BAGIAN 2

438 51 14
                                    

Latar cerita balik ke awal yaa udh ga flashback lagi, nyambung sama prolog. Selamat membaca🥰

|
|
|
|
|

"Yang paling menyakitkan adalah ketika kamu sedekat nadi, namun tidak bisa ku raih."

Langit malam menemani hati yang terluka, gemeritik hujan pun terdengar dan langit dengan acuh menjatuhkan air matanya, seakan tau dan ingin menemani pria cantik itu menangis.

Jaemin mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh menyusuri jalanan malam yang sepi, membelah kota seoul menuju kediaman sahabatnya, mencari pertolongan atas hancurnya perasaan dia malam ini.

"Seharusnya aku tidak pulang tadi... hikse... percuma mau bagaimanapun Jeno tak akan pernah perduli padaku." Air matanya masih setia mengalir di pipi mulusnya, tangannya yang sedari tadi memegang kemudi stir bergetar kedinginan, karena memang dia tidak tahan akan hawa dingin.

Jaemin telah sampai di kediaman Renjun, dia tinggal bersama dengan suaminya Lucas dan buah hati mereka Sunoo. Jaemin menekan bell rumah itu dan tidak lama setelahnya pintu terbuka dan muncullah seorang pria tinggi bermata besar, suami Renjun.

Jaemin tersenyum dan menyapa pria tersebut "Hai, Lucas."

"Hai Na, ayo masuk Renjun sudah menunggumu di dalam, dia sangat mengkhawatirkanmu."

Akhirnya mereka masuk kedalam rumah itu dan disambut dengan amukan Renjun yang sedang duduk menunggu di ruang keluarga. Lucas pergi kekamar bermaksud untuk memberikan privasi bagi dua orang sahabat ini.

"NA, APA YANG BAJINGAN ITU TELAH LAKUKAN PADAMU, KATAKAN!?!?!? APA DIA MELUKAIMU? APA DIA SEDANG BERSAMA DENGAN JALANG ITU? APA KAU DISAKITI?? KATAKAN PADAKU NA!!" Renjun dengan nafas yang tersenggal menodong Jaemin dengan bertubi-tubi pertanyaan.

"Tenanglah injunie~, aku tidak apa-apa. Kau lihat aku baik-baik saja kan hehehe."

Sakit, Renjun merasa dadanya sakit melihat sahabatnya yang jelas-jelas sudah sehancur ini tapi masih bisa berbicara bahwa dia baik-baik saja. Lalu Renjun memeluk Jaemin dengan erat, dia tau saat ini Jaemin hanya butuh dukungannya.

"Bodoh, masih saja bilang kau baik-baik saja, lantas bisa kah kau jelaskan kedua matamu yang membengkak itu, hah." Pelukan Jaemin menguat, ia sandarkan wajahnya dibahu sahabatnya itu, ia hanya... sangat lelah.

"Aku lelah, injunie... hikse aku sangat lelah." Malam itu dihabiskan Jaemin dengan menangis sampai dia tertidur di kamar tamu rumah sahabatnya..

Keesokan harinya pagi-pagi sekali Haechan dan Felix datang kerumah Renjun, sebenarnya bukan tanpa alasan mereka berkunjung tapi Renjun lah yang memberi tahu mereka keadaan Jaemin. Jaemin yang saat itu sedang memakan sarapannya di kamar dikejutkan dengan suara nyaring Haechan lengkap dengan bantingan pintu di kamar itu.

"NA JAEMIN?!?!??!"

"Astaga kau ini, bisakah kau tidak berkelakuan bar-bar sehari saja, hampir saja aku jantungan kau tau?!??!"

Haechan mendecak malas mendengar omelan sahabatnya, mereka berdua duduk diranjang. Felix memeluk Jaemin dan disusul oleh Haechan.

"Kami sangat khawatir, bodoh." Felix bergumam.

"Guys apa kalian tidak terlalu pagi untuk berkunjung kesini? Bagaimana dengan anak dan suami kalian?"

"Ah itu mudah, Mark hari ini cuti dan Chenle kutitipkan padanya."

HOPE ; NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang