Jihye sudah akan menyela, tapi kata-kata tidak keluar dari mulutnya dan Hoseok tetap saja berbicara.

“Beliau sangat menyayangimu. Kupikir ayahmu akan menghajarku karena sudah membuat puterinya seperti ini, tapi ternyata tidak. Banyak cerita yang tidak aku tahu Jihye. Kau harus menceritakannya sendiri nanti.”

Genggaman tangan Hoseok mengerat. Sebuah kecupan lembut dapat Jihye rasakan menyapa punggung tangannya. Ada desiran aneh yang terasa pada diri Jihye. Namun, perempuan itu menjadi tidak paham dengan apa yang terjadi. Terutama apa yang dia rasakan.

“Aku lebih tidak berani lagi bertemu ibumu. Kau yang paling tahu kan Jihye, sepengecut apa sebenarnya suamimu ini? Ibumu sepertinya sangat marah. Beliau sama sekali tidak ingin menatapku apalagi mengajak bicara. Sepertinya beliau tidak menyangka hal ini bisa terjadi.” Ada jeda cukup lama sebelum Hoseok kembali melanjutkan, “Aku tidak pernah lupa saat ibumu begitu percaya menitipkan kau kepadaku. Harusnya aku tidak mengecewakan beliau.”

Perempuan itu pasti menyalahkan diri sekali lagi atas apa yang telah dialami puteri semata wayangnya. Memikirkan itu membuat Jihye merasa egois.

“Ayo pulang Jihye,” ajak Hoseok sekali lagi. Kembali mengecup lembut punggung tangan Jihye. Jihye memperhatikan dengan asing. “Ayo bangun.”

Bangun?

Jihye mengernyit.

“Aku tahu kau kuat. Bayi kita pun kuat karena ibunya kuat. Kau sudah tidur terlalu lama sejak kemarin. Ayo bangun. Semua orang menunggu.”

Apa sebenarnya yang tengah dibicarakan Hoseok?

Jihye tidak mengerti. Kepalanya tiba-tiba terasa sangat pening. Namun sebuah kecupan lembut dirasakan Jihye menyentuh sisi dahinya. Tanpa disadari, keadaan sekitar berubah menjadi sangat gelap. Pantai dan pemandangannya lenyap, begitu juga dengan presensi Hoseok yang entah sejak kapan tak lagi terlihat. Hanya hangat genggam tangannya yang tertinggal. Masih terasa erat melingkup satu punggung tangan Jihye yang bebas. Perlahan, cahaya menyilaukan menganggu pengelihatan Jihye. Namun kelopak matanya seperti terasa berat dan enggan terbuka. Jihye tetap berusaha mengerjap mata. Perlahan.

“Jihye?”

Jihye menghiraukan panggilan tersebut. Objek-objek masih terlihat samar, tapi satu hal pasti yang Jihye tahu adalah … dia sedang ada di rumah sakit.

Ruangan serba putih, aroma obat yang kuat serta suasana kesibukan orang-orang di luar sana. Jihye mendesah, hendak meraih kepalanya yang masih terasa pening, akan tetapi pergerakannya tertahan.

“Jihye kau sudah sadar?” suara Hoseok begitu antusias menyapa indera pendengarannya. Jihye menggeleng samar. Tangannya terarah menyentuh perutnya yang masih membuncit. Ada rasa lega yang membuatnya merasa lebih baik.

“A-aku panggil dokter sebentar! Aku juga akan memanggil Jungkook untuk menemanimu. Sebentar Jihye!”

Jihye melihat Hoseok terburu-buru keluar dari ruang rawatnya. Perempuan itu mendesah entah karena apa. Diliriknya pergelangan tangan kirinya yang terbalut perban, juga punggung tangannya yang terpasang selang infus. Untuk apa sebenarnya semua ini? Jihye berusaha mengingat kejadian sebelum ini dan penyebab dia berbaring di rumah sakit seperti sekarang.

