PART TWO

14 4 0
                                    

Maaf jika menemukan salah kata (typo)
belum revisi ulang.

< Happy Reading >

Seorang pria paruh baya menatap Kaluna dengan tegas dan tajam. Akibat dari kenakalan dari sang anak, pria paruh baya itu harus rela menasihatinya setiap hari.

Anaknya tak pernah takut kepadanya.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini?!" tanya pria paruh baya, yang Kaluna panggil dengan sebutan 'Ayah'.

"Bukan sampai lagi, tapi seumur hidup Yah," balas Kalu singkat dan sedikit tersenyum. Akibat dari kenakalan dirinya, Kalu harus di hukum oleh sang Ayah.

Nakalnya adalah mengikuti tawuran bersama teman-temannya. Kalu memang nakal.

Ayahnya menggeleng kepala, capek dengan semua tingkah anak gadis satu-satunya. Sebenarnya, Ayah Kalu tak bisa marah, ayahnya itu kalem. Tapi soal hukuman? gak main-main.

"Mau di hukum?"

Mata Kalu melebar sempurna. Kaget. Ayahnya akan memberikan ia hukuman sekian lama tak pernah kasih, karena waktu itu hanya memberikan nasihat singkat saja.

"Ih jangan dong Yah!" rengek Kaluna berusaha membuat sang Ayah merasa kasihan.

"Kamu kalo gak di kasih hukuman, mana mau berhenti? ayah akan kasih kamu hukuman." terdengar suara tegas dan berat dari ayahnya membuat Kaluna pasrah seketika. Bahunya menurun, tak ada harapan lagi.

"Fine. Hukuman Kalu apa?"

Ayahnya tersenyum miring, Kalu bisa lihat itu. Gawat! Ayahnya pasti membuat suatu hukuman berat. Seperti ia harus rela berangkat pagi selama seminggu atau semua kartu debit dan segala perlengkapan dirinya harus di sita? Oh tentu, Kalu tak mau.

"Besok kamu akan dapat hukuman. Dan ayah yakin, kamu bakal bisa berubah dari hukuman yang Ayah kasih."

"Ayah pergi dulu, masih banyak kerjaan. Kamu jangan lupa makan."

Kalu hanya bisa terdiam diri. Maksud dari kata-kata ayahnya apa? Ah tak perlu ia pikirkan, baginya ayahnya pasti tak akan tega memberikan ia hukuman berat.

Tepukan tangan dari kanan bahunya, membuat Kalu menoleh malas. Tak sopan baginya.

"Gimana? lo kenal omel?" tanya Awan beralih duduk di depannya beserta Aksa, Jendra dan Bella.

Kalu bukannya menjawab, gadis itu malah menyeruput pop ice yang sempat ia beli.

"Buru jawab elah."

"Ya lo pikir aja njing, gue ikut tawuran bakal gak kenal omel? ya pasti kena lah. Gue bolos aja kena omel." temannya hanya tertawa kecil, melihat wajah Kalu yang kesal sembari mengaduk-aduk pop ice.

"Utututu...kena hukuman?" kini Bella yang bertanya. Kalu jadi teringat lagi dengan kata-kata ayahnya, padahal Kalu sendiri tak ingin ingat kembali.

"Kena."

"Demi apa?! lo di hukum bokap?" semuanya kaget. Karena bisanya Ayah Kalu tak pernah setegas ini. Tapi mereka sempat heran, Kalu ini anaknya apa bukan? Ayah dan Bundanya kalem, baik, gak pernah main tangan bahkan marah besar. Lah anaknya? tawuran, nakal dan balapan. Jauh beda dari kedua orangtuanya.

KALUNA || HIATWhere stories live. Discover now