14. Protektif

82 6 0
                                    

Aku menggeliatkan tubuhku yang terasa sedikit pegal. Kepalaku juga terasa pengar. Tubuhku langsung mematung tatkala mata ini menatap ke sekeliling ruangan. Ini bukan kamar milikku. Aku tidak tahu di mana keberadaanku sekarang. Yang aku ingat, semalam itu aku haus dan minum minuman di gelas yang sedang Naya pegang. Jangan-jangan aku sudah di culik?

Tapi ... bau ruangan ini terasa tak asing di hidungku ini. Dan juga harum yang berasal dari kaos yang sekarang aku kenakan. Oh, wait ... kaos? Sejak kapan aku pakai kaos ini? Bukankah semalam aku pakai kemeja? Apalagi kaos ini memiliki ukuran yang dua kali lipat dari ukuran tubuhku. Bahkan dadaku terasa lebih be ... bas? Sialan, aku sudah tidak mengenakan bra!

Sebenarnya aku di mana sekarang? Jangan-jangan semalam aku dibius dan di-

"Udah bangun?"

Suara yang tiba-tiba datang itu langsung membuatku terkejut. Aku menelan ludah kasar mendapati Kak Alex yang tubuhnya hanya tertutupi oleh handuk. Sialan, pipiku merona melihat lelaki itu bertelanjang dada.

Tunggu ... Kak Alex? Bagaimana bisa ... ?

"Kamu lagi di rumahku." Ucapan Kak Alex seakan menjawab salah satu dari sekian banyaknya pertanyaan yang berkeliaran di kepalaku.

Aku menatapnya bingung. "Kok aku bisa di sini?"

Kak Alex yang sedang mengenakan kaosnya itu mengendikkan bahunya. "Mabuk, mungkin?"

Pikiranku masih sibuk perihal bagaimana aku bisa mendarat di rumah lelaki yang sekarang tengah berjalan mendekatiku. Aku yang tersadar tidak mengenakan bra itu pun menyilangkan kedua tanganku di depan dada.

Lelaki itu terkekeh. "Oh, please. Lagipula aku sudah melihatnya."

Mataku membulat sempurna. "What?!"

"It's okay. Aku sudah menduga kalau kamu tidak akan mengingatnya."

Please, kata-kata yang dia keluarkan itu sedikit ambigu. Memangnya apa yang sudah terjadi di antara kami?

Tangan Kak Alex terulur mengusap lembut suraiku. "Nggak usah dipikirin. Kalau kamu mengkhawatirkan sesuatu terjadi di antara kita, itu nggak terjadi. Yeah, walaupun aku sudah hampir kehilangan akal. Berterima kasihlah karena kamu langsung tertidur."

Aku meringis malu. "Sorry, Kak. Aku benar-benar nggak inget apa-apa."

Kak Alex mengangguk. "Aku minta maaf karena semalam sudah lancang dan hampir merusak kamu."

"Ta-tapi ... di sini aku yang sepenuhnya salah."

"Lain kali, nggak usah pergi ke tempat kayak gitu. Apalagi sampai bohong sama aku."

"Btw, kok aku bisa berakhir di sini?"

Sebelum menjawab pertanyaanku itu, Kak Alex menghela napasnya dalam. "Seseorang menaruh obat perangsang di sesuatu yang kamu minum atau makan. Aku nggak bisa bayangkan kalau sampai kamu membuka semua pakaian kamu di tempat itu. Untung aja aku ada janji di kelab itu dan lihat kamu digendongan cowok yang kamu bilang naksir kamu."

"Davin?"

"Nggak peduli namanya mau Davin, Devan, Devin. Intinya, jangan pernah menginjakkan kaki kamu ke tempat kayak gitu. Dan aku tekankan lagi, kalau kamu ada acara atau apa ... kamu harus kabari dan minta ijin aku. Jangan sampai bohong lagi kayak semalem."

Aku berdecak. "Nggak bohong juga, kan beneran sama Naya."

