Part 6

10 4 0
                                    

" Bulan, kamu masih ingat Galih? dia yang dulu suka jagain kamu waktu masih kecil. Inget gak?" Tanya ayah kepada bulan.

Bulan hanya mengangguk menjawab pertanyaan dari sang ayah.

" Kalo Galih masih inget Bulan?" Tanya ayah menanyakan pertanyaan yang sama kepada Galih.

" Masih dong om." Jawab Galih dengan senyum, melihat gadis kecilnya telah tumbuh dewasa.

" Papa masih ingat betul. Dulu kalian kalo main selalu berdua. Setiap di suruh pulang pasti ada aja drama nangisnya dulu, baru mau di ajak pulang. Dulu kalian masih kecil sekali. Masih sangat polos, masih jaman imut-imutnya. Tapi sekarang kalian sudah tumbuh dewasa. Sudah tumbuh menjadi laki-laki tampan dan perempuan yang cantik, anak papa." Ucap ayah kembali mengingat masa lalu.

" Oiya ada satu kenangan yang lucu sekali di antara kalian. Yang sampai sekarang masih papa ingat. Mungkin mama mu juga masih ingat. Bulu kalian pernah buat cinc-

Ehem! Ucap Bulan memotong kalimat ayahnya, yang ingin mengungkit kembali kenangan buruk itu.

" Ada apa Bulan?" Tanya ayah khawatir.

" Um, enggak kenapa-kenapa kok pa. Tadi tenggorokan Bulan kerasa aja gatel gitu. Pa Bulan masuk kamar dulu ya. Bulan capek banget abis pulang sekolah." Alasan Bulan kepada ayah.

Galih hanya tersenyum melihat sikap bulan yang salah tingkah, tentang ayah yang ingin mengungkit kembali kenangan mereka.

" Oh kalau kaya gitu, kamu ganti baju terlebih dahulu. Terus kamu ajak adik kamu sarapan." Minta ayah.

" Yaudah kalo gitu, Lih aku tinggal kekamar dulu ya." Izin Bulan

" No problem Lan."

******

Sesampainya Bulan di kamar, Bulan di kagetkan dengan kondisi kamarnya yang sudah tidak beraturan. Bantal dan guling tidak berada pada tempatnya, selimut yang di biarkan tergeletak di lantai, tas sekolah yang berada di atas kasur miliknya, dan seragam sekolah berhamburan di mana-mana.

Claraaaaaaaaa.

Teriak Bulan yang sudah tau siapa si biang kerok dari masalah ini.

" Ih berisik banget sih kak, apa?" Tanya Clara yang sedang memakan berbagai cemilan kripik di atas kasur miliknya.

" Kamu liat kondisi kamar ini!, semua ini ulah kamu kan?"

" Enak aja asal tuduh?" Jawab Clara berlagak tidak mengerti.

" Oh berarti kakak yang salah? kakak yang udah berantakin kamar kakak sendiri? Maafin kakak ya Clara, kakak udah nuduh kamu yang enggak-enggak." Ucap Bulan dengan senyum smirk dan menghampiri adiknya yang tengah bersantai itu.

" Ma-mau ngapai kesini?" Tanya Clara curiga melihat senyum smirk kakaknya.

" Ya mau kakak sayang lah. Gak ada salahnya kan seorang kakak sayang sama adiknya."

Setttttt

Aaaaaaa kak Bulan nanti Clara jatuh
Lepasin gakkkkkk

Jerit Clara melihat Bulan yang sedang menarik kaki miliknya menjauh dari ranjang, seakan-akan menginginkan sang adiknya itu terjatuh dari atas ranjang.

" Gak, kakak gak akan lepasin kaki kamu sebelum kamu ngaku kalo kamu yang udah berantakin kamar ini."

" Gak, aku gak akan ngaku! Lepasin gak, atau aku teriakin mama. Biar kakak di salahin, mau?" Ancam Clara.

" Gak takut! " Jawab Bulan tidak peduli.

" Yaudah aku teriakin mama, terus bilang sama mama kalo kak bulan yang salah. "

Bulan hanya menatap kosong adiknya yang sangat licik.

MaaaaaaaaMamaaaaa Kak Bulan nak-

Bruk

Ternyata di balik tatapan kosong Bulan. Bulan sedang merancang sebuah rencana. Tentu saja Bulan tidak tinggal diam dengan semua rencana licik adiknya.

Bulan mengambil bantal yang tergeletak tak jauh dari dirinya dan menghantamkan bantal itu ke wajah Clara dengan sangat kuat. Sehingga membuat Clara menghantam tembok.

