“Kamu dong yang harusnya salim, kan kamu yang lebih muda dari aku,” balas Gista yang membuatnya dan Galang tertawa pelan. Sedangkan Saka tetap diam dengan ekspresi tidak suka. Gista berdeham pelan. Dia meraih tangan Saka dan mengecupnya lembut. “Aku berangkat duluan, ya.”

Saka mengangguk, masih dengan ekspresi kesal di wajahnya. “Hati-hati, sampai sana langsung kabari aku,” ucapnya yang dijawab anggukan oleh Gista. Setelahnya, gadis itu meraih kopernya dari tangan Galang, dan berjalan lebih dulu memasuki bandara dengan senang.

“Lang, titip Gista,” ujar Saka kepada Galang.

“Gue lupa kasih tahu lo, Ka,” balas Galang yang membuat Saka menatapnya bingung. “Lo pilih pantai sebagai tempat liburan kalian, itu salah besar. Istri lo itu, kalau udah di pantai, suka lupa diri.”

“Lupa diri?” tanya Saka bingung.

Galang terkekeh pelan, “Dia berasa jadi bule. Lo tahu bule kalau ke pantai, kan? Cuman pakai bra sama celana dalam doang. Istri lo kayak gitu tingkahnya,” ucapnya yang membuat Saka melongo dan terkejut. Galang kembali terkekeh, dia menepuk pelan bahu Saka, sebelum berjalan menyusul Gista.

***

Tentu saja Saka tidak bisa tenang setelah mendengar perkataan Galang tadi. Dia lupa kebiasaan buruk Gista yang satu itu. Gadis itu suka sekali berpakaian terbuka. Dia hanya berpakaian sopan saat bekerja, selepasnya gadis itu suka sekali memakai pakaian yang memperlihatkan lekuk tubuhnya.

“Grasak-grusuk mulu, Ka. Udah nggak tahan pengin ketemu istri?” ucap Mahen yang baru saja bergabung dengannya di ruang tunggu. Hanya ada mereka di sini.

Sakala berdecak pelan. “Dia nggak balas chat gue. Telepon gue juga nggak diangkat. Anaknya suka gitu, bikin khawatir terus.”

Mahen tertawa pelan. “Lo sama Gista dijodohkan, kan?”

Saka mengangguk. Menyerah, dan mengantongi ponselnya. “Iya, kenapa?”

“Lo kelihatan udah jatuh cinta sama dia. Gue cuman heran aja. Secepat ini ya proses orang jatuh cinta? Atau, kalau udah menikah memang beda cerita lagi?”

Saka tersenyum. “Gue memang udah jatuh cinta sama Gista. Sejak dulu.”

Kening Mahen mengerut mendengarnya. “Sejak dulu?” ulangnya yang mendapat anggukan dari Saka.

“Entah lo percaya akan cinta pada pandangan pertama atu enggak. Tapi, gue mengalami itu. Gue udah jatuh cinta sama Gista, sejak kali pertama gue lihat dia, saat gue pindah ke depan rumahnya dia.”

“Really?” Mahen terkekeh pelan. Sedikit tidak mempercayai apa yang baru saja dia dengar. “Jadi, alasan kenapa lo selama ini terkesan menutup diri, dan menjauhi semua cewek-cewek yang mendekati lo itu— Gista?”

“Alasan terbesar dari beberapa alasan lainnya,” jawab Saka dengan mantap. “Sayangnya gue nggak bisa gerak berlebihan. Dia punya cowok saat itu.”

“Jadi, karena Gista udah putus sama cowoknya. Lo langsung gerak cepat, bukan lagi deketin buat jadi pacar, tapi langsung istri?”

Saka terkekeh dan mengangguk. Sebenarnya pernikahan ini bukan atas perintah orangtuanya. Saka yang menginginkannya, dia ingin Gista menjadi istrinya. Lelaki itu sudah memikirkannya dengan baik. Jika menawarkan Gista hubungan remeh, Saka bisa menjamin seratus persen dia akan ditolak.

Melihat dari umur Gista sekarang, dan berapa lama dia berpacaran dengan mantan kekasihnya dulu, Saka tidak akan mempunyai kesempatan jika dia tidak mempunyai keseriusan. Dan, kebetulan orangtuanya juga menginginkan hal itu sejak lama. Jadi, tentu saja Saka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan yang datang kepadanya.

Tentang Gista Juga SakaWhere stories live. Discover now