11. I Like Your Lips

230 16 14
                                    

Maafin aku yang molor ini hehe. Walau pun gada yang nunggu aku update, aku bakal usahain update lebih cepat hehe. Tapi tergantung mood dan waktu aku juga😁

So...
Happy Reading and enjoy it💋


Sesuai apa yang dikatakannya dalam chat, Alex benar-benar membawakan apa yang Anesha pesan. Lelaki itu pun ternyata membelikan Anesha Boba, seperti keinginan gadis itu. Tentu saja Anesha senang karena sudah hampir seminggu dia tidak merasakan minuman yang sedang hits sekarang ini. Semua dikarenakan Naya yang tidak bisa menemaninya nongkrong, sahabatnya itu bilang jika ia sangat sibuk dengan perjodohannya.

"Bunda ke mana?" tanya Alex seraya matanya mengitari seisi rumah yang sepi.

Anesha mengendikkan bahunya dengan mulut yang penuh dengan kebab. "Tadi sore Bunda bilang, habis pengajian bakal jengukin temannya yang lagi sakit. Sampai sekarang belum pulang."

Lelaki itu menganggukkan kepalanya. Matanya menatap Anesha yang masih sibuk mengunyah itu. Bahkan pipinya sampai mengembung karena mulutnya terisi penuh.

"Makannya pelan-pelan aja, Cha. Nanti keselek." Anesha mengikuti ucapan Alex.

Cara makan Anesha terlihat sangat menggemaskan bagi Alex. Apalagi saus yang belepotan di sekitar bibirnya. Wajah Alex maju mendekati wajah Anesha yang membuat gadis itu terdiam. Tiba-tiba saja dia tidak bisa menghirup oksigen.

"Jangan bilang dia mau nyi-"

Batin Anesha terhenti ketika Alex benar-benar menciumnya. Tidak. Bahkan saat ini lelaki itu melumat bibirnya yang tadi dipenuhi saus. Sialan, Anesha tidak bisa berpikir jernih. Dan lebih sialannya lagi ia malah memejamkan matanya serta membalas ciuman Alex. Gila, ini gila!

Sadar, Anesha. Tapi Anesha malah semakin mengikuti permainan Alex. Gadis itu mendorong dada Alex karena ia sudah kehabisan napas. Beruntunglah pada Tuhan yang memendekkan napasnya. Coba saja kalau ia panjang napas, sudah pasti mereka akan tetap saling melumat. Atau bahkan sudah ke tahap yang mantap-mantap?

Anesha menggelengkan kepalanya. Sialan, gegara ciuman Alex, otaknya menjadi tak berfungsi.

Bukannya minta maaf telah menciumnya, tapi Alex malah mengatakan hal yang membuat Anesha ingin menarik rambut lelaki itu.

"I like your lips," bisik Alex seraya tersenyum manis pada Anesha.

"Sinting!" umpat Anesha yang malah membuat Alex terkekeh.

"Kamu sudah makan malam?" tanya Alex dibalas gelengan kecil oleh Anesha.

Tanpa bicara apa-apa lagi, Alex langsung melangkahkan kakinya menuju dapur. Ia seolah menganggap ini adalah rumahnya sendiri. Mungkin karena ia sering ke sini juga.

Mata Anesha mengikuti setiap langkah Alex. Ia juga mengikuti Alex. Di sana; di depan pantry, Alex sudah siap dengan apronnya. Tak lupa lengan kemeja yang sudah ia gulung sampai siku. Entah kenapa itu terlihat seksi di mata Anesha. Salahkan otaknya yang lumayan liar gegara sering menonton drama korea. Jangan ngaku polos kalau kalian sudah pernah nonton drama korea.

"Mau masak apa, Kak?" tanya Anesha yang sudah duduk di meja makan. Dengan mata yang terus menatap Alex.

"Nasi goreng, maybe."

Lalu Alex mengambil beberapa buah sosis dan bakso yang ia potong kecil. Tak lupa 2 butir telur yang ia biarkan di atas meja.

Tangannya terampil seolah ia adalah chef yang andal. Tanpa sadar bibir Anesha melengkung ke atas. Kadang-kadang sikap Alex bisa membuatnya tersenyum, kadang juga bisa membuatnya hampir mati. Seperti tadi ketika lelaki itu tiba-tiba menciumnya. Itu kan tidak baik untuk kesehatan jantungnya.

Never Really OverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang