Galau

336 45 2
                                    

***

Setelah menangis sepuasnya di pelukan Brian kemarin, Sabrina merasa sedikit lega. Setidaknya perasaannya menjadi lebih tenang setelah kalimat Brian mengatakan bahwa ia akan menyayangi dirinya meskipun dalam keadaan apapun.

Sudah beberapa hari ini Sabrina menjadi pendiam sampai-sampai Melia merasa heran dengan temannya itu, bahkan ketika jam makan siang sudah tiba Sabrina masih saja diam sembari memperhatikan layar handphonenya. Perempuan itu sedang membaca pesan dari Brian, lelaki itu menanyakan apakah dirinya akan turun makan siang atau tidak.

Brian : Kamu udah makan siang?

Brian : Aku kok gak ada lihat kamu di kantin?

Sabrina : Iya aku belum makan siang, bentar.

Brian : Ayo turun, apa aku perlu ke sana dulu baru mau makan?

Sabrina : Ck, iya bentar. Aku masih kenyang juga.

"Na!" Tiba-tiba Melia memanggilnya.

"Iya kenapa Mel?" Sabrina menoleh.

"Ke kantin yuk, lo gak makan siang? Mau diet lo?" Ujar dan tanya Melia beruntun.

"Iya ini mau makan, gue nungguin lo kok." Alibi Sabrina.

"Ya udah yuk, entar malah jam maksinya berkahir. Males banget tahu kalau makan buru-buru." Imbuh Melia dan Sabrina pun hanya menganggukkan kepalanya lalu beranjak mengikuti langkah Melia.


Sabrina bersama Melia menempati salah satu meja kantin yang kosong, keadaan kantin siang ini cukup ramai. Terlihat di sisi lain Brian duduk diantara orang-orang penting yang diketahui Sabrina adalah rekan kerja dari lelaki itu, Andra pun juga berada di sana.

Diam-diam Sabrina menatap Brian dari kejauhan, wajah seriusnya benar-benar membuat perempuan itu tersenyum cerah. Kedua mata Brian sempat bertemu dengan matanya, Sabrina sedikit gelagapan lalu segera mengalihkan pandangannya. Debaran di dadanya terasa jelas ia rasakan bahkan hanya ditatap seperti itu saja oleh Brian, jantungnya serasa ingin melompat.

Makanan yang dipesan oleh Sabrina dan Melia sudah datang, kini keduanya sibuk berkutat dengan makanan masing-masing. Sesekali keduanya mengobrol di sela kegiatan makan siang mereka.

"Na, Kira-kira Pak bos udah punya pacar gak ya?" Tiba-tiba pertanyaan itu dilontarkan oleh Melia, sementara itu Sabrina berdehem sebentar lalu menjawab pertanyaan Melia.

"Mana gue tahu," ujar Sabrina mencoba terlihat senormal mungkin.

"Masa sih, lo kan mantan Pak bos. Emang gak pernah kontakan. Atau jangan-jangan Pak bos malah ngajak lo balikan?" Ucapan Melia hampir saja membuat Sabrina tersedak, untung saja ia sigap meraih botol minuman yang ada di atas meja.

"Apaan sih lo, jangan ngaco deh." Sabrina menatap sebal kepada Melia.

"Yaelah, siapa tahu kan. Lagian lo kan waktu itu pernah ikut ke Bali sama Pak bos, ya kali gak ada sesuatu." Melia menampakkan senyum jahilnya kepada Sabrina.

"Apaan sih, udah ih jangan ngomongin dia. Entar di dengar sama yang lain loh, ketahuan baru tahu rasa lo!" Ketus Sabrina namun hanya di balas dengan cengiran oleh Melia.

"Btw lo kapan pulang ke Bandung?" Tanya Melia.

"Bulan depan." Jawab Sabrina.

"Bulan depan, minggu pertama?" Tanya Melia lalu Sabrina hanya mengangguk saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KALI KEDUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang