June

136 23 5
                                    

June

"Kalian merebutnya saat ia memakai jubah upacara, ya? Yang baunya masih samar-samar dan nyaris menghilang? Hebat. Punya akal kalian melakukannya."

Sebuah pintu kayu yang lumayan keras, mampu didobrak Leona Kingscholar dengan begitu mudahnya. Dua junior langsung melesat masuk, memberikan masing-masing pukulan telak pada dua tersangka. Sangat disayangkan, masing-masing dari mereka terlihat membawa benda tumpul yang membuat dua junior itu meluapkan emosi,

"Eheee~ berani sekali yaaa, kau menyekap udang kecilku di sini."

"Kalian orang yang sama kan? Yang diseret senior Malleus untuk berdamai dengan teman perempuanku?" Pemuda bersurai navy dari Heartslabyul itu nyaris kena hantaman dari salah satu siswa Diasomnia yang menjadi lawan mainnya saat ini. Namun pengalaman Deuce Spade yang dulu bukanlah pengalaman yang bisa dianggap remeh. Pemuda itu balik memelintir lengan lawannya, memberi pukulan telak pada ulu hati, "Temanku itu.... Berhati besar. Namun kenapa kalian tega melakukan hal keji yang bahkan tidak bisa kumengerti apa tujuan kalian?"

Vil selalunya menyukai Andela jika anak itu memakai jubah upacara. Terlebih jika tudungnya menyembunyikan kepala dengan sipat dan eyeliner yang membuat sorot matanya menjadi ranggas tanpa belas kasih. Namun berbanding terbalik dengan apa yang seorang Vil Schoenheit rasakan saat ini. Paras anindya-nya telah berganti menjadi seburuk-buruknya raut wajah begitu menemukan sosok yang sudah tergolek di atas lantai dingin,

"Andela, hei. Bangun dear." Panggilnya dengan getar yang tidak berhasil ditutup. Kain yang dibuat untuk membungkam gigi sang dara telah dibuka olehnya. Meninggalkan ruam merah pada sudut bibir, nyaris biru seperti lebam.

Atma Vil mulai merasakan sesuatu yang membuat darahnya mendidih saat warna merah telah memberikan jejak di telapak tangan yang sebelumnya berada di leher sang pupil. Amethystnya melebar menemui tangan lain yang masih mengucurkan darah segar melalui sela jari murid perempuannya saat ia membuka tambang yang meninggalkan bekas lecet. Seberapa kuat mereka membelenggu Andela sebenarnya? Pikir Vil.

Sosok lain memandang lara pada dara yang dipangku oleh Vil. Sepenggal memori buruknya kembali terputar saat ia meraih tangan yang tergeletak di atas lantai yang menjadi kubangan merah yang sebagian telah mengering, "Tidak..., Denyut nadimu mana, Andela!?"

Tanpa mengucap, Vil menyerahkan muridnya pada sosok ikal yang terlihat cukup depresi hingga harus ditenangkan oleh Trey dan Riddle,

"Deuce, Floyd. Hentikan." titah Vil mantap. Irisnya nampak mati begitu melakukan kontak mata dengan salah satu siswa Diasomnia yang baru saja menyeka cairan merah dari sudut bibir. Tanpa melakukan perenggangan jari, kuda-kuda Vil langsung membentuk sebuah pertahanan selepasnya menggunakan satu kaki, ia memutar badan dan langsung memberikan tendangan telak. Begitu kuat hingga siswa tersebut membentur dinding besi yang berada empat meter dari tempatnya berdiri sempoyongan.

Sekutu dari siswa Diasomnia hendak melakukan hal yang sama untuk Vil dari belakang. Namun pergelangannya langsung dihentikan oleh Malleus Draconia yang mencengkramnya. Sorot mata hijau itu menyala terang bagai seekor kucing liar pada tengah malam. Ia menggeram, mengeluarkan aura sihir yang begitu mencekam mengirim ketakutan,

"Aku sudah..., Memperingatkan kalian agar tidak menganggu bocah itu." tegasnya, "Apa yang kalian inginkan? Apa yang kalian incar darinya!? Jawab!!"

Intonasi Malleus terdengar meninggi, Leona Kingscholar terlihat tertawa meledek menanggapinya. Iris hijau sang pangeran kemudian tertuju pada Vil yang menyeret tersangka lain, membantingnya kesal hingga dibuat bersimpuh tepat di bawah kaki Malleus,

"Ah tuan Malleus." sahutnya, "Pantaskah tuan untuk membela hama yang bahkan tidak mampu memakai sihir? Pantaskah untuk calon raja di negeri jauh untuk melakukan hal itu?"

CamaraderieWhere stories live. Discover now