Sejenak Clara terdiam setelah kepalanya membentur tembok, berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi. Amnesia? Tidak, Clara tidak sedang amnesia, Clara hanya kaget dan diamnya Clara tidak berlangsung lama.

HuaaaaaaaMamaaaaaPapaaaa!

Clara merengek memanggil ibu dan ayahnya sambil memegang kepala yang baru saya terbentur. Sedangkan Bulan hanya diam melihat adiknya menangis, di balik diamnya Bulan terdapat rasa puas dengan apa yang baru saja ia lakukan. Jujur saja ini kali pertamanya Bulan bersikap kasar, sekian lama ia memendam amarah kepada adiknya yang selalu menyalahkan dirinya. Dan inilah saatnya dendam itu terbalaskan. Meski ia tau apa yang baru saja ia lakukan akan membuat ibu dan ayah marah.

Melihat adiknya yang menangis, tiba-tiba bulan merasa bersalah dan kasihan. Ingin sekali rasanya Bulan memeluk adiknya dan meminta maaf. Tapi niatan itu ia cegah, Bulan berusaha bersikap tidak peduli padahal yang sejujurnya ia sangat khawatir.

**********

Suara Clara terdengar sampai ke keluar membuat ibu dan para pekerja lainnya di buat kaget apa yang sebenarnya terjadi. Begitu pula ayah dan Galih. Clara benar-benar membuat semua orang yanga ada di dalam rumah merasa cemas. Ibu, ayah dan Galih menghampiri Clara yang berada di kamar Bulan.

Tidak hanya Bulan tapi ibu, ayah dan Galih di buat heran dengan kondisi kamar yang sudah tidak berbentuk.
Terlihat Clara yang sedang menangis dan Bulan yang hanya berdiam diri memerhatikan kedatangan ibu, ayah dan Galih. Ibu dan ayah menghampiri Clara yang tengah menangis sedangkan Galih hanya diam di menyender pintu.

" Bulan, ini kenapa adik kamu nangis? " Tanya ibu.

Bulan hanya diam tidak menjawab.

" Maaaa, kak Bulan nakal. " Ucap Clara membuka bicara.

" Bulan kamu apakan adik kamu? " Sekarang giliran ayah yang bertanya kepada Bulan.

Bulan masih diam tidak menjawab dengan wajahnya yang terlihat cemberut. Dan sampai akhirnya Bulan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

" Tadi Bulan kelepasan pa. Bulan lempar bantal kearah Clara terus kepala Clara kena tembok. Tapi ini juga karena Clara yang bikin Bulan emosi. Liat kamar Bulan, ini semua ulah Clara tapi Clara gak mau ngaku. Kan jengkel banget, Bulan udah beresin kamar pagi-pagi, eh pulang sekolah ngeliat yang beginian. Bulan kan capek juga Pa. Clara yang berulah tapi Bulan yang nanggung. Kan gak adil sedangkan Clara diem aja. Anak nakal begini emang pantes di kasih pelajaran, biar jera. " Ucap Bulan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi dengan wajah cemberut.

Ekspresi Bulan yang sedang cemberut berhasil membuat Galih tersenyum gemas melihatnya. Membuat orang yang melihatnya merasakan efek candu.
Galih hanya menatap lembut Bulan yang masih mengenakan seragam sekolah nya. Pipi dan bibir mungil Bulan memiliki efek yang sangat candu.
Tapi Bulan dan Galih sekarang merasa asing. Tak sedekat dulu lagi. Terdapat rasa menyesal di hati Galih, mungkin jika ia tidak pergi saat itu. Semua ini tidak akan terjadi di antara mereka.

" Sama aja semuanya salah, Clara gak seharusnya berantakin kamar kak Bulan. Kak Bulan juga gak boleh kasar sama adiknya sendiri. Kalian itu saudara kandung harus saling akur. " Tegur ayah memperingati dua anak perempuan nya itu.

" Udah, kamar biar mama yang beresin. Bulan ganti baju dulu terus sarapan sama Clara. " Minta ibu.

" Ma, Clara gak mau perginya bareng kak Bulan. " Ucap Clara.

" Kalo gitu Clara sekalian aja ikut mama "

Clara hanya mengangguk.

" Yaudah kalo gitu Bulan ganti baju dulu terus sarapan. " Ucap Ibu.

Ibu, ayah dan Clara keluar kamar di susul Galih yang masih sibuk menatap gadis kecilnya itu. Bulan menyadari tatapan Galih yang membuat Bulan malu dengan apa yang baru saja terjadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Surat Kabar Dari Senja Untuk Bulan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang