:: O9

622 112 1
                                    

— bagian kesembilan : roti bakar.

yeonji tengah melipat selimut lalu menoleh pada arah pintu kamar ganti setelah yoshi keluar dari sana.

“sayang mau semangka.” pinta yeonji spontan, dengan ekspresi murung yang dia yakin yoshi pasti tak tega melihatnya begitu.

yeonji emang beda banget kalo ada maunya jadi alus.

“kalo pulang nanti aku bawain, kalo udah pengen banget suruh bibi beliin atau nunggu tukang buah lewat.” ujar yoshi sembari mengenakan sepatu kerjanya.

“lha kamu mau ke kantor?!” tanya yeonji lalu duduk di samping yoshi.

yoshi mengecup kening yeonji. “maaf ya sayang ya, ada sedikit masalah sama perusahaan yang pasti ga bisa kalo cuma ayah yang beresin.” ujar yoshi setelahnya.

yeonji mengangguk-angguk faham. “gapapa, aku faham. nanti yang fokus jangan kepikiran aku terus.” yeonji mengelus-elus pinggang yoshi.

“kalau ada apa-apa telepon ya, jangan cuma chat!” ujar yoshi lalu mengecup keseluruhan wajah yeonji.

yeonji yang merasa sedikit geli mendorong tubuh yoshi pelan. “sayang kalo aku beli semangkanya sendiri boleh?” tanya yeonji.

“enggak boleh ya kedengarannya aku berlebihan tapi aku ga mau kamu kecapekan sedikit pun. kalo kamu mau keluar tunggu aku pulang pokoknya!”

“aku tu kalo hamil ngerasa ngerepotin para pembantu deh.”

“kan mereka dibayar sayang, itu juga pekerjaan mereka.”

“iya sih tapi ga enak aja liatnya yang lain kerja aku enak-enakan, tidur makan trus bersenang-senang.”

“asli kamu itu ribet ga ada pembantu suka ngeluh capek bersihin sana sini masak dan lain sebagainya giliran ada pembantu ngeluh lagi karena ga ada kerjaan.”

“ya tapi sayang hidup aku tu enak banget gitu lho,”

“tugas kamu jaga yeona, ajarin dia, didik dia, sama jaga dia juga kamu tau kan usia kehamilan kamu itu masih rentan. jangan sampai stres trus makan makanan yang seimbang sama jaga pola hidup sehat.” yoshi mengelus perut yeonji.

“ya ya ya,” yeonji kini mengengam tangan yoshi. “sanyang kangen bunda kamu, suruh kesini lahh.”

“kenapa ga telepon aja? bunda juga nanti langsung kesini kalo kamu sendiri yang minta.”

“ya pengennya kamu aja.”

“ya nanti ku telepon suruh buat ke sini, ada yang mau diminta dari bunda nanti?”

“enggak ada.”

“yuk turun sarapan.” ajak yoshi sembari mengandeng tangan yeonji.

mereka berdua keluar kamar, terlihat yeona berada di depan pintu kamarnya sedang melamun menatap kosong vas bunga yang ada di depannya.

“yeona ngapain disitu? kenapa enggak turun.” tanya yoshi lalu mensejajarkan tingginya dengan yeona.

“papa kok gigi yeona begini?” tanyanya dengan polos sembari menunjukkan giginya yang telah copot.

“coba lihat.” pinta yoshi menyuruh yeona membuka mulutnya namun karena malu yeona menolaknya.

“gapapa, mama dulu juga begitu nanti giginya tumbuh lagi kok jangan khawatir.” ujar yeonji sembari mengelus rambut sang putri.

“tapi yeona keliatan jelek, tadi banyak darah yang keluar mama.” lapornya sembari memperlihatkan giginya.

“kalo giginya udah copot begini artinya yeona udah dewasa, ga lama lagi sekolah.”

“masih lama lah papa,”

mereka turun berbarengan dan langsung menuju ke meja makan.

“bi nanti beliin yeonji semangka ya.” pinta yoshi pada bibi jung.

