09.Saturday, panik!

1.9K 331 17
                                    

"Kamu yakin mau nginep di rumah bunda?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kamu yakin mau nginep di rumah bunda?"

Jisung yang saat itu tengah memasukkan beberapa pakainya ke dalam ransel, mengangguk mantap mendengar pertanyaan dari sang Papa. Ia memutuskan untuk menginap di rumah Lisa atas permintaan Adi, sang kakek. Pria itu merasa rindu dengan Jisung dan menyuruh agar Sehun mengantarnya ke sana dan membiarkan Jisung menginap.

Sehun hanya menatap Jisung dengan kesibukannya itu, dia berdiri di depan pintu kamar putranya. Sambil menyederhanakan bahunya di dekat pintu.

"Besok 'kan gak sekolah Pa. Lagian aku nginepnya cuman dua malam kok."

Jisung bangkit dari duduknya, meletakkan ranselnya di atas kasur. Pemuda itu beralih membereskan meja belajarnya, memasukkan barang-barang elektronik yang seperlunya akan ia bawa ke sana. Seperti charger, earphone dan laptop.

"Gak kasian sama Papa gitu?"

Pemuda itu lantas tertawa kecil mendengar ucapan Sehun. Hal baru yang Jisung dengar dari pira itu.

"Gak. Aku perginya juga gak jauh-jauh amat kok, Papa juga bisa nyusul nanti. Asal jangan ikut nginep juga, belum muhrim."

Sehun memasang wajah cemberutnya, pertama kali akan di tinggalkan oleh Jisung dan dirinya merasa berat hati. Padahal dulu Sehun tidak merasakan apa-apa ketika Jisung berangkat berkemah bersama Yedam dan teman-teman sekolahnya yang lain.

Semenjak kehadiran Lisa di tengah-tengah keduanya, Sehun merasa Jisung perlahan-lahan mulai ingin terbuka dengan dirinya. Sehun bersyukur, karena dari dulu Sehun ingin sekali Jisung bisa terbuka dengannya seperti ayah dan anak lainya.

"Aku mau main motor-motoran sama kakek Adi di sana."

Sehun yang mendengar itu pun lantas mengerutkan keningnya binggung.

"Motor?"

Pemuda itu mengangguk semangat."Iya. Kakek punya motor Dilan di rumahnya, aku udah coba pake keliling komplek minggu kemarin."jelas Jisung dengan cerianya.

Maklum Sehun tidak tau, pria itu harus buru-buru pulang kemarin, karena harus melakukan rapat dengan kliennya.

"Jangan di rusakiin, benerinnya mahal."

Jisung berbalik dan menatap ke arah Sehun, sambil menirukan gestur Papanya itu.

"Orang kakek ngasih motornya buat aku. Katanya di suruh rawat baik-baik, mana mungkin aku rusakiin."

Ya, Sehun tidak akan pernah menang jika harus berdebat dengan putranya itu. Lebih baik dirinya mengalah demi kesejahteraan bersama.

"Mama mu masih sering ngancem?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Jisung terdiam untuk sesaat. Jujur saja, jika di tanya begitu maka jawabannya adalah sering. Dan Jisung tidak tau harus meresponnya bagaimana.

Bunda | LalisaWhere stories live. Discover now