Prolog

1K 112 28
                                    

A close call, gara-gara semalam aku terlalu asyik nonton serial drama Korea yang ceritanya sukses membuat mata pandaku kini lebih buruk dari milik pandanya sendiri. Tidak ada yang lebih baik dibandingkan concelar yang menutupinya dengan sempurna.

Ketinggalan busway di hari senin adalah malapetaka. Bisa-bisa direktur manajerku bakal menyanyikan ‘lagu kebangsaanya’ saat jam break nanti. Aku hafal betul kalimat apa yang akan Joe katakan jika aku terlambat datang ke stasiun radio untuk yang ke sekian kali.

“Telat lagi?”

Melihatnya datang membuatku mengeluhkan hiraki di kantor kami. Kenapa seorang dierctor program bisa datang seenak jidatnya tanpa harus memikirkan makian apa yang akan menemaninya sarapan nanti.

“Gak setiap hari kok,” pungkasku.

Dia selalu datang dengan wajah seperti itu, dengan senyum yang hanya ditarik sebelah saja menampilkan kecacatan paling manis yang ada di muka bumi. Namun masih terus kucari di sana, dari kumis tipisnya yang masih selalu terlihat meski sudah dicukur setiap pagi, atau dari hidung bangirnya yang selalu membuatku iri.

Kata orang, we can’t comparing apples to orange cause he’s different person. Kata orang, kita bisa saja jatuh cinta dengan seseorang tanpa alasan, kita bisa menyukai seseorang hanya karena itu dia, hanya karena itu bukan orang lain.

Sam, sekeras apapun aku mencobanya, yang kurasakan selama ini hanya sebatas perasaan senang saat dia membantuku menyusun playlist  untuk siaran jika aku terlambat masuk kantor. Atau saat Sam membawakanku kopi setelah dimarahi Joe karena siaranku berantakan.

“Kenapa gak minta jemput?” Lagi-lagi ia menyempatkan mencium keningku. Kebiasaan yang tidak pernah absen dia lakukan kecuali jika aku menolaknya dengan galak. “Aku gak mau ngerepotin kamu.”

“Nala, Please. Kasih aku kesempatan, even just a piece of cake.”

Maksudnya aku harus selalu minta tolong Sam ketika aku kesulitan? Tidak, itu bukan Nala banget. Bahkan tidak ada dalam kamus hidupku untuk membuat diriku sendiri menjadi perempuan yang manja kuadrat.

Im okay, Sam.”

Bohong.

Sebab jika itu adalah Elenio, aku tidak akan membiarkan diriku untuk naik busway setiap hari dan memintanya untuk menjemputku di rumah, but he’s different person. Dia bukan Elenio

Soulmate To LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang