°° halaman terakhir

1.5K 370 206
                                    

› 〉 𝐁𝐮𝐦𝐢

•••

Mahito kembali mengunjunginya.

Beberapa hari yang lalu, mengatakan beberapa hal yang membuatnya kembali meragu.

Apakah kutukan memiliki perasaan?

Apakah kutukan bisa jatuh cinta?

Pertahannya kembali goyah dikala Mahito menjawab tanpa adanya keraguan. Bahwa sesungguhnya kutukan tidak memiliki perasaan. Kutukan tidak memiliki hati.

Semenjak (Name) lahir, Mahito adalah kutukan pertama yang ia jumpai. Dia—Mahito—mengajarkannya banyak hal. Mulai dari bagaimana memanfaatkan kekuatan yang (Name) miliki, menjaga apa yang (Name) cinta, serta tentang bagaimana manusia pantas untuk mati.

Awalnya (Name) percaya dengan apa yang Mahito katakan, hingga Matsuno Chifuyu datang ke dalam hutan yang ia ciptakan.

Hingga ke titik ini.

Titik krusial dimana dirinya mengalami dilema. Apakah hangat yang dirasa tatkala Chifuyu ada di dekatnya bukanlah khayalan semata?

"(Name)-san?"

Seorang pemuda tak asing berdiri di belakangnya. Kali ini mengenakan seragam yang sudah mulai berantakan. Dapat dipastikan pemuda tersebut dengan buru-buru memilih untuk kemari.

Dipandanginya wajah wanita yang kini duduk memeluk lutut di atas batu. Membawa kembali ingatan lama dimana (Name) juga tengah dalam pose tersebut. Menatapnya di bawah sinar bulan, di mana tak ada satu pohon pun yang berani menghalangi jalan pandang.

Chifuyu tersenyum sebelum kembali berkata.

"Maaf ya. Tadi di depan SMAku ada kecelakaan kecil."

(Name) menatap dengan datar. Tidak ada niat untuk membalasnya, melainkan memandangi tanpa henti.

"(Name)-san?"

Kening berkerut. Chifuyu mulai merasa ada yang aneh.

"Ada apa—"

"HAHAHAHAHAHA!!!"

Tawa seorang pria menggelegar. Menghancurkan hening dalam hutan. Chifuyu waspada seketika. Dirinya mengerutkan kening tatkala Mahito melangkah keluar dari balik pohon. Kaki yang bergesekkan dengan rumput timbulkan suara yang mana menenangkan telinga—seandainya saat itu Mahito tidak tertawa dengan gila.

"Wah wah, jadi dia ya yang selama dua tahun ini menemanimu?"

Mahito lantas mendekat. Berdiri di samping (Name) yang tengah duduk dan menyentuh kedua bahunya. Kutukan tersebut menyeringai lebar, lalu mendekatkan wajahnya ke samping telinga (Name).

Lalu berbisik, "tapi sesuai yang kukatakan. Manusia itu akan berkhianat. Cinta itu tidaklah nyata. Dan untuk kamu yang terobsesi dengan bumi ... tidak bijak menjadikannya sebagai rekan. Apalagi kekasih."

Gigi bergemeletuk.

Ingin melangkah maju dan langsung memukul wajah asing tersebut, namun rasanya tubuh Chifutu tiba-tiba menjadi kaku. Ia tidak bisa bergerak barang sedikitpun. Hanya bergeming menyaksikan wanita yang kini menatapnya kosong.

"(Name)-san ... siapa dia?!"

"Chifuyu."

Netra (Eyes Color) pandangi sang pemuda. Untuk pertama kalinya sedari tadi, (Name) mengeluarkan suara. Menarik atensi kedua orang—sebenarnya, yang satu lagi kutukan—sepenuhnya pada dia.

Lantas Chifuyu melebarkan mtanya saat larik yang diucapkan sang wanita sudah keluar dengan sempurna. Sementara Mahito diam-diam menyeringai, (Name) memandang dalam senyap.

Persis sebagaimana mereka pertama kalinya dipertemukan.

"Apa cinta dapat menjaga bumi ... ?"

(Name) terobsesi dengan bumi, dan Mahito tahu akan hal itu. Wanita tersebut lahir sedikit banyak seperti Hanami—kutukan lain—namun beruntungnya, memiliki rupa manusia.

Dia adalah kutukan, yang mana tidaklah terlahir untuk disandingkan dengan manusia.

Namun bila keduanya jatuh cinta, apakah bisa?

Chifuyu menggigit bibir bawahnya sebelum berujar dengan nada tinggi. Tanyakan perihal proposal cinta yang kini telah ia berikan.

"Aku menyukaimu, (Name)-san!"

Mahito memiringkan kepalanya. Mulai merasa sebal sebab manusia satu ini keras kepla.

"(Name), manusia tidak dapat dipercaya. Cinta itu tidak ada."

Chifuyu mengepalkan tangannya. Menatap kesal ke arah Mahito yang muncul entah darimana.

"BISA DIAM TIDAK?! LAGIPULA, KAU SIAPA SIH?! BAU GOT!"

Alis berkedut. Mahito menatapnya nyalang. Apa pemuda ini bosan hidup?

Tangan terangkat. Belum sempat Mahito menyentuhnya, (Name) sudah lebih dulu mendekat. Begitu cepat, lalu menumbuhkan bunga-bunga dari telapak tangannya.

Lantas menenggadah dan menyentuh wajah sang pemuda.

Tersenyum tipis, menatap Chifuyu yang kini bergetar.

"Aku bukanlah manusia," kali ini, Chifuyu mulai berkeringat dingin dikala kelopak bunga menyapa permukaan wajahnya. "Apakah kau masih menyukaiku?"

Dipandanginya wajah sang wanita. Chifuyu terdiam sesaat. Menggigit bibir bawah dan menarik napas dari celah bibir.

Membuka mata, menatap permata yang ingin dijaga.

Lalu ia berkata,

"Aku—"

•••

8 Agustus 2021
©Lemo_Ra

-end

𝐁𝐔𝐌𝐈! matsunoWhere stories live. Discover now