°° halaman kelima

1.1K 382 77
                                    

› 〉 𝐏𝐞𝐥𝐮𝐤𝐚𝐧

•••

Kini bulan menyorot dua insan. Sinari wajah pucat yang tengah mengukir samar kurva. Sementara netra pandangi wajah rupawan, jari jemarinya sibuk memainkan surai. Mengelus perlahan, memberikan nyaman pada pemuda yang tengah memejamkan mata.

"(Name)-san, benar tidak dingin?"

Tangan berhenti bergerak. (Name) kemudian menaruh telapak tangan pada pipi sang pemuda. Membuat Chifuyu yang tengah menaruh kepalanya di paha sang puan menenggadah. Membuka mata dan menatap dengan senyum pada wajah.

"Sudah kubilang tidak," kali ini, (Name) semakin menarik kurva. Dari samar menjadi semakin lebar, ciptakan suara gemuruh dalam dada sang pemuda. Sangat indah, sungguh. "Ada Chifuyu di sini. Masa aku kedinginan?"

Wajah pemuda tersebut perlahan memerah. Dengan gugup memalingkan muka seraya berbicara dengan gagap.

"Apa—apa sih! Sejak kapan (Name)-san belajar bicara begitu?!"

Waktu berlalu. Satu tahun terasa singkat, apalagi Chifuyu semakin sering datang berkunjung. Membuat hubungan keduanya semakin dekat tanpa adanya kepastian—pemuda itu masih malu untuk mengatakan dengan gamblang bahwa ia menyukai (Name).

Chiduyu mendengus. Kemudian ia mendudukkan diri. Mengusap wajah beberapa kali guna sadar dan kembali normal.

"Ada apa memangnya?"

(Name) menatap bingung Chifuyu yang kini memunggunginya. Pemuda tersebut kini bersandar pada batu besar tempatnya biasa duduk. Membuat ia sedikit banyak merasa iri. Ingin segera menghancurkan batu tersebut, namun (Name) khawatir Chifuyu akan takut jika identitasnya sebagai kutukan ketahuan.

"Chifuyu, kamu kenapa?"

"Hmmp!"

Pemuda itu menolak menoleh. Bahkan semakin mendekatkan diri dengan batu sebab (Name) yang hendak menyentuhnya.

(Name) mengerutkan kening. Perasaan asing yang membuatnya kesal kini muncul ke permukaan.

"Chifuyu ... "

"..."

"Chifuyu?"

"..."

"Cipuy?"

Dapat dilihatnya punggung Chifuyu bergetar. Antara malu dan marah, namun tampaknya pemuda itu masih menolak untuk membalikkan badannya.

Kesal, (Name) kini mengulurkan tangan. Dengan paksa hendak membuat tubuh sang pemuda berbalik, namun tampaknya ia kalah tenaga. Sebab Chifuyu dengan segera mencengkram pergelangan tangannya, dan merengkuh dengan erat.

Menaruh dagu di pundak sang wanita, yang mana halangi arah pandang pada sang pemuda.

"..."

"..."

(Name) yang kebingungan mencoba melepaskan diri.

"Chifuyu—"

"Diam."

Tanpa sadar, (Name) benar-benar mengikuti kata-katanya. Sebab nada tersebut terdengar berbeda, membuatnya bertanya-tanya ada apakah dengan Chifuyu hingga seperti ini.

"Kamu marah ya?"

Tidak ada jawaban.

"Kamu—"

"Jangan lihat. Wajahku sangat kacau sekarang. Aku tidak mau (Name) melihatnya."

Rengkuhan mengerat. (Name) secara refleks menaruh tangan dipunggung Chifuyu. Membalas pelukan dengan usapan pada punggung sesekali.

Kemudian, ia tersenyum. Mendengus dan memejamkan matanya. Membiarkan waktu berlalu dengan sendirinya, serta berharap akan berjalan lebih lambat.

Seolah ia ingin waktu berhenti saat ini.

Sebab ia takut dengan masa depan, dimana dirinya tidak tahu apa yang akan terjadi.

•••

7 Agustus 2021

𝐁𝐔𝐌𝐈! matsunoحيث تعيش القصص. اكتشف الآن