𓏲 ❛ Sam.

959 177 18
                                    

Hening melanda, keduanya sibuk mendalami pikiran masing–masing.

Sebenarnya, bisa dibilang hanya Yedam yang berpikir. Mungkin karena dia terlalu syok dengan keberadaan orang asing yang mengaku sebagai pangeran Sam ini.

I–iya sih mirip, tapi masa dia beneran keluar dari canvas?? Ngida–ngida nih orang keknya.

"Mm..saya izin selonjorin kaki ya. Keram kaki saya karna kelamaan duduk bersila..." ujar orang asing itu memecah keheningan.

Yedam mengangguk kaku. Ia segera bergeser, memberikan tempat untuk pria itu.

Terjun kembali kedalam pikiran, Yedam menjelajah perpustakaan pribadi di dalam kepala, mencari secerca penjelasan untuk semua ketidakjelasan.

𓄹 ᥫ᭡

"Argh!!" cukup sudah, ini membuat Yedam sangat frustasi. Kepalanya terasa mengeluarkan asap saking kerasnya dia berpikir.

"Hei, sepertinya kamu depresot, ada masalah kah?? Hoamm" dengan tak berdosanya Doyoung berucap demikian. Apa Doyoung tak sadar jika dirinya yang membuat Yedam prustasi? Jangan sampai Yedam melayangkan kursi ke wajah Doyoung.

Jika ditanya, maka Doyoung pun tak tahu mengapa ia bisa disini. Seingatnya, waktu dia buka mata, hal yang dia lihat pertama ya kamarnya Yedam ini.

"saya nanya loh inii, cepetan jawab, ngantuk saya nya" sahut Doyoung yang kemudian menguap lagi.

Hey, ayolah. Ini sudah tiga jam mereka seperti ini. Doyoung yang telah berpindah tempat di atas tempat tidur Yedam, sedangkan si pemilik kasur masih bergelung dalam pemikiran abstraknya di lantai.

Ini sebenarnya siapa yang punya kamar?

Bahkan ketika  jumantara¹ sudah menunjukan bulan, Yedam masih mengheningkan cipta.

"Apa ga pegel tuh pantat?" batin Doyoung lelah melihat Yedam selama tiga jam duduk bersila.

"Oke, mari kita perjelas ini. Saya ngga tau kenapa tiba-tiba bisa disini. Tapi dua hal yang saya tau, kamu yang buat saya dan kamu yang kasih nama pangeran Sam. Sudah jelas kan?"

Doyoung menatap manik Yedam dengan lekat untuk memberitahu nya bahwa ia tidak berbohong.

Tunggu! Ah benar, lukisannya!

Yedam mengambil lukisan itu dengan tergesa, mengacak seluruh isi meja. Namun keningnya mengernyit bingung ketika melihat canvas tersebut kosong melompong.

Itu canvas terakhirnya, yang ia pakai untuk melukis pangeran Sam. Mana mungkin Yedam bisa menghapus lukisan itu? Kecuali sang pangeran memang keluar dari canvas tersebut.

"Jangan bilang kamu keluar dari sini.." ujar Yedam sembari menunjuk canvas putih itu.

"Tadi sih, saya awalnya ngeliat lubang hitam dan waktu deketin lubangnya, saya tersedot lalu berakhir disini." Seakan tak peduli, Doyoung merebahkan tubuhnya di atas kasur Yedam.

Yedam merenggut, berjalan kearah kasur lalu menendang Doyoung hingga tersungkur ke lantai.

"Enak aja main rebahan, bersihin badan dulu kek, kan ga ada yang tau tuh baju bersih atau kotor!" Yedam berkacak pinggang, melotot marah kepeda Doyoung yang tengah meringis kesakitan.

Di mata Doyoung, Yedam itu melotot lucu, tapi karena waktunya tidak pas untuk ngalus jadi dia tahan kata–kata ala crocodilusngalusmodus nya.

"Heh, mau kemana?!"

"Tadi katanya suruh mandi..."

"Tapi kamu belum ngambil baju sama handuk bambank!"

"Kok bambank? Nama saya kan Sam..."

"Anj— ga gitu maksudnyaa" mau nangis aja rasanya Yedam tuh ngadepin manusia dari zaman prasejarah kayak Doyoung.

Iih, pangerannya GGG. Ganteng ganteng goublough :( —Yedam

Bukan gblk Doyoung mah. Dia cuman ga ngerti aja jokes anak muda jaman sekarang.

"Ah Udahlah. Ini baju, celana, semvaq sama handuk papah aku. Nanti biar yang di marahin papah Dobby aja, bukan aku hihihi" Yedam tertawa geli, membayangkan jika papahnya memarahi Doyoung.

Tapi kan kamu yang ngasih bajunya ke Doyoung, Yedam :) —Kala

Omong–omong, Yedam sekarang sudah bisa lumayan mempercayai perkataan Doyoung. Karena, apasih yang ga mungkin di dunia ini?

Ya pengecualian untuk para bieksbi shipper yang mengharapkan kapal mereka menikah suatu saat nanti. BEHAHAHA. Bercanda yes, soalnya Kala juga ngarep mereka bakal nikah :)

𓄹 ᥫ᭡

Pintu kamar mandi terbuka, menampakan Doyoung dengan setelan kaos berwarna cokelat dark elm.

Pintu kamar mandi terbuka, menampakan Doyoung dengan setelan kaos berwarna cokelat dark elm

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Gausa bayangin rambutnya basah karena keramas. Siapa yang mau keramas malem–malem begini? Yang ada masuk angin entar.

Doyoung baru saja ingin merecoki Yedam, tapi niatnya ia urungkan ketika melihat lelaki manis itu telah memejamkan mata rubahnya.

"Makanya jangan terlalu keras berpikir tadi, maniss" Doyoung terkekeh. Kemudian ia menjawil hidung Yedam, membuat si empu bergumam tidak jelas.

"Aduh, diem kamu jaenab..." gumam Yedam pelan, mata rubahnya masih tertutup.

Doyoung menahan tawanya dengan susah payah. Sungguh! Yedam terlalu lucu untuk diabaikan.

Dengan tidak sopannya, Doyoung beranjak naik ke kasur Yedam, mengisi space kosong di sebelah.

Wah, hari ini benar–benar hari yang panjang.

Wah, hari ini benar–benar hari yang panjang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

©starrvbs

¹Jumantara = langit, udara.

...

Guys, maaf kalo part ini sedikit tidak memuaskan. Kala kena mental brikdens gara² kabar Junghwan juga positif (T⌓T)

Kalau begitu, mari hentikan sejenak kegiatan dan kembali memanjatkan doa kepada Tuhan.

Meminta kesehatan agar kembali menghampiri
Meminta di jauhkan dari segala penyakit
Dan meminta skenario terbaik untuk saat ini.

Btw enaknya lanjut ga ya? 🤔

—Kala


pangeran kertas ; Dodam√Where stories live. Discover now