The End

0 0 0
                                    

Nafasku tidak beraturan dan aku langsung menutup kembali tirai jendela. Aku pelan-pelan mengatakan apa yang ada di luar sana dan kemudian mereka malah mengeceknya lalu terkaget. Andre terlihat panik dan nafasnya tidak teratur, Naufal dan Rio berusaha menenangkannya. Kemudian terdengar suara tembakan dan eraman dari monster tersebut.  Aku dan Faishal melihat keluar, satpam tersebut berhasil menembak monster tersebut dengan senapan. Tapi suara tembakan tersebut justru memancing mahluk tersebut lebih banyak.

Pada akhirnya satpam tersebut habis di cabik-cabik mahluk tersebut. Mereka sekarang ada 5, 2 masih sibuk memakan daging satpam tadi dan 3 lainya berkeliling di sekitar penginapan. Aku tidak berani melihatnya, namun suara teriakan kembali terdengar dan keadaan di luar jadi tidak terkendali. Aku mengintip keluar dan melihat semuanya mencoba kabur dari mahluk tersebut, beberapa ada yang berhasil kabur dari sini dan beberapa yang tidak beruntung menjadi mangsa mahluk tersebut.

Andre yang masih panik bergegas keluar kamar dan kabur, karena hal itu kami akhirnya ikut kabur keluar penginapan. Kami berlari cukup jauh dari penginapan dan menyari tempat persembunyian, kami tidak tau seberapa bagus penciuman, penglihatan dan pendengaran mahluk tersebut. Kami melihat pondok yang tidak terpakai dan masuk kedalam. Di luar terdengar sunyi tapi kesunyian itu justru membunuhku.

Aku menanyai ke grup kabar yang lain, Melati meminta tolong karena dia dan Febi masih terjebak di kamar. Mendengar hal itu aku berniat menjemput mereka tapi Andre menghalangiku. Dia bilang itu berbahaya dan bisa membunuh diriku sendiri. Naufal kemudian bilang akan menemaniku, kalau dalam 15 menit kami tidak kembali maka sebisa mungkin ganti tempat persembunyian.

Setelah setuju aku dan Naufal bergegas kembali ke penginapan, terdengar suara eraman mahluk tersebut. Kami mencoba memutar lewat pintu belakang penginapan. Setelah berhasil memanjat, tanpa kami sadari di atas kami mahluk itu sedang berdiam diri. Tapi anehnya dia tidak melihat kami justru kupingnya yang aneh bergerak-gerak. Naufal memberiku tanda untuk diam, kami berhenti bergerak sampai mahluk tersebut meninggalkan kami.

Setelah mahluk itu pergi kami mengendap ke gedung perempuan, aku bertanya kepada Melati mereka ada di ruangan berapa, dan Melati membalas mereka ada di ruangan 201. Kami bergegas menuju ruangan tersebut. Ternyata mahluk tersebut terlihat di ujung koridor seperti mengecek satu persatu ke dalam ruangan. Aku perlahan membuka pintu dan berhasil masuk ke dalam kamar Melati. Disana tidak ada orang, lalu Naufal mengecek kamar mandi namun pintunya di kunci dari dalam. Aku mengabari Melati dan akhirnya Melati membuka pintunya.

Melati langsung bergegas memelukku dan Febi memeluk Naufal. Saat hendak menangis aku menutup mulut Melati karena melihat bayangan mahluk itu di luar. Bayangan itu semakin mendekat. Aku bisa mendengar cakarnya yang panjang menggores pintu kayu tersebut. Melati semakin memelukku dengan kuat, aku pun membalas pelukannya. Mahluk tersebut memasukan kepalanya terlebih dahulu dan sedikit mengeram. Kupingnya yang aneh mulai bergerak lagi dan kini eramannya semakin panjang. Dia semakin dekat...mungkin ini akhirnya...Maafkan aku Mama...Maafkan aku papa...Maafkan aku kakak...Maafkan aku Naufal yang sudah membawamu kemari...Maafkan aku juga Melati dan Febi, karena terlambat menyelamatkan kalian...Maaf semuanya

The TripWo Geschichten leben. Entdecke jetzt