Trouble? Troubles!

31.5K 1K 69
                                    

Penghulu? Fabio bilang penghuluuuuu? Bapak-bapak berumur dengan jas dan peci hitam yang suka sekali berjabat tangan itu? Terpujilah para penghulu yang mengikat sepasang manusia dalam ikatan suci. Tapi aku dan Fabio bukan pasangan yang bisa di ajak berjabat tangan begituuuu. Demi Neptunus dan kroco-kroconya di samudera sana, cemplungkan Alvaro ke laut dan biarkan dia di adopsi ikan pari. Atau lemparkan dia kehabitat aslinya, ke lingkungan para kanguru di benua Australia sana, atau kemana sajalah, asal jangan berkeliaran di sekitarku dan mengundang para penghulu untuk menikahkan kami. Aaaaa, tidaaakkkk.

"Say somethin' Bi!"

Siluman kanguru itu berseru. Iiihh, dasar yah, makhluk primitif yang tidak di karunia otak buat mikir tu ya begini ini. harusnya dia yang berpikir kemudian say something. Ini kan masalah dia dan aku. Kami yang mau di ajak jabat tangan sama bapak-bapak penghulu, bukan aku dan Fabio. Lagian kalau sama Fabio sih, aku pasrah-pasrah aja kali. Tidak akan menolak sedikitpun, rela banget-banget. Ikhlas bakti bina bangsa lah kalau istilah Pramukanya. Tapi kalau sama siluman kanguru ini, aduhhhh. Memikirkan nikah kontrak saja sudah keliyengan aku. Apalagi nikah pakai ijab kabul. Emaaaakkk. Ini kan sakral.

"Bi, sejak awal aku sudah tidak antusias dengan ide kawin kontrakmu ini. Oke fine, pura-pura menikah di luar negeri, aku setuju. Tapi ini... Penghulu??! Kau gila Bi?! Menikah itu suci! Sakral! Kau pikir aku mau main-main dengan ijab kabul? Itu janji pada Tuhan Bi!"

Nah lho? Yang barusan itu Alvaro yang ngomong? Eeeehh, kenapa dia bisa bicara seperti Ustad?

"Apa liat-liat?!" Alvaro membentakku. Isssshhhh. Aku melengos malas dan memutar wajahku kekiri, kearah jendela, lalu menempelkan wajahku disana. Duh Gusti, kenapa jadi runyam begini masalahnya? Ini balasan karena aku mau main-main dengan pernikahan ya? Azab-Mu cepat sekali Gusti Allah. Rasanya seperti kiamat kubro. Kalau menikahnya pakai ijab Kabul begitu berarti kami nanti benar-benar sah jadi suami-istri, terus...siluman kanguru bisa bebas grepe-grepe aku dong. Emakk, aku kagak rela masaaaaa... Biarpun Alvaro itu termasuk pejantan kualitas super yang bisa menghasilkan bibit unggulan, tapi dengan sifat menyebalkan begitu aku merasa tidak ikhlas kalau anakku nanti tumbuh seperti dia. Wajah tampan dan kantong tebal saja tidak cukup. Perlu wajah tampan, hati yang baik, dan tentunya kantong yang tebal juga. Fabio sudah pas. Dan lagiiii, aku kan napsunya sama Fabio, bukan Alvaro. Aku mau Fabio yang jadi bapak dari anakku. Eh, tunggu, kenapa jadi bawa-bawa anak? Issshh... otakku kotor! Sempat-sempatnya aku memikirkan pembuatan anak di saat sedang genting begini. Aku semakin menempelkan mukaku ke permukaan kaca jendela mobil yang masih melaju dan kecepatannya makin meningkat.

"It's out of my plan, Roo," Akhirnya Fabio angkat suara.

Iyaaaa. Ini sooooo far from the plan. Jauh amat. Rencananya kan kami ketemu keluarganya Alvaro, terus bilang kalau kami mau menikah di luar negeri. Terserahlah mau bilang kemana. Papua Nugini kek, Timur Leste kek. Yang pasti tidak benar-benar pergi. Paling-paling mengurung diri di sarangnya siluman kanguru. Ikut prescon Alvaro untuk perkenalan dengan publik. Pura-pura jadi pasangan harmonis selama 6 bulan, lalu tersandung konflik karena orang ketiga, keempat, atau kesebelasan sepak bola terserahlah, itu urusan Fabio untuk memikirkan penyebab keretakan rumah tangga kami yang memang sudah retak dari sananya. Aku sih berharapnya bisa ada gossip kalau aku selingkuh dengan oppa-oppa ganteng dari Korea sana atau mungkin darling-darling tampan dari Hollywood aku juga ikhlas. Apalagi kalau karena aku selingkuh sama Fabio. Beuhh, pasti seru nanti gosipnya. Istri si Alvaro yang kesayangan publik, di rebut oleh managernya yang super duper tampan. Penuh sensasi kan? Oke, lupakan dulu khayalan nista milikku itu. Tidak dapat Fabio atau laki-laki tampan lain juga tidak apa-apa. Aku sudah sangat puas dengan bayaran yang aku terima. Setara dengan gajiku enam tahun bekerja di tiga tempat sekaligus. Bahkan lebih! Dan bonusnya, aku dapat voucher minum Caramel Macchiato seumur hidup sodara-sodara sebangsa dan setanah air! Caramello...Caramello... sluurpp...

Caramello Kiss-OWhere stories live. Discover now