"Tapi kamu cuma bilang main di rumah Naya aja, kan?"

"Okay, aku salah karena udah pergi ke tempat itu. Lain kali aku akan minta ijin sama kamu, puas?" kesalku mendapati sikapnya yang sekarang terlihat protektif.

Lelaki dewasa itu menyunggingkan senyum kemenangannya dan dengan lancangnya mencuri ciumanku. Sialan, kenapa dia senang sekali membuatku jantungan?

Tangan besarnya terulur mengusap puncak kepalaku. "Sekarang kamu mandi. Aku sudah meminta bawahanku untuk membelikanmu baju ganti. Lengkap dengan dalamannya." Dia memelankan tiga kata terakhir itu. Tak lupa dengan seringaiannya.

Sialan. Mukaku sudah seperti kepiting rebus. Apalagi setelah Kak Alex membisikkan kalimat yang membuatku ingin menghilang saja dari muka bumi ini.

"Aku suka sikap liarmu semalam."

***

"Semalam aku sudah menghubungi Naya agar mengatakan pada Resta kalau kamu menginap di rumahnya."

Anesha yang sedang mengunyah sarapannya itu mengangguk. Lagipula ia juga tak mau membuat Annisa khawatir perihal semalam.

Ponsel Anesha yang diletakkan di atas meja makan itu berdering nyaring. Gadis itu melirik siapa yang meneleponnya pagi-pagi. Ah ... ternyata Davin. Ia langsung menerima telepon itu.

"Halo, Vin?" sapa Anesha seraya matanya melirik ke arah Alex yang menatapnya tajam karena menerima telepon dari Davin..

"Gimana keadaan lo sekarang?"

"I'm okay."

"Gue minta maaf perihal semalem. Seharusnya gue bisa lindungi lo."

"It's okay, Vin. Bukan lo yang salah. Dan gue berterima kasih karena lo udah bawa gue keluar dari sana."

"Semalem pas gue mau bawa lo balik, tunangan lo nyamperin kita. Lo aman kan sama dia?"

Anesha menyunggingkan senyumnya yang membuat Alex menaikkan alisnya penasaran apa yang Davin katakana hingga membuat Anesha menyunggingkan senyumnya.

"Yeah, gue aman kok sama TUNANGAN gue," balas Anesha seraya menekankan kata 'tunangan'.

Aman apanya, ia bahkan hampir kehilangan keperawanannya. Tapi Anesha salut dengan sikap Alex yang tidak memanfaatkan kondisinya saat itu.

"Sayang?" Tiba-tiba Alex bersuara dan memanggilnya begitu, membuat Anesha membulatkan matanya.

Sikap Alex terlihat sekali, jika lelaki itu tak suka melihat Anesha menerima telepon dari lelaki lain. Apalagi ketika Anesha sedang bersamanya.

"Oh lo lagi sama tunangan lo itu? Sorry ya gue ganggu. Gue cuma mau pastiin keadaan lo baik-baik aja."

"Thanks, Vin."

Anesha kembali menyimpan ponselnya setelah Davin mengakhiri teleponnya. Matanya menatap Alex yang pura-pura tak menghiraukannya.

"Sengaja banget panggil gitu. Cemburu, heh?"

Alex menatap Anesha seraya terkekeh. "Aku? Cemburu? Sama bocah ingusan kayak dia? Memangnya dia lebih baik dari aku?"

Mendengar ucapan Alex yang terlalu percaya diri itu, Anesha pura-pura seperti akan muntah. Terlalu percaya diri sekali lelaki itu.

"Udah habiskan sarapan kamu. Biar aku antar pulang sebelum Bunda khawatir."

Tbc❤

Halo, masih ada yang nunggu cerita ini?
Sebelumnya aku minta maaf karena lama update nya🙇🏻‍♀️Dikarenakan aku sibuk sama ini itu. Bener-bener harus bagi waktu.

Jangan lupa terus dukung supaya aku semangat ya❤

See u~

Never Really OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang