Lucas dan sang Ibu berada di tengah-tengah ruangan, dikelilingi oleh seluruh komite sekolah. Mulai dari orang tua siswa, para donatur, kepala sekolah, guru, dll. Para wali siswa berseru bahwa Lucas harus dikeluarkan dari sekolah apa pun alasannya.

"Kami tak mau anak kami belajar di sekolah yang sama dengan pembunuh!"

"Ya! Benar!"

"Setuju!"

"Kalau dia tidak dikeluarkan, lebih baik anak kami yang akan kami pindahkan!"

dan masih banyak lagi seruan-seruan yang dilontarkan oleh wali siswa. Amber, Ibu Lucas. Tak henti-hentinya memohon untuk tak mengeluarkan anaknya. Bahkan, saat ini ia rela berlutut untuk memperjuangkan anaknya. Amber sangat tau tentang anaknya, ia tak percaya Lucas melakukan hal keji seperti ini.

"Saya mohon Tuan, Nyonya. Jangan keluarkan anak saya.. Anak saya tak mungkin melakukan itu. Ia bahkan tak bisa membunuh seekor lalat, bagaimana bisa ia membunuh kucing.. Ba-bahkan.. Manusia.. Itu tidak mungkin Nyonya." Ucap Amber dengan air mata yang membasahi wajahnya.

"Ibu tak berpendidikan seperti dirimu tau apa?! Yang kerjanya hanya memulung barang bekas!!" Ujar salah satu orang tua siswa. Ucapannya membuat hati Lucas sakit. Tangannya mulai mengepal.

"A-aku memang tak berpendidikan Nyonya.. Maka dari itu, aku ingin anakku menjadi orang yang berpendidikan. Aku mohon Nyonya, Tuan sekalian.. Biarkan anakku tetap di sini.." Ucap Amber lagi yang semakin menundukkan tubuhnya. Hati Lucas tersayat melihat Ibunya sampai rela berlutut seperti itu.

"SUDAHLAH TAK USAH MEMBELA ANAKMU LAGI!! PEMBUNUH ITU TEMPATNYA DI PENJARA!! DASAR PENGEMIS !!" Balas mereka. Lucas semakin mengencangkan kepalan tangannya.

"AJAK SAJA ANAKMU MEMULUNG!!"

"Kau itu tak pantas ada di sini! DASAR BAU!"

"Enyahlah! DASAR MENJIJIKKAN!!"

Mendengar seruan-seruan itu, Lucas tak tahan. Ia kemudian mendobrak meja dengan keras hingga semua orang di sana terkejut dan terdiam.

Lucas segera membangunkan Amber yang sedang berlutut.

"Bangun Bu, kau tak pantas berlutut di depan keparat seperti mereka!" Teriak Lucas sambil menunjuk para wali siswa yang tak ada hentinya menghina Lucas dan Ibunya.

"Kalau aku anak pemulung memang kenapa?!! Kau iri??!! Aku memang pemulung, tapi aku bisa masuk ke sekolah ini murni karena kecerdasanku. Sedangkan anak kalian? Apa? Kalian harus bayar milyaran hanya untuk berada di sini! Kalau seperti itu, siapa yang lebih berhak berada di sini?!" Ucap Lucas menggebu-gebu. Semua orang terdiam.

"Tak usah mencari pembenaran, kau itu sudah membunuh makhluk tak bersalah! Kau lebih hina dari pada sampah yang kau pungut!" Balas Alicia, salah satu wali siswa.

"Aku tak pernah membunuh siapa dan apa pun!" Bantah Lucas dengan cepat.

"Pembohong!"

"Memang kalian punya buktinya? Hanya karena tanganku bersimbah darah, bukan berarti aku membunuh kucing itu! Kalian bahkan tak menyakan padaku! Aku tak membunuh kucing itu. Aku hanya menolongnya. Lalu, Kevin dan Jacob.. Aku tak membunuh mereka." Ujar Lucas.

Tadi pagi..

Waktu menunjukkan pukul 9:30, menandakan waktunya istirahat. Lucas berada di halaman belakang sekolah. Tempat yang aman dan damai dari gangguan orang lain. Tempat yang selalu menjadi persembunyiannya untuk membaca buku dengan tenangnya, di bawah desiran angin.

Setelah hampir 10 menit membaca, ia memutuskan untuk membeli cemilan ke kantin. Di tengah perjalanan, di posisi yang agak jauh dari tempatnya membaca, ia melihat seseorang sedang melakukan sesuatu di sana. Anehnya, ada suara kucing yang mengaung di sana.

Krek. Lucas tak sengaja menginjak ranting. Orang itu melihat ke arahnya dan segera pergi setelahnya.

Lucas kemudian, menghampiri kucing itu dan terkejut melihat leher kucing itu telah terbuka lebar hingga memperlihatkan tulangnya. Lucas mual melihatnya. Namun, ia tahan. Kebetelun saja, ia sangat ingin menjadi seorang dokter hewan sehingga ia sedikit tau tentang apa yang harus ia lakukan. Ia kemudian menjahit luka kucing itu.

Saat sedang fokus-fokusnya menyembuhkan luka sang kucing, bisikan di belakang Lucas membuatnya menghentikan aktivitasnya.

Lucas pun membalikkan badannya. Ia melihat tatapan para siswa di sana. Mereka mengira Lucas telah membunuh kucing itu, padahal ia lah yang telah menolong makhluk tak berdaya itu.

Karena gugup akibat tatapan orang lain, Lucas segera pergi untuk mencuci tangannya. Ia sedikit lega telah menutupi leher sang kucing sehingga tulangnya tak terlihat lagi. Namun sayangnya, nyawa kucing itu tak bisa ia tolong.

Sekarang..

Seorang satpam memasuki ruangan dan membisikkan sesuatu kepada Adam, ketua komite sekolah saat itu. Adam membulatkan matanya. Ia pun segera memutuskan bahwa Lucas tak bersalah dan bebas dari hukuman apa pun. Para wali siswa pun terkejut mendengar hal itu. Sebagian dari mereka tak terima. Bahkan, berniat untuk memindahkan anak mereka. Selain itu, beberapa donatur pun enggan untuk berdonasi lagi.

Setelah menyuruh Lucas dan Amber keluar, barulah Adam memberitaukan para komite sekolah di sana tentang apa yang baru saja ia dengar.

Lagi-lagi, Lucas ditolong oleh salah satu orang paling berpengaruh di atas sana. Namun, siapa orang itu masih menjadi misteri.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Where stories live. Discover now