12. Destiny

959 97 38
                                    

“Aku ingin tidur..”
Kwon Joohee, Chong Elkie, Lee Xiao Jun.

🧩

“Dokter Woori! Detak jantungnya lemah!” Woori mengusap wajahnya kasar, dan menerima alat defibrillator dari pesawatnya.

Shoot!

Woori geleng keras, membiarkan air matanya mengalir deras, jarinya menekan dada Joohee dengan keras, “Jebal, Joohee-ya!

“Sekali lagi!” Woori menelan ludah pahit, meskipun ini sedikit berbahaya untuk nyawa Joohee. Dia tak ingin Joohee pergi darinya, “Shoot!

Woori menatap mesin EKG detak jantunngnya tetap lemah, “Naikkan 360 joule!

Perawat ragu, Woori menatapnya dengan wajah sembab, “Cepat lakukan!”

“Tapi─”

Jebal! ” Potong Woori siap-siap, “Shoot! ” Woori gementar, sungguh dia berharap Joohee baik-baik saja.

“Tin..tin..”

Woori memejamkan matanya, hatinya tak henti-henti mengucap syukur. Woori memandangnya, Joohee melihatnya dengan keadaan lemah.

U-Unnie..

Woori mengusap lembut kepalanya, “Kau ingin bertemu dengan unnie mu? Hm, mau aku panggil semuanya?”

Joohee menatapnya sambil tersenyum. Woori menyuruh perawat memerintah keluarga Joohee masuk dan dirinya pergi.

Woori berlari ke taman belakang. Mengeluarkan semua tangisannya di sana, memukul dadanya, “Kenapa harus dia! Dia anak yang baik! Mengapa!”

Woori tersungkur, rasa sakit ini tidak sebanding apa yang dirasakan oleh Joohee. Gadis itu kuat, bertahun-tahun hidup dengan penuh seksaan baginya.

“Sayang, kau ingin apa?” Ujar Taecyeon mengelus dan mengecup dahinya, meskipun mask itu terganggu. Joohee menatap mereka lemah, semuanya tatapan sendu.

“Ul-jima..

“Sayang, jangan bicara dulu, hm..” Ujar Taecyeon begitu lembut. Tangan besarnya memegang tangan kecil Joohee.

Apa bisa sedikit egois? Bahkan kebahagiaan itu tiba saat anaknya kesakitan begini. Mengapa terlihat begitu tak adil untuknya.

Joohee tersenyum miris, membalas genggam ayahnya.

Disisi lain, seorang ibu berdiam diri meskipun anaknya bertanya tentang ayahnya. Wanita tua itu hanya mampu menangis.

Tangisan memilukan itu melukakan hati seorang anak, “A-andwae! Eomma..katakan appa baik-baik saja, eoh.

Wanita itu menggeleng, “Ayahmu sudah tenang..” Tangisan Elkie pecah, memeluk ibunya.

Soohee tak ingin melihat mereka sedih itu hanya mampu tersenyum, “Elkie, kau harus berjuang eoh demi sahabatmu, demi ibumu dan aku..”

Elkie menatapnya sendu, “A-Aku tak bisa berjanji..” Hati Soohee terpecah belah mendengar suaranya pelan.

Elkie menangis, dia mengingkari janji sahabatnya, kedua sahabat itu sangat mengenalinya. Bagaimana kabar mereka, saat tak mendengar kabarnya.

Weak ✔Where stories live. Discover now