🍉6

8.9K 1.1K 74
                                    

Jaemin dan Jeno telah memasuki tahun kedua sekolah menengah atas. Mereka tetap berada di sekolah yang sama, namun tidak satu kelas. Jaemin di kelas sosial terakhir, sedangkan Jeno di kelas sains terakhir.

Keduanya berada di kelompok kelas paling bawah – kelas orang-orang berperingkat akhir, yang berbeda hanya bidang yang mereka pilih.

Sebenarnya Jeno pintar, tetapi kenakalan yang sering ia lakukan membuatnya harus berada di kelas bawah.

Sejak memasuki tahun pertama kelas dua, Jeno mulai menjadi berandal sekolah. Pemuda itu sering terlibat perkelahian dengan siapa saja. Dia memiliki emosi yang meledak-ledak. Semua orang tidak berani melawannya, termasuk guru bahkan kepala sekolah. Selain karena keluarga Jeno yang sangat kaya, mereka juga takut kehilangan nyawa.

Jeno berubah, tapi Jaemin tetap sama; lugu, sedikit bodoh dan suka menangis.

"Hiks.."

"Apa yang kamu tangisi? Yang terluka aku, kenapa kamu yang menangis?

Mereka tengah berada di unit kesehatan sekolah. Jeno tiba-tiba menendang pintu kelas sosial, menarik tangan Jaemin, lalu membawanya pergi, total mengabaikan guru geografi yang tengah menjelaskan materi.

Saat tiba di ruang kesehatan, dia mengusir petugas yang berjaga dan memaksa Jaemin untuk mengobatinya

"Kenapa hiks- kenapa Jeno sering kali terluka?"

Wajah Jeno tetap datar, walau sedari tadi pemuda Na itu menekan lukanya dengan keras karena tangannya yang gemetar.

"Mereka menyebalkan. Berhenti menangis! tanganmu bergetar dan menekan lukaku"

Jaemin mencoba menghentikan aliran air yang terus mengucur dari bola matanya, tapi tidak berhasil. Hatinya terasa berdenyut ketika melihat orang yang selalu melindunginya terluka.

"Ja-jangan hiks terluka lagi"

Dengan kepayahan ia membersihkan luka-luka Jeno, tangannya tidak berhenti bergetar hingga dia sendiri merasa kesal.

"Apakah kamu tidak takut air matamu akan habis jika terus menangis?"

"Aku tidak akan menangis jika kamu baik-baik saja!"

Jeno memeluk Jaemin, membenamkan wajah berair itu ke dadanya. Dapat ia rasakan dadanya basah karena air mata dan cairan hidung, tapi Jeno sudah terlalu terbiasa dengan semua cairan dari tubuh Jaemin. Tangannya mengusap pelan pucuk kepala yang menempel erat padanya.

"Aku pasti terluka lagi, tapi aku hanya ingin kamu yang mengobati. Jika aku tidak terluka, aku tidak akan menjadi kuat dan tidak akan bisa melindungimu"

🍉

Watermelon • NominWhere stories live. Discover now