-21-

332 130 18
                                    

Jaemin :
Milenka udah pulang?
17.49

Renjun :
Mn gw tw.
17.50

Jaemin :
Lo tinggalin di halte?
17.51

Renjun :
Y.
17.52, read.

Benar saja, setelah Jaemin mengantar Ryujin pulang dan langsung memutar balik motor menuju halte tempat mereka semua terakhir bersama, tampak Milenka seorang diri masih menunggu jemputan disana.

Jaemin memarkirkan motor vespa hitamnya didekat halte, lalu membuka helm, menghampiri Milenka yang terbelalak kaget menatapnya.

"Dijemput, nggak?" tanya Jaemin berdiri tepat dihadapan Milenka yang duduk dikursi halte.

"Nggak, Kak," jawab Milenka cepat. Padahal abangnya sudah bilang akan datang sekitar dua puluh menit lagi.

"Gue anter, mau?"

"Pake nanya segala, maulah!" celetuk Milenka tidak tahu malu seperti biasa.

Tawa Jaemin mengalun lembut, lucu rasanya melihat kelakuan Milenka. "Let's go," ajak Jaemin seraya mengulurkan tangan hendak menarik Milenka agar lekas berdiri.

Dengan senang hati Milenka menerima uluran tangan Jaemin, bahkan ketika dia sudah berdiri, tangan Jaemin tidak kunjung dilepaskan. "Gue sakit kepala, susah jalan kalo gak pegangan, bukan modus kok," katanya saat Jaemin menatap tangan mereka yang saling bertautan. Tidak perlu bertanya Milenka sakit kepala sungguhan atau tidak, jelas itu hanya akal-akalan dia saja.

"Iya-iya," ucap Jaemin. Keduanya melangkah beriringan sampai depan motor. "Bisa dilepas bentar?"

"Sayang banget," gumam Milenka yang masih dapat didengar oleh Jaemin. Tangan mereka sudah tidak lagi bergenggaman.

"Apanya yang sayang?"

"Dilepasin tangan kita." Jujur menjurus terlalu blak-blakan. Selama setangah tahun ini Jaemin kemana saja, sih? Kenapa dia tidak tahu kalau ada manusia spesies langka seperti Milenka di sekolah?

"Kalo gak dilepas, guenya gak bisa bawa motor," kata Jaemin terkekeh sembari memasangkan helm ke kepala Milenka dengan telaten.

"Gak usah naik motor, jalan kaki aja biar sampenya lama." Milenka balas memakaikan Jaemin helm.

"Kecapean entar lo."

"Nggak bakal cape asal berdua sama Kak Jaemin."

"Abis makan gula berapa ton? Manis amat omongan lo," cibir Jaemin geli. Dia menaiki motor dan menghidupkan mesin, kemudian menoleh menatap Milenka. "Ayok, pulang."

"Ke rumah kita?"

"Iya, suatu saat nanti," canda Jaemin membuat Milenka yang baru saja duduk di boncengan motor langsung memeluknya dari belakang.

Jaemin, tipekal cuek yang tidak pernah mengizinkan siapapun menyentuhnya lama, bahkan dengan Ryujin sebatas bergandengan tangan, kini dia terdiam membiarkan Milenka memeluknya seraya melajukan motor membelah jalan raya.

"Tadi, lo gak kenapa-napa?" tanya Jaemin memecah keheningan.

"Pas kapan?"

"Ryujin diganggu Yuna, lo gak digangguin juga 'kan?"

Aduh, mana mungkin berani mengganggu Milenka. Sekalipun dia tidak terkenal dikalangan anak cowok, tapi cewek-cewek di sekolah tahu semua kalau tidak ada bagusnya berurusan dengan Milenka.

"Nggak. Ngomong-ngomong gue gak nyangka mereka berantem beneran, kirain mainan doang. Untung Kak Jungwoo gercep ngelindungin Kak Ryujin," ucap Milenka sekalian kompor. Lucunya meski Milenka yang memberi aba-aba saat mereka berkelahi, Yeji juga Ryujin malah percaya kalau Milenka mengira keributan itu cuma bercanda dan memaklumi tingkah Milenka. Memang seperti tokoh utama dalam novel si Ryujin, benar-benar baik hati.

"Lo manas-manasin gue?"

"Kok tau?"

Jaemin menghela napas kasar, tapi tetap tertawa mendengar tanggapan Milenka. "Kim Nara, lo lebih suka dipanggil apa?"

"Milenka."

"Kalo gue panggil Nami, singkatan Nara Milenka, boleh?"

"Boleh, dipanggil 'sayang' juga gak papa."

Debaran jantung Milenka menggila, tanpa tahu ada detak jantung lain yang berdebar sama kencangnya.



•••

Kak Jaemin

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Kak Jaemin

[END] Tikung || Njm VS HrjWo Geschichten leben. Entdecke jetzt