Cerita ke-Delapan

317 69 32
                                    


"Bohong! Katanya balik ketemu temen, ternyata nangkring di perpus gini." Jaehyun mendengus kesal, mengambil tempat tepat di depan Bulan duduk.

Bulan yang sedaritadi membaca dengan tenang mendongak, memutar bola matanya malas kala wajah Jaehyun yang dibuat cemberut itu yang ia lihat pertama kali.

"Lo sendiri bilang nganterin Selena, kenapa malah di sini?"

Jaehyun menghela napas singkat, "Jungwoo yang nganterin, mereka kan tetangga." Ia lalu bertopang dagu memerhatikan Bulan lamat-lamat, "lagian, gue yakin kalau lo itu belum balik dan malah di sini."

Bulan menganggukkan kepalanya acuh tak acuh, kembali menunduk untuk membaca buku. Buku tebal yang ada dalam pegangannya itu lebih menarik perhatian daripada laki-laki yang menaruh atensi penuh terhadapnya.

"Kenapa bohong, Lan?" Tanya Jaehyun.

"Bohong apa?" Bulan balik bertanya tanpa memandang ke arah Jaehyun.

"Kenapa bohong, kalau ada janji sama temen?" Tanyanya memperjelas, menyipitkan mata memandang Bulan curiga, "jangan-jangan lo cemburu, ya? Cemburu gara-gara gue bilang baliknya sama Selena?"

"Gak ada yang cemburu."

"Gapapa, Lan. Jujur aja, gue gak masalah, kok."

Bulan menghela napas, "gue enggak cemburu, kak. Kalau lo mikir sifat gue di sekre tadi itu bentuk cemburu, lo salah. Gue cuma enggak enak aja, takut Selena mikir aneh-aneh tentang gue yang nempel sama lo pas tau dia udah kenal gue."

"Sedetail itu lo buktiin diri kalau enggak cemburu ya, Lan." Bibir Jaehyun membentuk garis lurus, menegakkan duduknya. "Perhatian gue masih kurang, atau atensi dia yang terlalu besar?"

Bulan mengernyit, "maksudnya apa? Kenapa jadi bahas lain-lain?"

"Gak ada bahas lain, kok." Jaehyun mengedikkan kedua bahunya, "gue bahas tentang kita."

"Gak ada kita." Sanggah Bulan cepat, mengemaskan bukunya. "Lo udah mulai deketin Selena, tolong deketin yang bener."

Jaehyun yang melihat bagaimana Bulan mulai mengemasi buku-buku bacaannya pun turut membantu, mulutnya tentu tidak berhenti membalas, "biarpun gue deketin Selena, bukan berarti gue harus jauhin lo, Lan."

"Lo emang gak harus jauhin gue, kak."

"Ya iya, emang."

"Tapi lo harus tau batas jaraknya, kak. Jangan deketin Selena kalau lo cuma main-main."

Bulan memeluk buku-buku bacaannya, menengadahkan tangannya pada Jaehyun, meminta bukunya yang ada pada laki-laki itu. Jaehyun berdecak kecil, "bukunya mau dibalikin apa dipinjem?"

"Ini buku sendiri, bukan buku perpus. Ke perpus cuma numpang AC." Jawab Bulan.

Jaehyun menurunkan tangan Bulan yang setia menengadah padanya. Hendak menarik tangan gadis itu dan menggenggamnya, ditolak Bulan yang pura-pura sibuk membenarkan ikat rambutnya.

Jaehyun paham, namun hanya menghela napas dan tidak mempermasalahkan hal itu lebih lanjut. Ia memilih untuk menyamakan langkahnya dengan langkah Bulan, memeluk buku milik gadis itu juga dengan tangan kirinya.

"Habis dari ini mau makan, gak?" Tanya Jaehyun tepat mereka keluar dari perpustakaan.

"Kayaknya enggak, deh. Ibu masak hari ini, disuruh makan di rumah."

"Gue ikut, ya?"

Bulan mengernyit, "ikut kemana?"

"Ke rumah lo, lah." Ia mendengus pelan, lalu menyengir lebar, "laper, mau makan masakan ibu juga."

Cerita Bulan | JaehyunOù les histoires vivent. Découvrez maintenant