Chapter 11: Perayaan Akhir Tahun [1]

11.8K 1.8K 660
                                    


Sepanjang mata memandang, hanya ada warna putih yang memenuhi pemandangan sekitar. Hari demi hari kian berganti dan menghantarkan waktu untuk mengakhiri tahun yang terasa singkat.

Pria bersurai pink dengan sweater yang memiliki warna seiras itu tengah memandang lurus ke pemandangan kota dari kaca jendela. Tangannya terlipat rapi di depan dada, sepasang manik matanya menatap lekat pada kerlap-kerlip lampu yang selalu menjadi pemandangan indah.

"Daegangie."

Iris mata itu mulai bergerak ke sudut mata dalam satu arah ketika namanya dipanggil. Pria manis itu kembali beralih memandang ke lampu-lampu yang menghiasi kota seoul dengan acuh.

"Kau sudah menemukannya?"

Felix menghembuskan nafas sesaat, pria itu melangkah lebih dekat dan berdiri tepat disamping sahabatnya. Ia menoleh ke arah Daegang yang menatap serius ke pemandangan luar.

"Kau yakin dengan rencanamu?" Felix nampak ragu dengan apa yang Daegang rencanakan. Pria blasteran itu menolehkan kepalanya untuk memandang Daegang yang tak sedikitpun menunjukan bahwa ia terusik dengan pertanyaan yang barusan ia lontarkan.

"Jika kau mengungkapkannya, begitu banyak faktor yang akan mempengaruhi popularitasmu."

Daegang tak bergeming sedikitpun untuk merespon sosok yang berdiri disampingnya.

"Kau sungguh yakin dengan rencanamu?"

Daegang menarik nafas dan menghembuskan dengan perlahan. Sepasang matanya terpejam untuk beberapa detik, sebelum akhirnya ia memandang Felix yang menunjukan raut cemas.

"Jawab pertanyaanku, kau sudah menemukannya?" Nada rendah itu terdengar begitu mengerikan di telinga Felix, seolah Daegang tengah berusaha sebaik mungkin untuk tidak berbicara dengan nada kasar seperti biasa.

"Kau pikir kenapa aku bertanya hal-hal seperti itu padamu jika aku belum menemukan semua hal yang kau butuhkan!" Omelan Felix kembali diacuhkan Daegang. Pria manis itu kembali memandang lurus ke depan. "Sekarang jawab pertanyaanku."

"Yang mana?"

Felix menahan diri untuk tidak mengeluarkan umpatan dan sumpah serapahnya. Daegang tersenyum kecil ketika menyadari sahabatnya yang selalu terlihat tertekan ketika berbicara padanya.

"Aku yakin." Daegang menjawab dengan senyuman teduh. Felix kembali memandang ekspresi sang sahabat dengan lekat, memastikan bahwa tidak ada keraguan sedikitpun yang mungkin terlihat dari gerak-gerik nya. Tapi Daegang sungguh memiliki definisi misterius yang luar biasa, Felix tidak pernah bisa menebak apapun yang sahabatnya itu pikirkan.

"Sungguh?"

"Ya, aku yakin." Daegang menatap pantulannya sendiri dari kaca yang ada di hadapannya.

"Ugh." Felix bergidik akan sesuatu yang ada di dalam benaknya. "Tubuhku bergetar membayangkannya."

"Kenapa?" Daegang mengernyitkan kening dengan raut protes. Mendengar Felix mengatakan kalimat sederhana itu, ia sedikit terusik.

"Itu akan menjadi hari yang memberatkan baik untuk mereka ataupun untuk kita. Dan itu akan menjadi hari yang melelahkan, karena kau harus melawan mereka habis-habisan." Felix tampak begitu ekspresif dalam menjelaskan maksud perkataannya. "Dan tak hanya itu, kau juga harus berhadapan dengan-" Daegang memberikan intruksi dari tangannya agar Felix bisa bungkam. Perkataan Felix behasil mengusiknya tapi Daegang berusaha sebaik mungkin agar tidak terlihat terganggu dengan apa yang Felix katakan.

"Diam dan cepat kembali ke apartementmu!" Daegang memukul bahu Felix dan mengusir sahabatnya untuk segera pergi.

"Ya! Tapi aku benar-benar serius! Bagaimana jika-"

OUR HEARTWhere stories live. Discover now