Ponsel Saka berbunyi yang membuat lelaki itu mengangkat panggilan masuk yang ternyata berasal dari Galang, tidak lama setelahnya Saka memutus panggilan itu.

Dia menoleh ke arah Gista sebelum berbicara, “Galang bilang sepupu kamu yang dari Bali datang, kita ke sana--”

“Ka, saya masih mau bicara dengan istri kamu,” ucap Pak Lian yang membuat Gista menatapnya. “Nggak apa-apa kan, Nagista?”

Saka ikut menoleh ke arah Gista, dan gadis itu mengangguk pelan. “Kamu duluan aja, nanti aku nyusul,” ucap Gista.

“Nggak apa-apa?” tanya Saka terlihat kurang setuju, namun Gista mengangguk. Lelaki itu ikut mengangguk, dia mengusap lembut kepala Gista sebelum menoleh ke arah Dion. “Titip ya, Bang,” ucapnya sebelum berjalan keluar kamar bersama dengan Inces yang mengikutinya.

Gista merasa sesuatu akan terjadi. Dia bukan orang yang peka, tapi sekali lihat pun dia tahu ada yang ingin Pak Lian katakan kepadanya, tanpa Saka. Ingin mengobrol hanya alasan. Dan, sepertinya Dion juga mengetahui itu.

Pak Lian menatap Dion yang membuat lelaki itu mengangguk. Dion mengeluarkan sebuah map kertas di meja, dan menggesernya mendekat ke arah Gista.

Gista menatap keduanya bingung. “Ini – apa?”

“Silakan dibaca dulu, Nagista,” jawab Pak Lian.

Gista mengangguk. Dengan ragu dan was-was dia meraih map kertas itu, dan mulai membaca baris-baris huruf yang ditulis di lembaran kertas di sana.

“Ini – apa?” ulangnya sekali lagi sembari menatap Pak Lian dan Dion bergantian. Dia sudah membacanya sekilas, namun gadis itu bingung apa maksudnya memberikan ini kepadanya?

“Seperti yang kamu baca. Itu adalah surat perjanjian,” jawab Pak Lian. Kali ini ekpsresinya terlihat serius. “Saka adalah aset di agensi kami, Nagista. Saya tidak bisa membiarkan kariernya hancur begitu saja hanya karena berita pernikahannya. Sejujurnya di usia Saka sekarang, dia harusnya bisa memperluas penggemarnya sampai ke internasional. Tapi, dengan pernikahan ini tidak bisa. Kamu pasti juga sudah mendengar saya berdebat alot dengan Saka karena pernikahan ini. Dia terus mengatakan akan menikahi kamu apapun yang terjadi. Dia bahkan mengancam akan keluar dari perusahaan jika saya masih tidak setuju.

“Coba kamu pikirkan lagi, ini keputusan yang terburu-buru, bukan? Saka masih dua puluh satu tahun, dia masih kecil, Nagista. Sangat disayangkan sebenarnya dia melangsungkan pernikahan ini hanya karena tidak ingin membantah kemauan orangtuanya. Namun, apa boleh buat? Semuanya sudah terjadi. Jadi, saya hanya bisa berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan kariernya.

“Perjanjian itu salah satunya. Kamu bisa membantu Saka, bukan? Tolong jangan sampai karier yang sudah dia bangun sejak umur sepuluh tahun hancur begitu saja.”

***

Saat malam tiba, ketika acara selesai dilaksanakan, Gista berada di salah satu kamar hotel bersama Saka. Lelaki itu memang mempunyai banyak uang. Dia bahkan memberikan masing-masing tamu undangan kamar hotel VIP yang bisa mereka tempati selama seharian penuh.

Dan, jujur saja sedari tadi pikirannya tidak fokus. Perkataan yang dilontarkan oleh Pak Lian terus terngiang di kepala Gista. Karier Saka. Pernikahan ini. Dan, perjanjian itu.

Gista menoleh ketika pintu kamar mandi terbuka, Saka keluar dari sana dengan menggosok rambutnya yang basah menggunakan handuk. Dia berjalan mendekat dan duduk lesehan di bawah, sedangkan Gista tengah berada di ranjang.

“Ta, tolong bantuin keringin rambut, dong,” ujarnya yang membuat Gista meraih hair dryer dan duduk di ranjang, kakinya menjuntai ke bawah seolah tengah mengungkung Saka.

“Aku tanya boleh?” tanya Gista ketika dia tengah mengeringkan rambut Saka, sedangkan lelaki itu kini asyik memainkan jemari kaki Gista.

“Boleh, tanya aja.”

“Arti penggemar buat kamu apa?”

Terdengar kekehan singkat dari Saka. “Kenapa tanya gitu? Tumben banget.” Ia diam beberapa saat sebelum menjawab, “Mereka itu orang-orang yang berjasa di karierku. Mereka menemani aku dari aku yang bukan siapa-siapa, sampai akhirnya jadi aku yang sekarang. Di beberapa kali fanmeeting, aku selalu bertemu penggemar yang aku temui tiga sampai lima tahun yang lalu. Mereka masih ada di sampingku. Memberikan aku dukungan, memberikan aku cinta yang begitu luar biasa. Aku berhutang banyak dengan mereka.”

Gista mematikan hair dryer yang membuat suasana di dalam kamar menjadi hening, Saka mendongak dengan rambut yang masih setengah basah itu. “Jadi, mereka penting banget ya buat kamu?” ucapnya tanpa sadar.

Saka kembali tertawa pelan. “Mereka penting, tapi kamu juga nggak kalah penting,” balas Saka dengan senyuman yang terlihat tulus.

Keduanya masih saling berpandangan, sebelum suara tawa Gista terdengar karena Saka menggelitiki telapak kakinya. “Saka! Lepas hahaha. Geli tahu!” Gista mencoba melepaskan diri namun Saka memegangi kakinya.

“Saka!” teriak gadis itu di sela-sela tawanya.

Saka melepaskan kakinya yang membuat Gista berbaring di ranjang dengan sisa tawanya. Saka ikut bergabung, berbaring di samping gadis itu dengan senyuman tipis. Lelaki itu berbaring menyamping dengan sebelah tangannya yang menyanggah kepalanya. Sedang tangan yang lain tengah merapikan beberapa helai rambut Gista yang mengenai wajah gadis itu.

Keduanya tengah berada dalam suasana hening yang nyaman. Saka dan Gista saling melemparkan pandangan. Lalu, tanpa disadari wajah Saka mendekat, tatapannya seolah hanya fokus pada bibir merah milik Gista.

Saat jarak mereka hanya tersisa beberapa inchi, Gista menahan dada Saka menggunakan kedua tangannya. Saka mengerjab pelan dan menatap Gista dengan pandangan bertanya.

“Kamu nggak capek? Aku capek banget. Kita cuman tidur malam ini, boleh?”
 












Haloo, ketemu lagi sama Saka dan Gista 👋👋
Jangan lupa vote dan komentarnya. Mereka nungguin kalian. Jangan pelit yawww 🤣🤣

Ketemu Mahen sama Reza di sini wkwkwkw

Kita ketemu di bab selanjutnyaaa.

Dahhhh

Thank you ♥️♥️

Follow wattpad, instagram, tiktok : Rizcaca21

Salam dari si pengantin baruuu 🤭🤭

Salam dari si pengantin baruuu 🤭🤭

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Tentang Gista Juga SakaWhere stories live. Discover now