Bagaimana Kalau...

29.5K 812 69
                                    

Aku memandang Alvaro tajam dan dia balik memandangku dengan wajah sinis dan tatapan yang tidak kalah tajam sebelum kemudian membuang pandangannya dengan gusar.

“Dia memang ada disini. Tapi bukan berarti aku menemuinya semalam. Sudah kubilang kan? Memangnya kau pikir aku akan bercinta dengan dia?! Shit! Aku tidak berfikir kesana, Fabio,” ia berujar gusar.

“Aku tidak bilang kau bercinta dengannya. Aku hanya khawatir kalau kau terlalu sering berada didekatnya, dia akan membuatmu kehilangan kendali lagi. Jadi bukan tidak mungkin kan…,”

Sreet. Alvaro berbalik dengan cepat dan mencengkram kerah kemejaku. Matanya berkilat marah.

Aku tersenyum datar,lalu menepis tangannya, “Kemampuan bela diriku dua tingkat diatasmu, Roo. Kau tau itu,” kataku mengingatkan. Meski tidak ada niatan untuk adu jotos, tapi emosi Alvaro yang kadang bisa meledak-ledak seperti ini harus di handle dengan menjatuhkan kepercayaan dirinya.

“Tapi bukan berarti aku lawan yang bisa dikalahkan dengan mudah, Bi. Ingat itu,” jawabnya dingin. Aku tersenyum lagi. Kali ini senyum tulus. Aku ingat. Alvaro bisa mengalahkanku beberapa kali dengan mudah. Thai boxing dan Taekwondo-nya bagus.

“Aku senang kau tidak menemui Gavin,” kataku setelah Alvaro melepaskan cengkramannya di kerah kemejaku, “Bukan…bukan karena urusan orientasi seksualmu atau apa. Damn! Aku bahkan selalu lupa kalau punya jalur yang berbeda,” sambungku cepat saat melihat matanya menyipit dengan sengit. Aku tertawa dalam hati. Aku serius dengan apa yang kukatakan. Aku selalu tidak percaya kalau Alvaro gay. Dia sama sekali bukan orang yang suka duduk di club-club sejenis dan mengagumi lelaki-lelaki metroseksual yang lalu lalang. Tapi kalo berkaitan dengan Gavin Rheo, sedikit berbeda. Alvaro benar-benar seperti tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari orang itu. Terpusat pada satu hal itu saja dan itu sungguh membuatku tidak paham sama sekali. Apa mungkin Alvaro gay untuk Gavin saja? Memangnya ada yang seperti itu? Sudah lebih dari tiga tahun aku tau cerita ini tapi tidak juga paham akar permasalahannya selain Alvaro yang memiliki ketertarikan kuat pada Gavin.

“Aku juga tidak begitu paham, Bi. Kalau aku paham pasti aku tidak akan kelimpungan mengatasi masalah otakku setiap kali bertemu dengannya kan?”

Hm, dia benar. Kalau dia paham pasti dia tidak akan bertanya-tanya begini. Sudut kecil hatiku berharap kalau Alvaro hanya memiliki kekaguman semata. Hanya sebatas itu. Sudut hatiku ini bekerja sama dengan pikiran warasku agar menarik Alvaro keluar dari pemikirannya kalau Gavin yang dia inginkan.. Yah, dan sedikit akalku yang terlalu delusional membawa serta kehadiran Mello dan berharap banyak agar dia bisa membantuku ‘menjinakkan’ bagian ‘liar’ dari Alvaro. Tapi ternyata aku malah membuatnya sampai sakit begitu. Ya ampun, aku pasti akan mengutuk diriku habis-habisan kalau terjadi sesuatu pada Mello. Kulirik pintu kamar yang terbuka. Mello belum siuman sepertinya.

“Cih, kenapa wanita-wanita ini tidak ada yang mampu membuatku tertarik? Menurutmu kenapa aku jijik? Bi?” Alvaro bertanya dengan wajah frustasi. Aku menggeleng tidak tau. Alvaro saja tidak paham apalagi ku.

“Kau pernah bilang kalau hanya ada 3 wanita yang tidak membuatmu jijik,” kataku. Oma, Tante Tami, dan Tante Anne. Minus Mamanya, Tante Andien, yang tidak pernah dikenalnya sejak kecil.

“Ya. Dan mereka selalu membuatku membuatku kesal setengah mati,” Alvaro menyahuti. Lagi-lagi aku tersenyum. Kata-katanya berbeda dengan apa yang ada di pikirannya. Khas Alvaro. Apa yang dia katakan kerap tidak sejalan dengan apa yang dia pikirkan. Berbanding terbalik dengan Mello yang selalu mengucapkan isi kepalanya tanpa terkecuali.

“Tapi kau menyayangi mereka setengah mati juga,” kataku mengingatkan.

Alvaro melengos sambil membaringkan tubuhnya di atas karpet tebal, “Kalau aku tidak menyayangi mereka, siapa orang menyedihkan yang akan menyayangi tiga wanita mengesalkan itu?” dia menyahut tak acuh. Aku. Aku menyayangi mereka. Di tambah dua wanita lagi. Ibu dan dia… Aku sama seperti Alvaro. Nyaris tidak banyak wanita yang benar-benar kupedulikan. Ah, sekarang kurasa aku akan menambahkan satu wanita lagi. Mello. Aku tersenyum.

Caramello Kiss-OOnde histórias criam vida. Descubra agora