°° halaman ketiga

1.4K 450 37
                                    

› 〉 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚

•••

Kali ini, Chifuyu datang dengan sengaja. Niatnya mengunjungi wanita yang sekiranya berusia dua puluh.

Namun Chifuyu ragu, (Name) terlalu seperti anak kecil yang baru lahir, dan terlalu aneh.

"Wah, Chifuyu datang."

Wanita itu kembali menyambutnya dengan cara tak terduga.

Kalian tahu monyet suka gelantungan terbalik di pohon? Iya, (Name) lagi nyoba niruin monyet sekarang.

Chifuyu memasang wajah lelah, dan senyuman miris terikir.

"(Name)-san, ayo turun. Itu berbahaya ... "

(Name) dengan wajah datar nan polosnya merentangkan tangan, seolah meminta Chifuyu untuk menangkapnya.

"Tangkap aku."

Lelaki itu terkekeh sejenak. Mereka belum lama kenal, bagaimana bisa (Name) sudah bersikap seenaknya begini?

Tak masalah, Chifuyu maafkan karena dia saya—ehem.

Chifuyu merentangkan tangannya, membiarkan gadis dengan pakaian asal itu loncat ke dalam gendongannya.

Kedua tangan melingkar dileher, disusul dengan kepala yang bersandar pada dada. Wanita itu ... terlalu seenaknya. Benar-benar seenaknya.

"Gendong aku."

"(Name)-san ... "

Bibir bawah dikulum ragu, dan pipinya memanas perlahan. Chifuyu mengeratkan pegangannya pada bawah lutut serta bahu (Name).

Wanita dalam gendongannya memasang wajah terkejut. Ia menangkat kepalanya dengan segera.

"Chfuyu, dadamu mengeluarkan suara yang sangat berisik!"

Rasanya ia ingin menangis saja.

•••

(Name) adalah wanita yang aneh.

Mulai dari penampilan, sifat, gerak-gerik.

Semuanya.

Kalian tahu jubah mandi?

Iya, mirip-mirip begitu. Kayak orang gak ada uang saja.

Ia selalu berjalan tanpa alas kaki, menginjak rumput tanpa ragu. Tidak takut menginjak kerikil, atau tertusuk ranting.

Kali ini, (Name) membimbingnya menuju bagian hutan yang lain. Tempat ini seperti labirin, dari luarnya saja yang terlihat kecil.

Telapak kakinya menginjak rumput yang dibasahi embun pagi. Udara begitu segar untuk dihirup.

Kakinya berhenti melangkah saat menginjak ranting, menimbulkan suara yang membuat Chifuyu ngilu.

(Name) menyentuh kelopak bunga. Ia membungkukkan tubuhnya, mencium aroma  bunga dengan perlahan. Rambutnya yang tergerai ikut bergerak, beberapa ikut terjatuh mengikuti gravitasi.

"Aku tidak sering keluar."

Chifuyu memperhatikan (Name) yang mulai berbicada.

"Tapi saat aku keluar, aku tahu sesuatu."

"Apa itu?"

Wanita dengan surai hitam mengangkat kepalanya. Ia menoleh ke arah Chifuyu dengan wajah muram.

"Aku benci manusia. Perilaku busuk mereka ... "

Chifuyu mengerutkan keningnya.

"Apa itu adalah sifat alami mereka?"

Lelaki dengan surai pirang mulai merasa bingung.

"Manusia memang seperti itu ya? Menghancurkan bumi tempat tempat mereka berpijak."

Pemilik mahkota pirang mendekat, ia tersenyum. Tangannya dengan perlahan diselipkan pada tengkuk serta bawah lutut.

"Permisi."

Bicara meminta izin kala mengangkat wanita itu. Ia melirik sejenak kaki sang pujaan yang tetap bersih, seolah menginjak ranting tadi bukan sebuah masalah.

Senyumnya mengembang saat netra biru bertubrukkan dengan (Eyes Color).

"(Name)-san, tadi kau bicara seolah dirimu bukan manusia."

•••

15 Juli 2021

𝐁𝐔𝐌𝐈! matsunoWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu