The old memory recalling time

Comenzar desde el principio
                                        

"HEH! Yang lain juga harus tau dong!"

"Gean, jangan ngegas bisa gak sih. . ."

"Hehe, sorry, Ness."

"Nah, daripada itu ribet nanti, Livia ga usah cerita dulu. Sekarang mending fokus kerjaan dulu."

"Daritadi Via baru mau ngomong gitu, cuma malah tadi Via langsung mendadak ga sadar, dan, sekarang Via baru bisa ngomong gitu tau, WKWKWKWKWK. . ."

"WKWKWKWK bener, Vi."

Aku pun segera mengeringkan rambut dan langsung makan pagi. Junghan, Nessa, dan Geandra pun membuka komputer mereka, dan langsung membuka file yang mau dikerjakan, dan mereka tetap menunggu aku selesai makan pagi. Junghan pun menyuapi sarapan aku, agar aku bisa lebih cepat makan lagi karena seharusnya sudah cepat tapi sedikit lama.

Tidak lama, aku pun selesai sarapan. Aku pun segera meminum air dan meminum obat dan mulai membuka file yang mau dikerjakan, dan kali ini bersama-sama ngerjainnya, karena ini adalah pekerjaan yang cukup besar dan memakan waktu lama untuk menyelesaikannya, bisa dibilang juga, ini pekerjaan kantor tapi berhubungan sama kepemerintahan?? Ga tau deh haha.

Teman-teman aku segera mengunjungi kamar aku, Junghan Oppa, Nessa, dan Geandra. Mereka tampaknya khawatir setelah mendengar teriakan ke-tiga kakak aku. Begitu juga dengan teman-teman rekan kerja aku, mereka tiba-tiba saja mengkhawatirkan kondisi aku, dan saudara-saudara aku yang lain. Anak-anak aku juga mengkhawatirkan kondisi aku.

"Kak Gean, Sophie kenapa?"

"Tadi Sophie hampir pingsan, cuma sekarang udah agak mendingan. Ada sesuatu memori yang benar-benar bikin Sophie agak sedikit berlainan tapi kita kurang tau kenapa. Musti kita unlock  memorinya Sophie dulu."

"Hah, kok bisa?"

"Makanya, kita bingung ini bagaimana caranya. Dad ada di rumah ga, dek?"

"Ada, Kak."

"Kita musti bicara sama Dad, Mom, dan yang lain."

"Oke, Kak. Aku panggilin Om Jay sama Tante Harris."

"Panggil aja Dad sama Mom, kan udah bukan Om sama Tante lagi kkkk~"

"Eh iya ya, hahahahaa. . ."

"Ya udah, panggil Papa Jay sama Mama Harris, dek."

"Oke, siap kak!"

Salah satu teman aku pergi memanggil Dad dan Mom, dan kakak-kakak aku yang lain pun ikutan dipanggil oleh temanku agar segera ke kamar. Aku masih kurang begitu baik, dan saat ini aku sedang konsentrasi bekerja menyelesaikan file  yang harus dikerjakan. Tidak lama, anak-anak aku masuk.

"Buna kenapa?"

"Mama kenapa?"

"Mami kenapa?"

"Tadi mama kalian hampir pingsan, cuma sekarang udah agak mendingan. Ada sesuatu memori yang benar-benar bikin mama kalian agak sedikit berlainan tapi kita kurang tau kenapa. Musti kita unlock memorinya mama kalian dulu."

"Hah, kok bisa?"

"Makanya, kita bingung ini bagaimana caranya. Tunggu ya, teman mama lagi panggil Papa."

"Gean, ada apa?"

"Sophie hampir pingsan lagi padahal sudah makan, Dad. Ada suatu memori yang bikin Sophie agak berlainan, sekarang kita tidak tau itu kenapa."

"Waduh, bahaya. Sebentar, ini ada chat  dari direktur kantor pemerintah."

"Kita tidak tau ini kenapa, Dad. Baru kemarin Mama mengalami seperti ini."

"Iya Jovin, Sabar dulu nak."

"File  yang dikerjakan oleh anak-anak kalian tolong di-cek, Sir.  Di salah satu file  milik anaknya Sir, Sophie, itu ada sedikit masalah sehingga mungkin ini agak membuat sedikit Sophie pingsan tiba-tiba. Saya tidak tau mengapa itu ada, kalau misalnya belum teratasi, saya nanti kirimkan bapak detektif di 3 hari berikutnya."

"Gean, bisa tolong cek file  adek-adek dan kakak-kakak kalian?"

"Bisa, Dad."

"Oke, Junghan, Nessa, yang lain, tolong cek file  punya Sophie. Sepertinya ada masalah dan kesalahan teknis."

"Oke, Dad."

"Abis ini, kita coba buat unlock  memorinya Sophie. Siapa tau kita bisa dapat memorinya Sophie, kita harus rekam memorinya Sophie, dan kita harus kirim ke bapak detektif, dan berusaha buat meminimalisir lagi. Besok coba kita work at office  atau kerja di kantor. Sekalian kita coba meminimalisir kejadian 19 Juli yang lalu."

"Dad, itu bukan ide yang bagus. Memorinya Sophie yang 19 Juli itu sudah ter-rekam."

"Lah, kok bisa?"

"Julien yang rekam, Dad."

"Owalah, kalau begitu coba kirim ke Dad, nak."

"Oke, Dad."

"Kita harus tetap bertahan, semoga kejadian ini tidak terjadi lagi, untuk meminimalisir kehancuran kedamaian keluarga kita."

"Besok kita coba ke kantor, buat meminimalisir lagi kejadian ini. Teman-temannya Sophie tolong ingat janji kalian ya. Dad yakin kalian bisa."

"Siap, Dad!"

Hari itu menjadi hari yang sangat menegangkan, dimana kita semua harus tetap berjaga-jaga buat menghadapi kembali tantangan bersama-sama lagi, sambil memfokuskan pemulihan diri aku sendiri lagi, yang makin hari makin memburuk keadaannya lagi di aku.

To be continued. Apa yang terjadi berikutnya?

Changed 2nd SeriesDonde viven las historias. Descúbrelo ahora