Titik awal

25 7 13
                                    

Gue gak suka kalau ada orang yang ngatur hidup gue, apalagi takdir. Tapi, kalau untuk keselamatan Mama, gue bisa apa selain nurut?

--Arlene Aurora Arabela Aires--

DUA setengah tahun sudah Arlene bersekolah di sekolah Merpati. Dua setengah tahun juga ia mendapatkan banyak kritikan dari teman-temannya perihal kebiasaannya yang sangat malas dan sering bolos.

Beruntung, masih ada orang yang mau berteman dengannya. Mereka adalah Aira dan Aria. Anak kembar berambut keriting yang menemaninya sejak kelas satu menengah atas.

Aira, atau bisa di sebut dengan Ira, Ia adalah orang yang pintar di bidang pelajaran. Sedangkan Aria atau Ria. Kakaknya, ialah orang yang pintar di bidang Seni.

Jangan bilang karena mereka kembar pasti mempunyai sifat yang sama. Justru, mereka mempunyai sifat yang sangat bertolak belakang. Aira yang selalu memberikan nasihat baik sedangkan Aria selalu memberikan nasihat buruk.

Seperti halnya malaikat nyata yang berdiri di samping kanan dan kirinya Arlene.

"Len. saran gue, lo ilangin sedikiiiit aja sifat lo yang permanen itu biar di pandang sama si Wilis, gue tau kok si Wilis itu sebenarnya su-" Belum sempat menlanjutkan perkataannya, Aria sudah menyekanya.

Lagi dan lagi.

"Ira. Adikku yang buluk, tolong, yah. yang namanya suka itu gak mandang dari kepribadaian, mau dia jamet kek, orgil kek, janda kek, bocil kek, dan lain-lain lah. Yang namanya suka tuh dari hati ke hati bukan dari mata baru turun ke hati." Aria mengangkat dagunya bangga dengan ucapannya barusan.

"Gue buluk?" Aira terkekeh lalu kembali berkata, "terus lo apa dong? Lumutan? Kan kita satu cetak."

"Masa bodo, Ira. Asalkan lo bahagia," ucap Aria sambil mengangkat bahunya tidak peduli.

"Berarti Arlan buat gue, ya? Biar gue bahagia."

Aria melotot. Ia menghentikan langkahnya lalu menatap nanar kembarannya. Aira hanya cengegesan. Sensi sekali memang kakaknya ketika membahas soal tikung menikung.

Arlene menghela napas berat. "Gak usah ngatur-ngatur. Gue tau yang terbaik buat diri gue sendiri," ucapnya meninggalkan kedua makhluk yang masih loading itu ke dalam kelas.

Aria menginjak kaki Aira kencang. "Tuh dengerin!"

-W e r e l d e n-

Jam pelajaran Fisika memang sangat membosankan. Selain caranya yang belibet, penjelasannya juga sangat panjang dan terulang-ulang seperti Sejarah.

Melipat tangannya di meja, Arlene menutup matanya untuk tidur. Bosan rasanya mendengarkan guru yang sedang mengoceh tak henti-henti.

Berbeda sekali dengan Aira, satu murid yang sangat bersemangat di pelajaran Fisika.

"Jadi begitu. ya, Nak, Lanjut ke pembahasan sebe-"

drtt ... drtt ... drtt ....

"-Sepertinya Ibu ada urusan sebentar. Kalian jangan berisik, Ibu tunggal dulu."

Anak IPA XI-II bernapas lega ketika derap langkah Buk Nuri sudah tidak terdengar. Mereka mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Ada yang tidur, ada yang bermain game, ada pula yang berkumpul untuk merumpi.

BRAK!!

"ARLENE! MAMAH LO JATUH KE JURANG!"

Deg.

Suasana menjadi hening seketika, ketika Wilis-Ketua OSIS berucap demikian. Arlene mengangkat wajahnya ke atas. menatap orang di depannya yang tengah menatapnya dengan tatapan serius seperti tidak ada kebohongan di wajahnya.

WERELDEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang