"Ah.. Ku kira dia."

Chelsea akhirnya melanjutkan langkah kakinya. Namun, derap langkah kaki terdengar lagi di sana. Ia kemudian menoleh lagi dan melihat seorang laki-laki berpakaian serba hitam berdiri di sana. Wajahnya tak terlihat di tengah kegelapan itu. Lelaki itu memegang sebuah pisau kecil.

Lemas. Tubuh Chelsea rasanya sudah mati rasa. Tanpa sadar, ia terduduk di sana. Ia yakin bahwa orang yang berdiri di sana adalah sang psikopat.

Semakin lama, orang itu semakin mendekatinya. Namun, Chelsea memberanikan diri untuk bangkit.

"Se-sebentar! A-aku sangat ingin menemuimu." Ucap Chelsea dengan ketakutannya. Tapi, mampu membuat sang psikopat menghentikan langkahnya.

"Kenapa kau ingin menemuiku?" Ujar sang psikopat yang terdengar penasaran. Suaranya yang begitu berat mampu membuat siapa pun ketar-ketir.

Sial! Suaranya saja semenakutkan itu! Batin Chelsea.

"A-aku bisa membuatmu terkenal."

"Benarkah?"

"Ya! Tentu saja! Bagaimana?" Ujar Chelsea yang rasa takutnya perlahan mulai  menghilang.

"Apa yang harus kulakukan?" Tanya sang psikopat. Chelsea merasa orang-orang tak perlu setakut itu dengan psikopat ini. Karena di luar ekspektasinya, ternyata dia semudah ini ditaklukkan.

"Kau hanya perlu menceritakan kepadaku tentang pembunuhanmu."

"Baiklah. Apa aku perlu menunjukkan wajahku?" Tanya sang psikopat yang terdengar sangat polos di telinga Chelsea. Namun, tetap sangat menyeramkan. Bulu kuduknya tetap berdiri sedari tadi.

"Ya! Jika kau mau, itu akan sangat bagus." Jawab Chelsea.

Kemudian, sang psikopat mulai melangkahkan kakinya. Chelsea tetap berada di posisinya, langkah kakinya membuat Chelsea ketakutan. Namun, ia tahan.

Setelah berjarak satu meter dengan sang psikopat, tanpa aba-aba apa pun, dia menyayat sepanjang leher Chelsea dengan pisau di tangannya. Pisaunya memang kecil, tapi tajamnya tak usah diragukan lagi.

Leher Chelsea mulai mengucurkan darah yang sangat deras. Sayatan yang sangat dalam. Chelsea yang tadinya berdiri, kini sudah tergeletak di jalan sambil memegang lehernya. Ia melihat ke arah psikopat itu. Matanya tak terlihat, tapi bibirnya terlihat sangat jelas. Ia terlihat menyeringai. Seringai terseram yang pernah Chelsea lihat seumur hidupnya.

Kemudian, sang psikopat mendekatkan tubuhnya. Ia menyeret Chelsea dengan menarik rambutnya menuju dinding yang tak begitu jauh dari tempat tadi. Chelsea tak bisa lagi berbuat sesuatu, darah yang terus mengalir dari lehernya, membuat oksigen semakin sulit dia ambil.

'Dia' kemudian, menyenderkan Chelsea ke dinding. Lalu, memulai aksinya. Menusuk perut Chelsea tanpa belas kasihan sedikit pun.

"Apa? Kau mau membuatku terkenal? Omong kosong." Ucapnya sambil memutar pisau yang menancap di perut Chelsea. "Tanpa bantuanmu, aku sudah cukup terkenal."

"Lalu apa? Kau ingin aku menceritakan pembunuhanku? Baiklah, jika itu mau mu."

"Setelah darah mengalir dari leher gadis cantik itu, aku menusuknya sekali. Lalu, dia mengeranh." Ucapnya. Benar. Chelsea juga mengerang kesakitan di sana.

"Lalu, aku membuat sebuah lingkaran besar di perutnya." Ucapnya lagi, sambil membuat sebuah lingkaran di perut Chelsea dengan pisaunya.

"Setelahnya, aku tusuk semua hal yang ada di lingkaran itu, sampai isi perutnya terlihat." Katanya dan melakukan hal yang sama pada Chelsea.

"Dan ususnya aku keluarkan agar dimakan oleh hewan-hewan yang sedang kelaparan. Baik kan?" Ujarnya lagi sambil menarik usus Chelsea. Chelsea sudah tak bisa menggerakkan tubuhnya lagi, nafasnya sudah tersendat dan matanya hanya bisa melihat ke atas. Ia sudah tak berdaya lagi.

"Nah, sentuhan terakhir. Aku akan menggantugnya. Hmm.. Tidak ada maksud tertentu sih, aku hanya ingin orang melihat apa yang sudah kuperbuat."

Setelah tubuh Chelsea tak berdaya, ia menggantungkan tubuhnya menggunakan sebuah tali. Tali itu ia lilitkan ke leher Chelsea. Kemudian, menggantungkannya di sebuah pohon.

"Sudah cantik. Oh ya, bukankah kau ingin melihat wajahku? Baiklah ku perlihatkan." Ucapnya sambil membuka tudung yang ia pakai sedari tadi. "Terimakasih cantik, sudah memilih tempat yang pas untukku." Lanjutnya dan segera pergi dari sana.

Tubuh Chelsea bergelantungan di atas pohon dengan usus panjangnya yang sedang bergelantungan di perurnya. Nyawanya sudah tak ada. Dia memancing orang yang salah. Memancing seorang pembunuh, hanyalah tindakan menggali kuburnya sendiri.

Can You Find Me ? [COMPLETED]Место, где живут истории. Откройте их для себя