Pintu ruangan terbuka, menunjukkan wajah cemas Jungkook yang bergegas mendekati ranjang. Pemuda itu menghela napas lega setelah memastikan Jihye baik-baik saja.

“Aku sangat bersyukur Noona kembali,” sapanya penuh makna.

****

Jihye dan bayinya baik-baik saja. Hoseok cukup mengetahui hal itu untuk bisa membuatnya tenang. Bayangan-bayangan buruk yang menghantui pikirannya semalaman tidak akan terjadi. Dia masih diberi kesempatan untuk tetap bisa bersama Jihye dan anaknya. Walau tidak untuk waktu dekat ini.

Dokter bilang, kondisi emosi Jihye masih perlu diperhatikan. Tidak boleh terlalu sedih dan stress, jika tidak ingin terjadi hal buruk lagi di kemudian hari. Dokter bahkan menyarankan supaya Jihye bisa ditangani oleh spesialis yang lebih ahli berkaitan dengan kejiwaannya. Mengingat riwayat kecenderungan Jihye untuk menyakiti dirinya sendiri―Hoseok pun baru tahu kemarin saat dokter menginformasikan ada beberapa bekas luka gores yang cukup mengkhawatirkan di daerah lengan kiri Jihye. Fakta tersebut membuat Hoseok semakin menyalahkan diri. Dirinya begitu tidak peka atas kesulitan yang dihadapi sang istri. Jihye pasti telah melewati banyak hari berat, hingga harming harus menjadi pilihannya sebagai pelampiasan. Hoseok benar-benar merasa buruk sekarang.

Mengunjungi psikiater tentu hanya bisa direalisasikan dengan persetujuan Jihye. Maka dari itu, yang bisa dilakukan Hoseok sekarang adalah merawat Jihye sebaik mungkin. Menjaganya semaksimal yang Hoseok bisa. Hoseok tidak tahu mengapa, ia hanya merasa tidak ingin kehilangan Jihye. Dia tidak bisa. Kejadian sebelum ini membuatnya menyadari bahwa dia butuh Jihye tetap baik-baik saja, berada di sisinya.

Namun, tidak bisa Hoseok bantah bahwa sepulang Jihye dari rumah sakit, Jihye semakin tidak tergapai olehnya. Perempuan itu lebih banyak diam dari biasanya. Sangat-sangat jarang bicara. Bahkan hampir tidak sama sekali dengan Hoseok.

Jihye hanya akan buka suara pada Jiwoo, Jungkook, dan orangtua mereka. Seakan Hoseok adalah orang asing baginya. Meski laki-laki itu sudah berusaha keras untuk bisa lebih dekat dengannya.

Jihye tidak berubah, selalu menyimpan pemikirannya sendiri sampai saat ini. Hal yang membuat Hoseok takut dan percaya bahwa Jihye masih tidak baik-baik saja.

Ini tidak bisa dibiarkan terlalu lama. Apa yang seharusnya Hoseok lakukan?

xxxxx
Mari akhiri semuanya dengan benar, Gaes ☺️☺️

Yok bismillah
Dua part lagi gimana?
Tapi sebelumnya aku butuh pendapat kalian.

Menurut kalian, apakah sikap Jihye too much?

Lalu, apakah yang seharusnya dilakukan Hoseok?

So far, cerita ini nggak melenceng jauh dari plotlineku walaupun aku lemot banget nulisnya, balik lagi ke inspirasi awal lirik lagu House of Cards, tapi aku butuh pendapat kalian untuk menyempurnakan ending yang aku susun. Kenapa? Karena kalian adalah motivasi aku tetep nulis Gaes. Aku nggak mau mengecewakan kalian lebih dari aku yang lemot apdet🙏
I love you all so much💜 Terima kasih sudah membaca sampai sini. Terima kasih sudah selalu membersamai karya yang tidak populer ini🙏🙏

Selalu sehat dan bahagia, ya? 💜

Dydte, 29 Agustus 2021

House of Cards✓Where stories live. Discover now