09. DROP & SPREAD

1.4K 129 9
                                    


°°°

!Ini hanya fiksi dan tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan idol!

!Jangan membandingkan atau membawa cerita lain ke cerita ini!

!Idol hanya sebagai visual!

•••


Cklek

"Huahhh.. time to sleeping handsome." Ucap Cakra ketika memasuki kamarnya sembari menguap.

Ia menelisik setiap sudut kamarnya. "Udah kayak rumah sakit aja." Cakra berjalan menuju ranjangnya dan duduk di tepi ranjang, netra gelapnya tertuju ke sesuatu diatas nakas dan mengambilnya. "Okey, don't forget melakukan tugas."

Setelah selesai dengan tugasnya, tungkai itu berjalan menuju balkon untuk menghidupkan lampu, ia lupa menghidupkan lampu balkon tadi sore.

"Pantes gelap." Gumamnya. "Eh-" Entah salah lihat atau bukan tapi Cakra melihat siluet seseorang yang menjauh dari area rumahnya dan ia Cakra kenal itu siluet "-Sakra?"

"Gue ga salah liat kan? Itu beneran Sakra? Di blok sini mana orang setinggi titan kayak dia, eh ada deng si Sudin dan empat monyet titan itu, tapi kan mereka di blok depan gabut banget malem malem main ke blok sini. Kalo beneran itu si manusia madu, ngapain juga dia ngeliatin rumah gue terus pergi gitu aja?" Tanyanya pada diri sendiri kemudian mengacak rambut dark brown nya. "Ah bodoamat, mending bogan, bobo ganteng ea ea." Cakra kembali ke ranjangnya dan menuju alam mimpinya.

•••

"Nava."

"Huh?!" Nava menoleh kaget saat ada yang memanggilnya dari belakang dan ternyata itu Buna nya sendiri. "Buna ngangetin." Ucapnya sebal. Dia sedang bermain dengan mainan-mainan nya.

Yura terkekeh gemas melihat anak tunggalnya ini. "Kamunya aja yang fokus main, eh Buna nya pulang kerja gak dipeluk nih?"

Nava menggeleng menatap Yura. "No, Buna bau acem." Guraunya disambut kekehan dari Yura.

Tak tahan, Yura menjawil hidung bayi kelincinya ini. "Emangnya anak ganteng Buna ini udah wangi hm?" Tanyanya.

"Udah dong, nih." Nava merentangkan tangannya.

"Sini sini coba Buna peluk dulu mau cium wangi anaknya Buna ini." Yura ikut merentangkan tangannya dan Nava pun memeluk Buna tercinta nya ini.

"Emm wanginya." Ucap Yura kemudian, anak gantengnya itu sudah wangi dengan bau lemon menyeruak dari tubuhnya.

"Wah pelukan gak ngajak Papa." Saka datang membuat Yura dan Nava melepaskan pelukan mereka.

"PAPA!!" Pekik Nava senang dan menerjang sang Papa, ia rindu ayahnya yang baru pulang dari luar kota ini.

"Uh bayinya Papa." Saka membalas pelukan sang anak sembari mengusap surai gelapnya.

"Ih giliran liat Papa aja langsung di peluk, sama Buna harus diingetin dulu." Rajuk Yura pura-pura, ia sangat tau suami dan anak nya ini sangat dekat bahkan Nava akan menangis keras ketika Yura pulang kerja tidak bersama Saka.

"Buna ngambek, Na." Ucap Saka kepada sang anak.

"Ututu Bunanya Nava mau di peluk juga, sini sini." Ucap Nava. Yura pun ikut berpelukan bersama suami dan anaknya.

Ini yang Nava suka, ketika kedua orang tuanya memeluknya, memanjakan nya, dan perhatian dengannya, hanya dengan dirinya seorang! Tidak boleh ada yang menganggu! Oleh karena itu Saka dan Yura memilih untuk tidak memberikan Nava adik, ya atas permintaan mutlak Nava setelah menangis dan merajuk seharian dulu ketika mereka berdua bercanda ingin memberi Nava adik. Sungguh, saat itu mereka hanya bercanda tetapi Nava malah menganggap serius, sampai sampai ketiga sahabatnya ikut membujuk dirinya agar berhenti menangis.

CAKRA DAN DUNIANYA | NCT DREAM 00LOù les histoires vivent. Découvrez maintenant