🍉8

8K 1K 38
                                    

Loker kelas sosial tentu berbeda dengan kelas sains, sehingga Jaemin tidak tahu apa yang ada di dalam loker Jeno, begitupula sebaliknya.

Kali ini mereka berdua tengah makan siang di kantin, hanya berdua karena Haechan sedang berada di perpustakaan dengan kekasihnya yang baru saja pindah ke sekolah mereka.

Menu makan siang hari ini adalah roti panggang dengan tumis daging babi. Jaemin makan lahap karena koki yang memasak sangat handal. Tentu saja masakannya enak, juru masak cafetaria itu ditunjuk langsung oleh keluarga Lee.

Jaemin sedang mengunyah empuknya daging ketika tiba-tiba seorang gadis berambut sebahu dengan wajah bulat, kecil dan cantik menyambangi mereka berdua. Jaemin yang jarang berinteraksi dengan kaum hawa lantas terkejut.

"Jeno, anu, su-surat yang kemarin aku taruh di lokermu sudah kamu baca?"

Suara gadis itu bergetar ketika berbicara, terlihat sekali jika dia tengah gugup.

Jaemin paham surat apa yang dimaksud, Haechan temannya sudah menjelaskan semua masalah percintaan. Tentu saja sekarang perasaannya benar-benar tidak nyaman ketika mengetahui Jeno telah menerima surat cinta.

"Kau menyatakan perasaanmu melalui surat dan ingin berpacaran dengan Jeno?" Ketika pertanyaan itu terlontar, Jeno yang sedari tadi hanya diam mengalihkan pandangannya ke arah Jaemin.

Gadis itu tampak bingung karena pertanyaan Jaemin, namun dia tetap menjawab, "iya, aku berharap teman sekelas Lee bisa menerima perasaanku" dia tersenyum malu-malu dengan wajah memerah seperti udang rebus.

'MEREKA TEMAN SEKELAS?!'

Alarm panik di otak Jaemin berdering, dengan tergesa dia berujar "kamu tidak perlu bermimpi terlalu tinggi untuk berpacaran dengan Jeno. Aku yang dia cintai sepanjang kehidupan saja tidak menjadi pacarnya. Asal kamu tahu nona, Jeno menolak berpacaran karena ia ingin langsung menikahiku saat kami dewasa"

Hening. Gadis itu tidak bergerak seinci pun, mematung diam seperti liberty. Jaemin tahu dia pasti sangat terkejut, sehingga otaknya tidak bisa mencerna pernyataan yang Jaemin utarakan.

"Ka-kamu, kamu dan Jeno apa?"

"Cukup. Kamu sudah dengar, apa yang dikatakan Jaemin adalah realita. Mari tidak jatuh cinta satu sama lain karena di hatiku hanya ada Jaemin dan itu tidak akan berubah sampai kehidupan selanjutnya"

Jeno menarik tangan Jaemin lalu melangkah menuju kelas sosial, dia berniat mengantarkan pemuda Na sebelum kembali ke kelasnya sendiri.

Di tengah koridor lengang, dua insan yang memiliki tingkat emosi berbeda saling menggenggam tangan.

🍉

Watermelon • NominWhere stories live. Discover now