VIII

835 98 1
                                    

Pagi ini para siswa-siswi terlihat sedikit terburu-buru masuk ke ruang kelas. Apalagi gerbang dikit demi sedikit digeser sampai akan tertutup rapat, membuat yang masih diluar gerbang berlarian hingga berdesakan masuk ke dalam. Karena akan sangat repot jika mendapat hukuman dari guru piket yang kini berdiri tegak didepan gerbang.

Mina menyuap sendok menatap depannya sambil tersenyum-senyum, "Enak gak?"

Chaeyoung mendongak, tatapan penuh harap terpancar di mata Mina. Sambil mengunyah, Chaeyoung mengangguk, menghabiskan setengah makanannya. Mina tersenyum senang dan lagi menyuap makanannya.

Mina menopang dagu dengan sebelah tangan menatap Chaeyoung yang dengan tenang menyantap makanan miliknya.

"Bu Mina makasih ya sarapannya.." Chaeyoung menutup kotak bekal. Chaeyoung mengelap bibirnya, mulutnya masih mengunyah.

Tak ada jawaban,
"Bu Mina.."

"Eh iya..gimana Chaeyoung? Belum kenyang ya? Makan pun..nya.." Mina menghentikan ucapannya saat Chaeyoung menggoyangkan kotak bekal kosong. "Oh udah habis.." Mina melihat jam tangan miliknya yang menunjukkan pukul 07.55, tak terasa waktu berjalan begitu cepat.

Mina mendesah, tubuhnya tiba-tiba lemas, ia menata bekal yang dibawa. Seleranya hilang seketika. "Saya boleh pergi kan?" Mina mengangguk pelan.

Dalam hati Chaeyoung senang, akhirnya penderitaannya telah berakhir. Bayangin, Chaeyoung bela-belain dari rumah jam 6 kurang demi sarapan bareng sama guru anehnya ini.

Semua ini terjadi karena Jeongyeon! Emang bangsat temennya yang satu itu. Gara-gara dia, Chaeyoung sampe bikin janji sarapan berdua sama Mina. Misal orang lain yang ngalamin dikiranya beruntung kali ya. Beruntung mbahmu! Chaeyoung kalo ketemu Mina aja malah apes. Sialllll mulu bawaannya.

Baru berdiri, Chaeyoung menoleh ke belakang saat merasa pergelangan tangannya di pegang. Chaeyoung kembali menghela, kapan penderitaannya berakhir.

"Besok sarapan sama saya lagi, mau?"
Penuh harap Mina.

Chaeyoung diem, mau nolak gak enak, tapi aslinya dia ogah. Gak bakal jalan rencananya kalo dia masih punya hati nurani.

"Mmm saya gak tahu Bu, semisal bisa nanti saya kabari.." Chaeyoung tersenyum tipis. Mina mengangguk kecil, tersenyum paksa. Mina tahu 'gak tahu'-nya Chaeyoung itu ya 'gak bisa',. Udah jelas banget muridnya itu nolak ajakannya dia.

Baru ingin melangkah, lengan Chaeyoung ditarik Mina sampai...

Cup

Chaeyoung melebarkan mata ketika bibir Mina mendarat di pipi kanannya. Cukup lama, sampai Chaeyoung merasa seluruh tubuhnya tak bisa digerakkan.

Mina terkekeh, mendorong lembut Chaeyoung keluar ruangannya. Bahkan saat didorong keluar Chaeyoung memegang bekas ciuman Mina disertai wajah cengonya.

Diluar ruangan mereka bertatapan.

Mina tersenyum kecil,
"Semangat belajarnya.." disertai kepalan tangan.

Ceklek..

Suara pintu tertutup.

Kondisi Chaeyoung? Ohh udah jelas otw gila kayaknya. Bukan senyum-senyum ya bukan. Tahu gak sih kalo pas upacara pemimpinnya bilang 'hormat grak!' nah dia ya kayak gitu. Bedanya, hormatnya dia bukan di kepala tapi di pipi. Untungnya koridor sepi, kalo rame duhh malunya kayak apa tuh anak.

Chaeyoung kembali sadar mendengar gertakan guru piket yang menyuruhnya segera masuk. Daripada kena masalah lagi, Chaeyoung mengucapkan kata maaf dan segera berlari memasuki kelas. Sadar atau tidak, seluruh wajah Chaeyoung kini memerah. Entah karena efek lari atau efek dari ciuman Mina.

Ending'sWhere stories live. Discover now