Chapter 2

928 102 9
                                    

Hujan ya?

Bukankah harusnya musim hujan sudah selesai?

Mengapa masih saja turun hujan?

Doyoung menghela nafasnya pasrah, payung saja tidak dia bawa, mana dia tahu jika pagi ini akan hujan.

Doyoung berteduh dipinggir pagar rumah orang, entah rumah siapa, yang dia butuhkan memang tempat berteduh dan seragam sekolahnya juga tidak basah, jas seragamnya juga tidak cukup untuk menghalau dingin, akan sangat tambah menyebalkan jika basah.

Tangannya memeluk tubuhnya saat dia merasa udara semakin dingin,  dia mencoba merapat ke pagar, agar sepatunya tidak basah karena hujan, atap pagar rumah ini juga tidak terlalu lebar makanya itu kakinya masih kena percikan air hujan.

Dia mencoba melihat jam tangannya, sudah 15 menit, tapi hujan masih belum ada tanda-tanda mau berhenti.

Doyoung sedikit menyesal untuk tidak langsung naik bus pagi ini, jika dia melakukannya, mungkin dia tidak akan kehujanan didepan rumah orang seperti ini.

Ini semua karena kemarin Taeyong yang merekomendasikan sarapan enak disalah satu rumah makan yang tidak jauh dari halte bus katanya.

Dikiranya benar-benar dekat dengan halte bus, tapi ternyata dia masih harus masuk komplek perumahan elit dulu, dan itupun belum ada tanda-tanda dia menemukannya, jadi dia berakhir kehujanan, sarapan paginya juga belum dia dapatkan.

Oleh karena itu, ingatkan Doyoung untuk memaki Taeyong nanti ketika disekolah.

"Kapan kau berhenti sih? Aku akan terlambat jika seperti ini" keluh Doyoung pada hujan, dan tak lama kemudian dia membulatkan matanya ketika dia mendengar suara mobil berbunyi dari dalam.

Dia cukup bersyukur karena dia berdiri dipagar pintu masuk bukannya dipagar garasi.

"Apa pemiliknya tidak marah jika aku berteduh disini? " dia jadi merasa tak enak hati, berteduh juga tanpa ijin.

Dan kemudian dia melihat garasi mobil yang terbuka secara perlahan, Doyoung baru akan menghampiri mobil untuk meminta ijin berteduh, tapi baru mulai melangkah, matanya kembali membulat ketika mobil hitam itu keluar dari garasi, bukan karena mobilnya yang membuat Doyoung terkejut, tapi karena orang yang mengendarai mobil itu yang membuatnya terkejut.

Dia tidak bisa menggerakkan kakinya tiba-tiba, langkahnya juga kaku, bibirnya terasa kelu dan jantungnya berdetak lebih cepat, Doyoung hanya bisa melihat mobil itu pergi melewatinya dan semakin menjauh.

Dan saat mobil hitam itu sudah tidak terlihat, Doyoung tersadar dari keterkejutannya, dan dia melihat garasi mobil yang sudah tertutup, mungkin tertutup secara otomatis mengingat Doyoung merasa si pemilik mobil tidak keluar dari mobil.
.
.
.
.
Taeyong hampir saja menjatuhkan botol minum miliknya ketika Doyoung mengejutkannya secara tiba-tiba, dia menatap tajam Doyoung yang sedang merasa bahagia, padahal wanita penuh jerawat dipipinya itu datang hampir saja telat.

"Ada apa dengan wajah ceriamu itu? "

Biasanya Doyoung itu akan mengeluarkan aura gelap jika datang hampir telat, tapi kali ini, kelakuan Doyoung di pagi hari ini membuat Taeyong mengerutkan keningnya

"Apa kau baru saja terbentur sesuatu? "

Doyoung masih saja tersenyum dan masih belum menjawab pertanyaan Taeyong, dia duduk manis dan membuat Taeyong cemberut

"kau mengabaikan ku?" Kemudian dia meletakan botol minumnya kedalam tas, meletakkan kedua tangan diatas meja dan memalingkan wajahnya dari Doyoung.

Taeyong itu anak yang manja sekali, tidak suka diabaikan, dan Doyoung juga sangat tau itu, karena dia sangat mengenal Taeyong, jadi Doyoung langsung menyadari jika Taeyong ternyata sedang merajuk dan dia segera menggoyangkan lengan Taeyong dan merayunya

Pertama Dan Terakhir (Jaedo - Johnyong Ver.) [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang