1. Awal petaka

189 33 11
                                    

Aloo, ketemu lagi.

Kalo kalian setia sama cerita ini, bakalan ketemu setiap update kok, ngehehe.

Jangan lupa vote dan coment di chapter awal ini ya bebz💙

⚫ HAPPY READING⚫

Malam itu menjadi malam paling menjengkelkan sekaligus memuakkan, dimana dia harus menghadiri acara pesta pertemuan antara dua perusahaan besar, untuk memutuskan kesepakatan dua pihak perihal bisnis kontrak yang akan segera dikembangkan diwaktu yang dekat.

Diantaranya adalah perusahaan salah pegawai negeri terkenal dan perusahaan Ayahnya. Acara seperti inilah yang membuatnya dongkol karena terlalu membosankan. Berkumpul dengan orang-orang berpakaian rapi dan bahasanya yang terlalu formal.

Laki-laki dengan tuxedo hitam, postur tubuh tinggi yang tegap, kulit kuning langsat, rahang tegas dan rambut hitam legam yang rapi sedikit tertata ke atas detik itu juga menghela sembari memalingkan wajahnya. Fase kejenuhan mulai mengusainya.

Mendengarkan wanita bergaun merah darah yang berstatus sebagai istri dari rekan bisnis Ayahnya kini tengah berpidato panjang lebar di atas latar panggung membuatnya sangat jengah.

"Damn. Dia mungkin tidak bisa berhenti sebelum mulutnya benar-benar berbusa," cibirnya lagi-lagi menghela nafas.

Laki-laki itu melirik Ayahnya yang sedang fokus menyaksikan wanita itu berpidato sembari sesekali tertawa kecil bersama rekan-rekannya, mengangguk, lalu bertepuk tangan.

"Minuman, Tuan?" Seorang pramusaji laki-laki datang menawarkan sederet minuman di atas nampan perak yang bersinar jika terkena pantulan cahaya.

Daripada terus berdiri tanpa melakukan apapun, laki-laki itupun mengambil gelas kecil berkaki panjang tanpa mengarahkan pandangannya kepada sang pembawa minuman itu.

Selang beberapa detik perlahan-lahan ia menggerakkan tangan kirinya yang menggenggam gelas, lalu meneguk minuman tersebut.

Saat sekitar setengah tegukan barusaja ia lakukan, secara spontan ia menyemburkan air di dalam mulutnya hingga mengotori sebagian tuxedo hitamnya.

Hal itu terarah begitu spontan, ketika lidahnya sudah merasakan sebagian rasa minuman panas yang telah masuk ke dalam tenggorokannya.

"Ah, shit. Ini wine," sungutnya menyeka sedikit sisa-sisa minuman di sekitar dagunya.

Laki-laki itu mengangkat gelas yang berisikan air ungu sedikit berwarna kehitaman dengan alis menyatu. "Bangsat, gue kira soda." Melenguh, kemudian ia meletakkan gelas tersebut pada salah satu meja.

Jika bukan pada waktu yang tepat ia meminumnya, itu akan terasa sedikit aneh dan mengagetkan. Minuman itu hanya ia butuhkan di waktu tertentu saja.

Karena tidak nyaman mengenakan pakaian basah, dia pun melepaskan tuxedo hitam yang terlilit di tubuhnya hingga menyisakan kemeja putih polos yang begitu jelas menampakkan bentuk tubuh tegapnya.

"Hei, Clay!"

Merasa terpanggil, laki-laki itu menolehkan kepala sekaligus menggerakkan tubuhnya.

"Oh, hai om Ardi." Clay langsung merentangkan tangan dan memeluknya sebagai balasan sapaan itu, lalu menepuk punggungnya beberapa kali seolah lama tidak bertemu.

Pria setengah baya dengan rambut yang terdapat sedikit warna putih itu tersenyum dengan satu tangan memegangi setengah bahunya.

"Wah, kamu sudah sangat besar. Waktu itu, terakhir kali saya melihat kamu masih setinggi dada saya, sekarang kamu bahkan sudah jauh lebih tinggi dari saya. Bagaimana kabarmu, Nak?" tanya pria itu dengan senyuman bangga menepuk-nepuk punggung lebarnya.

MARIGOLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang