Part 1

1.5K 37 4
                                    

"I like to be alone. But I hate being lonely"

Canada, 26 Maret 2014

Guratan lelah nampak jelas di wajahmu. Aku bahkan lebih suka melihatmu seperti ini, begitu tampan, damai, dan terlihat lebih tenang. Sangat berbeda dari pada saat kau melihatku seperti hari biasanya.

Apa boleh aku egois? Aku bahkan ingin kau tetap tertidur di sampingku saja selamanya.

Berharap untuk selamanya bisa bergelung di bawah selimut hangat ini sambil memelukmu, sampai sinar mentari perlahan menyusup ke dalam gorden merah yang menerpa wajahku. Wajah kita. Mencari kehangatan yang hanya bisa kutemukan dalam pelukanmu pada setiap malam yang kita lewati.

Jangan berharap lebih, PELACUR!

Aku memejamkan mataku perlahan, mencoba menghalau semua suara-suara yang bersarang dalam kepalaku. Menyedihkan.

"Aku mengerti. Memang sudah seharusnya aku tahu diri." ucapku lirih.

Akupun segera mengganti posisi berbaring menjadi posisi duduk. Aku kembali memejamkan mataku dan memegang sisi dadaku yang terasa sakit dan lengan yang satunya memegang salah satu sisi kepalaku.

Tapi ini terasa sangat - sangat sakit. Membuat bibirku perlahan mengeluarkan isakan - isakan tanpa suara dengan rasa sakit yang menghujamku. Ini bahkan lebih sakit dari apa yang telah kubayangkan sebelumnya. Aku menggeleng dengan keras, menahan sakit pada dadaku sekaligus suara - suara yang ada dalam kepala bodohku.

Wanita murahan.

Pelacur.

Tak punya harga diri.

"Arrgghh!"

Aku menggeram pelan.

Mengapa setelah sekian banyaknya hari yang kulewati dengan obat - obat tidak jelas itu, suara - suara ini masih setia menyelubungi pikiranku. Apa memang penderitaan sebegitu eratnya memelukku hingga tak ada ruang sedikitpun untukku? Paling tidak untuk mengihirup kebahagiaan yang bahkan aku sendiri mulai lupa rasanya.

Dengan tangan kiri yang masih memegang kepala, aku mencoba untuk bangkit. Bahkan aku merasa jijik dengan diriku sendiri saat harus memunguti pakaianku yang berserakan setelah percintaan ku dengan Reyhan.

Ah, tapi aku rasa itu bukan percintaan. Karna hanya aku yang merasakan cinta itu sendiri, tidak dengan Reyhan. Lagi - lagi aku hanya mampu tersenyum getir dengan susah payah.

Aku mengedarkan pandanganku pada ruangan ini. Ruangan yang menjadi tempat kami menghabiskan jam malam bersama selama 3 tahun belakangan ini. Waktu yang cukup lama bukan untuk ukuran wanita murahan sepertiku? Setidaknya bagiku ini sunggu hebat, bertahan dalam status bukan siapa - siapa dengan dia yang selalu menahanku dan diriku yang bahkan tidak pernah ingin jauh dari dirinya.

Aku kembali mengalihkan pandanganku kearah Reyhan yang bahkan tidak menyadari isakan - isakan kecil yang dengan nyata telah lolos dari bibirku.

Karena dia adalah duniaku. Dunia yang sebenar - benarnya tempatku bisa menghirup dan menghembuskan nafas.

"K..kau berhasil Reyhan" ucapku untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan kediaman Reyhan dan berjalan di bawah temaram lampu kota Montreal yang menenangkan.

***

Bali, 1 Juni 2010

Hentakan heels ku mengiringi langkah kepulanganku menuju rumah yang sangat - sangat kurindukan. Tubuhku terasa lelah dan yang aku inginkan hanyalah tidur setelah perjalanan panjangku, menghabiskan waktu berdua dengan suamiku.

Us. (EDITING!)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt