𝐏𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐫𝐭𝐚𝐬

519 115 43
                                    

29 November 1590

Angin dingin musim gugur berhembus, membelai kulit seorang pemuda biasa bermata rubah yang tengah duduk beralaskan rerumputan di atas bukit.

Kyle.

Sedari tadi netranya memperhatikan manusia dibawah sana berlalu lalang mencari sebutir beras setiap harinya.

Ada rasa iba melihatnya, seribu liter keringat perhari masih tidak cukup untuk menunjang kehidupan saat itu.

Jika di ingat, dosa pemuda ini juga banyak sekarang. Lebih sering berbohong pada semua orang hingga melanggar suatu aturan di kerajaan ini.

Matanya terpejam, mencoba untuk menyingkirkan seluruh ilustrasi buruk di kepalanya.

Dalam kesendirian, angannya melambung tinggi ke angkasa, memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi dan tak menutup bahwa ada kecemasan dalam dirinya.

Diam–diam sebuah tangan menutup matanya. Hendak memberi kejutan kepada sang pemuda bermata rubah tersebut.

"Sam, aku tahu itu kau hahaha" tebaknya, sangat mudah mengetahuinya karena ia sudah sangat hafal tingkah kekasihnya.

Oh, apakah baru saja aku bilang kekasih? Jadi mereka adalah pasangan sesama jenis? Apakah itu diperbolehkan pada zaman ini?

Satu jawaban, tentu saja hal itu dilarang pada saat ini. Jika sampai ketahuan oleh raja, maka habislah nyawa mereka. Mana lagi Sam adalah anak sang raja.

Lantas apakah yang membuat keduanya tetap mempertahankan hubungan ini? Keduanya memegang prinsip "jalani saja dulu, nanti kedepannya akan kita hadapi bersama"

Ya, sama–sama tetap teguh membuat alam cinta kasih disaat yang tidak memungkinkan seperti ini.

Keduanya tau konsekuensi apa yang akan diterima nantinya, tapi siapa peduli? Jika pun pada akhirnya akan dihukum mati itu tak akan pernah membuat cinta mereka berhenti.

Mereka mulai berlari, mengejar dunia satu sama lain, di iringi gelak tawa yang pecah tanpa tahu apa yang akan terjadi esok hari.

Menuntun tungkai sampai pada suatu lahan kosong berisi ribuan bunga dandelion, kemudian beristirahat sejenak karena lelah berlarian sejak tadi.

Keduanya berbaring di atas tanah tanpa takut baju akan kotor. Hari ini cerah, menampakan langit biru yang di hiasi oleh milyaran awan disana.

Tangan Kyle terjulur ke udara, berusaha meberitahu bahwa ada awan yang berbentuk seperti bunga marigold disana.

Tak ada sepatah kata yang terucap, namun Sam hanya tersenyum. Kemudian juga menjulurkan tangannya ke udara, menggenggam jemari rubah kecilnya.

Pipi yang bersemu itu begitu manis. Kyle terlalu indah untuk di abaikan.

Sore itu mereka tutup dengan meniup beberapa tangkai bunga dandelion, konon katanya jika membuat permohonan akan terkabul.

"Tuhan, tolong pertemukan kami lagi di masa yang akan datang dengan cara apapun. Walaupun itu juga harus berakhir dengan cara yang buruk."

30 November 1590

Suara ricuh pagi itu memekakan telinga, sangat sesak akan orang–orang yang membawa garpu taman. Padahal saat itu jam masih menunjukan pukul setengah sembilan pagi waktu setempat.

Ombak manusia itu berteriak meminta pertanggung jawaban raja tentang sepasang insan yang sudah tertangkap basah melanggar aturan.

Inilah hari dimana akhir cerita mereka sirna pada zaman ini. Jika bisa jujur, mereka tak siap untuk kehilangan. Tapi itulah konsekuensi yang harus ditanggung, hukuman pancung.

'Pertunjukan' itu langsung dipertontonkan kepada rakyat, menjadi peringatan bila ada kejadian serupa.

Tangan keduanya terikat, sangat sakit dirasa.
Satu algojo menggiring Sam pada tempat pemancungan, memposisikan kepalanya agar tepat sasaran.

"Ada kalimat terakhir?" algojo itu tersenyum remeh, menurutnya sudah sepantasanya kaum sodom seperti ini harus di hukum mati.

Sam mendongak, menatap dari kejauhan kesayangannya yang berusaha menahan air matanya. Terlihat tubuhnya bergetar dan lemas disaat yang sama.

Dengan lantang dan tegas ia berkata, "Cintaku untuknya akan tetap ada meskipun raga ini telah tiada." Baginya semua orang harus tahu betapa ia sangat mencintai rubah kecilnya.

Algojo itu menutup kepala Sam menggunakan kain putih. Senyum kecil terukir di baliknya, bibirnya bergumam kata cinta kepada sang terkasih.

1

2

3

Drash!

Tangis deras sudah tak tertahankan. Tubuhnya jatuh bersimpuh karena kaki sudah terlalu lemas. Tubuh itu terbelah di depan mata kepalanya sendiri.

Algojo yang tidak sabaran langsung menyeret Kyle untuk di ikat pada sebuah kayu. Dikelilingi kayu–kayu kecil guna mempermudah proses hukuman.

Kepalanya menunduk, sudah terlalu malas untuk menanggapi caci maki lautan manusia itu. Air mata masih terus keluar, ia sudah pasrah.

Bahkan hawa panas yang diciptakan oleh api yang perlahan menggerogoti dirinya tak berarti lagi.

Setelah ini, abu nya akan terbawa angin menuju masa depan yang lebih indah nantinya. Mungkin.

©starrvbs

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

©starrvbs

Jadi, dari chapter Pangeran sampai Mimpi itu sbnrnya cuman mimpinya Yedam. Waktu itu kebetulan dia nemu sebuah buku jadul, habis itu dia baca, eh ternyata ketiduran. Dalam mimpi itu dia ketemu sama si Sam, alias kekasihnya dulu. Itu cara tuhan untuk mempertemukan mereka lagi, yaitu dengan mimpi.

Mimpi itu biasanya alurnya ga jelas, that's why cerita ini alurnya aneh banget. But tysm sama yang udah setia dengan cerita ini 😭❤

Kala beneran kaget banget ternyata lumayan rame book ini, padahal awalnya bener² cuma iseng dan ga bakal ngira rame juga ternyata, tysm for y'all 😭❤

—Kala

pangeran kertas ; Dodam√Donde viven las historias. Descúbrelo ahora