Part 6 | Utusan Ruang 10-E

70 12 2
                                    

Happy Reading Fluffys!


Ini bukan kali pertama Jungwon bertemu Sunghoon, Jay, dan Heeseung. Tiga cowok itu memang kerap kali datang ke rumah untuk bermain bersama Soobin atau sekadar mengerjakan tugas sekolah.

Sebelumnya, ia hanya tahu bahwa Sunghoon adalah cowok yang disukai kakak perempuannya, lalu Jay adalah sahabat Arin yang ditakdirkan Tuhan menjadi anak sultan, sementara Heeseung adalah teman dekat Soobinie Hyung yang baik hati.

Namun untuk sekarang, Jungwon lumayan kaget mengetahui fakta bahwa mereka adalah orang-orang top di sekolah. Barusan mereka memperkenalkan diri sebagai perwakilan ekstrakulikuler klub seni. Jadi, sebagai seorang yang cukup dekat dengan mereka, Jungwon merasa agak sedih waktu ketiganya lagi-lagi me-notice dirinya saat baru memasuki ruang 10-E.

Tadi pagi Jungwon sudah diberondongi pertanyaan oleh teman satu ruangan karena kemarin di-notice Soobin. Kata mereka, Jungwon kok bisa kenal sama Kak Soobin? Dia siapa lo? Kalian kenal dari kapan? Terutama saat calon murid perempuan bertanya, Won boleh minta kontak Kak Soobin, kan?

Menyedihkan. Jungwon merasa impiannya menjadi cowok tidak populer sedikit demi sedikit diruntuhkan oleh orang-orang terdekatnya.

"Klub seni nggak banyak peraturan kok, yang penting kalian selalu datang saat latihan," papar Heeseung diakhiri senyum manis yang melelehkan calon murid perempuan.

"Oh ya, prestasi klub seni nggak usah diragukan. Berkali-kali kita juara lomba tingkat nasional, mulai  dari lomba nyanyi sampai dance," timpal Jay.

"Kita juga bisa menunjukkan bukti valid kalau klub seni kebanggaan sekolah. Coba dong, Kak Hee nyanyiin penggalan lagu buat calon murid," pinta Sunghoon.

Seketika Heeseung tertawa pelan. "Harus banget?" tanyanya.

"Oh ya dong, harus banget Kak!" seru Arin bersemangat. Ia dan Fera memang tetap berada di ruangan selama proses promosi organisasi dan ekstrakulikuler berlangsung.

"Ayo Kak Hee, pamerkan raw vokalmu!"

"It's a beautiful life~ nan neoui gyeote isseulge~ it's a beautiful life~ neoui dwie seo isseulge~"

"Kereeen Kak Hee!" sorak Arin.

Semua penghuni ruang 10-E langsung bertepuk tangan. Suara Heeseung tidak main-main, sangat merdu dan memanjakan telinga.

"Ketua klub tari, pamerin dance juga dong, biar dedek-dedek semakin terpesona," pinta Fera setelah telinganya dibisiki sesuatu oleh Arin.

Benar, tadi Arin memang menyuruh Fera untuk meminta ketua klub tari—Sunghoon—agar melakukan dance.

"Boleh banget," balas Sunghoon.

Di sana Arin sudah senang bukan kepalang. Uhuy! Pangeran es pujaan hatinya mau menunjukkan bakat, yeoreobun.

"Jay maju," lanjut Sunghoon yang seketika meruntuhkan ekspektasi Arin.

Bukan berarti tarian Jay jelek sih, tapi Arin sudah sangat rindu melihat dance keren ala-ala Sunghoon.

Hiks, gagal deh.

Tapi tidak masalah, lagi pula sepertinya para dedek kagum melihat Jay menari.

..*..*..*..

Selepas istirahat, ruang 10-E mengadakan rapat santai dibawah pimpinan Fera. Meja kursi digeser ke belakang, calon siswa termasuk koordinator duduk lesehan membentuk lingkaran besar.

"Kita ngobrol santai aja, ya. Kalian nggak usah pada tegang," kata Arin saat melihat mereka yang duduk dengan badan tegap dan ekspresi wajah terlewat serius.

"Mulai Fe," lanjutnya.

"Oke, langsung aja ya. Seperti yang kalian tahu, kemah bakal diadain besok, artinya setiap ruangan harus punya perwakilan untuk pentas seni. Siapa diantara kalian yang mau jadi perwakilan?"

Semua calon murid saling pandang satu sama lain. Bingung juga sih, kan masih malu kalau mereka tiba-tiba angkat tangan mengajukan diri untuk jadi perwakilan. Hm, ya ... walau sebenarnya di dalam hati beberapa calon siswa terbesit keinginan untuk unjuk bakat.

"Kak boleh ngasih rekomendasi?" Rena yang duduk di samping Arin usul.

"Boleh kok," balas Fera.

"Kalau aku pribadi mau rekomedasiin Niki. Yang aku tahu Niki bisa dance," ujarnya.

Niki yang disebut-sebut hanya bisa pasang wajah sok kalem. Padahal dalam hatinya, ia sudah dag dig dug ser takut dimintai melakukan dance oleh koordinator. Ia sungguh tidak yakin bisa melakukan yang terbaik, apa lagi ada—ekhem—Arin di depannya.

"Gimana Niki, kamu bersedia nggak?"

"E-eh bersedia apa, Kak?"

"Bersedia jadi pacar Arin hahaha." Fera tergelak disusul tabokan Arin di pahanya. Beberapa calon murid juga ikut tertawa, tak terkecuali Jungwon. Ia jelas paham bahwa Niki memendam kagum pada kakak perempuannya. Setiap orientasi cowok itu rajin memperhatikan Arin. Ia juga tak jarang menanyakan sesuatu untuk cari perhatian.

"Canda pacar. Nggak lah, maksud Kakak jadi perwakilan ruang 10-E. Kalau sama Kak Arin jangan terlalu berharap, Dek, soalnya—"

"Fe! Nggak boleh keluar topik ah," potong Arin kesal.

"Oke, oke, jadi gimana Niki?"

Niki menyikut pelan lengan Jungwon, ia meminta pendapat lewat tatapannya.

"Kalau lo merasa bakal bisa, ikut aja, Nik."

"Oke, saya bersedia, Kak," kata Niki setelah berpikir dan mempertimbangkan pendapat Jungwon.

Semoga saja tariannya tidak mengecewakan. Maksimalnya sih, bisa membuat Arin terkesan supaya nanti dapat perhatian. Eh, kok kesannya Niki jadi berharap lebih, ya?

..*..*..*..

To Be Continue

Makasih buat yang udah baca Fluffy Won. Ayo dong dukung cerita ini melalui vote dan comment kalau kamu suka.

With love,          

Ain noonanya Jungwon
tapi cuma halulululu~

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 20, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Fluffy Won (On Going)Where stories live. Discover now