BAB 1

288 41 0
                                    

***

Pada perayaan perpisahan SMA NEGERI 1 TAMAN JIWA, lapangan yang becek sisa hujan semalam tak menyurutkan kemeriahan.
Seluruh rangkaian acara seremonial telah dilakukan. Para siswa sedang berfoto dan mengucapkan kata perpisahan kepada teman dan pengajar.

Keira masih diam di pojok. Menatap temantemannya yang sedang melakukan salam perpisahan satu sama lain.
Ada yang sedang berpelukan enggan berpisah, ada yang sedang menangis di depan guru mengakui dosa masa lalu, bahkan ada seorang pria yang berlutut menangis menyatakan cinta pada wanita yang sudah bertahun disuka.  Momen perpisahan menjadi momen mengungkapkan seluruh perasaan. Setidaknya untuk sebagian besar orang. Nyatanya Keira hanya diam memendam perasaan sendiri. Sambil memalingkan muka, dia mengesat air mata.

"Key, aku mau berfoto denganmu boleh?"

Keira tersenyum dan mengangguk pada teman wanita yang mengajaknya berfoto. Temannya ini dari tadi Keira perhatikan memang berkeliling, berfoto satu per satu dengan teman sekelas yang lain. Untuk kenangkenangan tentu saja.

Selesai berfoto Keira kembali duduk sendirian. Tak sengaja dia menatap mereka, sahabat baiknya dan juga pria yang sudah satu tahun lebih tak dia sapa meski tinggal di kelas yang sama. Mereka sedang berfoto, berdua.
Keira tertawa miris, menertawakan dirinya sendiri.

Setahun lalu dia menjalin hubungan ambigu dengan teman sekelasnya. Tak pernah ada komitmen berpacaran atau menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Hanya saja pria itu sudah terangterangan mengungkapkan rasa sayangnya pada Keira. Dan Keira tak menerima maupun menolak. Sejak itu hubungan mereka semakin dekat meski tak ada kejelasan status.
Namun itu tak berlangsung lama, sebulan kemudian Keira merasakan perubahan pada sikap pria itu. Awalnya dia tak berpikir macammacam. Hingga suatu hari, beberapa hari sebelum ulang tahunnya sahabat baiknya meminta Keira untuk bertemu. Ternyata sahabatnya minta ditemani untuk bertemu pria itu.

Saat itu, Keira masih ingat dengan jelas. Dia berdiri di depan ruang TU. Menyaksikan pria yang pernah memanggilanya sayang sedang memberikan kado ulang tahun untuk sahabat baiknya yang juga berulang tahun di bulan yang sama dengan dirinya. Betapa hancur hati Keira. Dia masih menunggu penjelasan lisan atas perubahan sikap pria itu. Namun yang baru dilihatnya sudah merupakan penjelasan yang jelas untuknya.

Pria itu datang tanpa permisi ke hati Keira dan tibatiba pergi tanpa sepatah kata.

Memendam luka hati. Keira pun mulai menyimpan benci.

"Key!"
Panggilan Sani membuat lamunan Keira buyar.

"Hah apa?" tanya Keira blur.

"Kita akan mengambil foto kelas!"

"Oh okay, ayo!" Keira berdiri dan berjalan menuju spot foto yang mereka pilih.

Tak sengaja Keira berjalan di sebelah pria itu. Dia semakin mempercepat langkah. Tak ingin berada dekat dengan pria brengsek yang sudah memberi harapan semu untuknya.

"Key, kenapa kau menghindari pacarku?" tanya Rania melihat sikap Keira. Bukan sekali dua Keira memasang wajah jijik ketika melihat pacarnya.

Keira membuat roll eyes lalu menghentikan langkahnya. Dia memandang Rania, "Pacarku posesif! Dia tak suka aku berdekatan dengan pria lain," jawab Keira.

"Pacar khayalanmu itu? Ayolah Key, jangan membuat alasan mengada seperti itu!" kata Rania.

"Aku serius!" jawab Keira lalu kembali berjalan meninggalkan Rania.

"Kau sahabatku. Melihat kau tak menyukai pacarku rasanya sangat tak menyenangkan, Key. Lagipula bukankah kita teman sekelas. Setidaknya bersikap sedikit lebih baik padanya okay?" Rania berbicara sambil menyusul Keira.

"Setelah hari ini kita tak akan menjadi teman sekelas lagi. Ran, jangan memaksaku menyukai apa yang kau suka."