“iya tuan.” jawabnya.

“kok cuma dilihat enggak ambil makanannya?” tanya yoshi pada yeonji sementara itu yeona sudah lahap makan duluan.

“enggak selera, liatnya aja udah buat mual.”

“maunya apa? jangan sampai enggak makan.”

“roti bakar buatan bunda, gosongin dikit tambah enak.”

“enggak bunda yang buat tapi aku gapapa kan?”

“asal ada gosong gosong dikit trus kasih keju sama selai kacang juga.”

“di tunggu ya sayang.”

yeonji manggut-manggut lalu fokus melihat yeona yang sedang mengambil satu persatu nasi yang tersisa di piringnya.

“yeona kenapa ga nambah aja?” tanya yeonji.

yeona menggeleng. “udah kenyang ma, tapi enak banget jadi ga boleh ada yang tersisa.” ujarnya sembari melahap satu buah naya yang akhirnya berhasil ia ambil setelah banyak perjuangan.

yoshi meletakkan roti bakar dengan alas piring di depan yeonji. “dihabisin, susunya juga diminum. aku berangkat.” ujar yoshi lalu mengecup pipi yeonji setelahnya giliran yeona yang mendapat kecupan manis dari sang papa.

“dijaga mama ya.” pesan yoshi pada yeona sembari mengelus rambut putrinya itu.

yeonji tengah duduk sembari menemani yeona bermain di sana, juga ada bunda kanemoto disini tentu saja yoshi sudah menelepon untuk datang.

“yeona itu kucing kalo kamu kasih mainan lilin begitu bisa mati.” khawatir yeonji, terlebih si kucing mumu dan liam usianya masih sangatlah kecil.

“MAMA LIAT YANG BENER DONG! INI BUKAN MAINAN LILIN TAPI MAKANAN KUCING! MAMA GAK PUNYA MATA APA?! LAIN KALI TANYA DULU!” emosi yeona meluap tentu saja dia tak mau disalahkan.

yeonji yang penciuman terganggu juga melihat tekstur makanan kucing yang sama dengan mainan lilin tentu akan langsung menebaknya mainan lilin.

“kok begitu ke mamanya?” tanya sang nenek sembari menatap wajah yeona yang masam sembari membelakangi sang mama.

“mama main salahin orang! siapa yang enggak emosi.”

“enggak tau kalo bisa aja buat mama sakit hati hemm? kalo mama sakit hati adek bisa kenapa-napa lho. kemarin kamu cerita ke nenek mau jadi kakak yang baik eh kok tapi sama mama masih suka bentak-bentak? kakak yang baik itu harusnya jelasin dulu secara baik-baik lagian mama kan penciumannya juga terganggu.” jelas sang nenek.

yeona menoleh sebentar sang mama yang kini menatapnya. “mama yang salah mama yang minta maaf.” ujarnya lalu berdiri dan melempar liam pelan setelahnya berlari menuju depan pintu ke kolam koi milik sang papa.

“maaf bunda yeona emang mirip sama aku, bandel banget. yeonji gapapa udah terbiasa juga sama sikapnya yang kadang buat salut tapi kadang juga buat heran.”

“bunda juga faham, mau diapain pun kalo sifatnya sudah begitu ya sulit dirubah.”

“ya udah mama minta maaf.”

“dimaafkan.”

“yeona, ayo main!” ajak tangerine dari balik pagar rumah yeona.

yeona manggut-manggut lalu bergegas keluar. “MAMA KALO YEONA PULANG, SEPIRING BUBUR KETAN CAMPUR KACANG HIJAU UDAH SIAP YA JANGAN LUPA KASIH DI KULKAS DULU.” ujarnya sembari keluar rumah.

“main jangan jauh-jauh, di rumah tarin aja.”

“iya.”

𝐧𝐞𝐱𝐭 𝐟𝐥𝐚𝐯𝐨𝐫 𐀔 yoshinori. ✓Where stories live. Discover now