut, sama sekali enggak mirip dengan kedua orang tuaku."

" Kak Jeka ganteng kok!"

Kak Jeka mengangkat kepalanya.

" Jangan bohong!"

" Kakak itu ganteng kalo gak nangis. Nih aku kasih permen yang sama. Kata mamang sekolah aku beli satu gratis satu. Jadi yang gratisnya buat kakak aja. Jadi kak Jeka jangan nangis lagi ya, aku sudah rela lho berbagi permen."

" Terimakasih."

Aku yang saat itu masih kecil menganggukan kepala.

" Iya tapi nanti beliin coklat ya."

" Kamu suka coklat?"

" Aku suka semua yang gratis kak."

" Dasar."

" Bercanda kok kak, tuh kan kalau senyum tambah jeleknya."

Kak Jeka menatapku kesal.

" Kok jelek!"

" Makanya beliin coklat dulu.".

" Ya udah iya."

" Nah kan jadi ganteng."

Aku menatap Pak Jungkook sembari menahan tawa.

" Jangan meledek saya, awalnya saya enggak yakin itu kamu. Tapi setelah Bu Joo merekomdasikan kamu sebagai sekretaris saya, semua sikap kamu benar - benar mengingatkan saya tentang masa kecil kamu itu."

" Kenapa Bapak pura - pura enggak kenal saya?"

" Kamu juga, kenapa enggak kenal saya?"

Aku menghela napas.

" Saya lupa, lagian udah lama juga."

" Saya terlalu malu untuk mengatakannya."

" Terus kenapa sekarang Bapak mau bilang?"

 Playboss [BOSS Kampret]Where stories live. Discover now