"Tapi dia pacarku!"

"Lalu?"

"Kau sahabatku, harusnya sebagai sahabatku kau bisa bersikap baik pada pacarku. Sebagai bentuk dukunganmu pada hubunganku."

Dari dulu Keira sudah tahu bahwa Rania sangat kekanakkan dan sebenarnya sedikit  egois.
'Justru karena kau sahabatku makanya aku tak bisa menyukai dia,' batin Keira.

"Ran. Jangan memaksaku bersikap baik pada pria lain okay? Pacarku akan cemburu," ucap Keira.

"Pacar imajimu itu tak benarbenar ada, Key!"

"Terserah!"

Demi menutupi rasa sedih dan kecewa. Di depan semua orang Keira selalu mengatakan bahwa dia sudah memiliki pacar. Dan semua temannya tahu, nama pria yang Keira akui sebagai pacarnya adalah tokoh Novel yang sudah Keira tulis sejak dirinya masih duduk di bangku SMP.
Sejak mendeklarasikan pacar khayalannya itu, Keira dianggap gila oleh temannya. Namun Keira tak peduli. Dia mungkin memang tak waras.
Awalnya memang hanya purapura. Tapi entah kenapa, lamalama Keira merasa dia memiliki pacar sungguhan. Dia merasa suatu hari dia akan bertemu pacar khayalannya di dunia nyata. Tokoh yang dia ciptakan sendiri akan berada di depannya suatu hari nanti.

Foto kelas telah usai.
Untuk pertama kalinya sejak satu tahun, pria itu mengajak Keira bicara. Bukankah sudah sangat terlambat untuk membicarakan masa lalu saat ini?

"Key, apa kau sangat membenciku?" tanyanya.

"Menurutmu? Kau punya cermin di rumah kan? Coba tanyakan pertanyaan tadi pada orang dalam cermin. Tanyakan padanya apakah Keira sangat membencimu!"

"Aku minta maaf jika aku pernah men...."

"Jika? Kau bilang jika? Apa kau tak bisa membedakan jika dan karena? 'Aku minta maaf jika blablabla' hanya menunjukkan kau tak menyadari kesalahanmu, lalu untuk apa kau minta maaf? Sebaliknya, 'aku minta maaf karena blablabla' akan menunjukkan bahwa kau mengakui kesalahanmu dan tulus meminta maaf padaku. Jadi permintaan maafmu barusan tak bisa aku terima."

"Saat itu kita tak ada hubungan apaapa Key, haruskah kau semarah ini padaku hanya karena aku memilih memacari sahabatmu?"

Keira tersenyum sinis, "Kau benar. Kita tak pernah ada hubungan lain selain teman sekelas biasa. Ya, kau hanya pernah memanggilku sayang, itu tak berarti apaapa hanya panggilan biasa untuk alligator sepertimu. Setiap malam kita ngobrol panjang lebar di telepon juga hanya sebagai bentuk rasa iba dariku menemani kesepianmu. Setiap hari aku membawa buku paket matematika yang tebal hanya untuk mengajarimu juga tak berarti apaapa, sekedar kepedulian pada teman sekelas saja yang memang sedikit bodoh. Jadi di antara kita memang tak pernah ada hubungan spesial kan? Menurutmu aku tak ada alasan untuk membencimu kan? Ya maafkan aku, aku hanya merasa kau tak enak dipandang saja makanya aku membencimu."
Keira pun pergi.

"Key, lupakan aku!"

Keira berbalik sambil tersenyum, "Aku tak pernah mengingatmu. Dan ngomongngomong, aku sudah punya pacar. Jangan bicara seolah aku memikirkanmu, seolah aku menyimpanmu dalam ingatan. Kalau pacarku dengar mungkin dia akan kesal."
Setelah bicara Keira kembali pergi.

Di hari perpisahan ini, Keira masih belum bisa berpisah dengan rasa benci yang mengendap dalam hatinya.
Namun, tekadnya untuk menemukan pacar khayalannya semakin besar. Dia percaya, orang itu ada dan nyata, suatu hari mereka akan dipertemukan.
Dan mungkin dengan kehadiran pria khayalannya. Rasa benci yang mengakar dalam hati bisa terkikis perlahan.

"Rey, tolong diam di tempatmu! Aku sedang menuju ke arahmu," gumam Keira.

***

Bersambung

NoktahWhere stories live. Discover now